![]() |
Image Source: Pexels |
Halo sobat blogger! Kali ini saya mau coba berbagi tips-tips kehidupan bagi pasangan muda yang mungkin baru selesai melaksanakan pernikahan, atau baru beberapa bulan menikah, atau yang akan menikah.
Nah, tips kali ini berhubungan dengan masalah finansial. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa masalah finansial ini cukup penting dalam kehidupan apalagi dalam kehidupan rumah tangga. Memang sih, uang bukan menjadi segalanya. Tapi, bagaimanapun, segalanya butuh uang bukan? Jadi, setelah perayaan atau setelah acara pernikahan yang umumnya memakan banyak biaya (karena budaya di Indonesia sebagian besar merayakan pernikahan denganmemakan banyak biaya), maka perlu ada suatu cara untuk membuat kondisi keuangan pasca acara pernikahan agar stabil kembali. Tentu saja, semua ini dilakukan untuk memulai perjalanan yang lebih jauh dan panjang, karena setelah menikah, akan banyak hal yang membutuhkan perjuangan.
Nah, kebetulan saya juga pasangan yang baru menikah kurang dari satu tahun dan banyak mengelola keuangan sendiri bersama suami tanpa campur tangan orang lain, supaya stabil. Jadi, selamat menyimak tips-tips ringan dari saya sebagai sesama pasangan muda. Tips ini dapat dipraktikkan oleh teman-teman pasangan muda sekalian, agar tepat mengelola keuangan setelah menikah.
1. Membuat Anggaran dan Prioritas
Hal ini menurut saya paling penting, karena semua pemasukan dan pengeluaran diharapkan agar tercatat sehingga dapat mengukur seberapa besar uang tersisa yang dapat ditabung. Tabungan ini sebenarnya bukan sisaan uang. Dalam praktik yang saya lakukan, saya menabung 30% dari total uang setelah dikurangi hal-hal wajib. Oh ya, jangan lupa membicarakan pemasukan masing-masing akan dipakai untuk apa (jika kedua pihak bekerja). Hal ini untuk menghindari adanya perselisihan yang terjadi karena pengeluaran dan pemasukan yang kadang dialami oleh pasangan baru menikah. Jadi, apa saja sih anggaran dan prioritas yang saya punya? Nah, mungkin gambaran di bawah ini bisa menjadi contoh kasar anggaran prioritas ya. Daftar ini saya urut dari yang paling wajib.
- Zakat Maal
Zakat ini khusus teman-teman Muslim. Dibayar masing-masing per bruto pemasukan.
Nah, tips kali ini berhubungan dengan masalah finansial. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa masalah finansial ini cukup penting dalam kehidupan apalagi dalam kehidupan rumah tangga. Memang sih, uang bukan menjadi segalanya. Tapi, bagaimanapun, segalanya butuh uang bukan? Jadi, setelah perayaan atau setelah acara pernikahan yang umumnya memakan banyak biaya (karena budaya di Indonesia sebagian besar merayakan pernikahan denganmemakan banyak biaya), maka perlu ada suatu cara untuk membuat kondisi keuangan pasca acara pernikahan agar stabil kembali. Tentu saja, semua ini dilakukan untuk memulai perjalanan yang lebih jauh dan panjang, karena setelah menikah, akan banyak hal yang membutuhkan perjuangan.
Nah, kebetulan saya juga pasangan yang baru menikah kurang dari satu tahun dan banyak mengelola keuangan sendiri bersama suami tanpa campur tangan orang lain, supaya stabil. Jadi, selamat menyimak tips-tips ringan dari saya sebagai sesama pasangan muda. Tips ini dapat dipraktikkan oleh teman-teman pasangan muda sekalian, agar tepat mengelola keuangan setelah menikah.
1. Membuat Anggaran dan Prioritas
Hal ini menurut saya paling penting, karena semua pemasukan dan pengeluaran diharapkan agar tercatat sehingga dapat mengukur seberapa besar uang tersisa yang dapat ditabung. Tabungan ini sebenarnya bukan sisaan uang. Dalam praktik yang saya lakukan, saya menabung 30% dari total uang setelah dikurangi hal-hal wajib. Oh ya, jangan lupa membicarakan pemasukan masing-masing akan dipakai untuk apa (jika kedua pihak bekerja). Hal ini untuk menghindari adanya perselisihan yang terjadi karena pengeluaran dan pemasukan yang kadang dialami oleh pasangan baru menikah. Jadi, apa saja sih anggaran dan prioritas yang saya punya? Nah, mungkin gambaran di bawah ini bisa menjadi contoh kasar anggaran prioritas ya. Daftar ini saya urut dari yang paling wajib.
- Zakat Maal
Zakat ini khusus teman-teman Muslim. Dibayar masing-masing per bruto pemasukan.
- Cicilan
Misalnya teman-teman memutuskan untuk mengontrak rumah, maka sisihkan anggaran bulanan yang dibagi dari biaya kontrak tahunan. Namun, kalau langsung mencicil rumah, maka anggarkan biaya cicilan rumah per bulan. Jangan lupa kalau ada cicilan lain yang wajib dikeluarkan per bulan agar tidak ada tunggakan, langsung dipotong di awal.
- Tabungan
Hitungan saya untuk tabungan ini sekitar 20% - 30% dari sisa pemasukan setelah dikurangi zakat dan cicilan. Maka rumusnya jadi begini:
Tabungan = 30% * (Pemasukan - (Zakat + Cicilan))
Nah, ini sebenarnya kondisional, karena tergantung pemasukan pada bulan itu sebanyak apa. Tapi, saya sih usahakan selalu 30% supaya flat nabungnya.
- Biaya bulanan
Biaya bulanan ini biasanya saya ambil sisa dari pemasukan setelah dikurangi tabungan, besarnya akan beda-beda per bulan. Tapi, sejauh ini sih Alhamdulillah masih cukup untuk biaya bulanan, masih bisa untuk makan sehat dan bergizi. Saya mengurangi jajan di luar supaya hemat. Jadi, biasanya kalau jajan di luar sih cuma sebulan sekali. Haha!
2. Buat Dana Darurat
Dana darurat ini biasanya saya ambil sekitar 10% - 20% dari biaya bulanan. Lokasinya juga terpisah di rekening lain, agar bisa sewaktu-waktu diambil jika ada hal mendesak. Sama saja seperti menabung, tapi bisa diambil jika mendesak saja.
3. Buat Pos Rekening
Saya dan suami punya beberapa rekening berbeda, untuk kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini supaya pemasukan yang ada langsung dimasukkan ke rekening satu pintu ke bendahara keluarga (kebetulan yang menjadi bendahara di rumah itu saya sendiri. Katanya sih karena perempuan lebih cekatan mengelola keuangan). Rekening ini ada rekening gajian atau pemasukan saja, rekening khusus tabungan yang tidak boleh diutak-atik. Untuk rekening biaya bulanan biasanya ada di salah satu dan sama dengan rekening pemasukan. Misalnya, untuk biaya bulanan ada di rekening pemasukan saya, sedangkan biaya cicilan rumah dan lain-lain ada di rekening pemasukan suami. Pokoknya, ini bisa diatur, tergantung kebutuhan teman-teman saja.
4. Membuat Laporan Keuangan
Laporan keuangan ini bukan cuma berfungsi untuk yang sudah berkeluarga saja, tapi sebenarnya untuk teman-teman yang masih single juga berfungsi banget. Laporan keuangan bisa dibuat sendiri secara sederhana, pokoknya melaporkan semua pemasukan (kredit) dan pengeluaran (debit). Nanti sisa saldo juga dicatat setiap ada pemasukan atau pengeluaran. Kalau malas ribet pakai Excel, teman-teman bisa pakai aplikasi manajemen keuangan yang sudah banyak bertebaran di app store atau play store. Untuk pengguna Android, bisa coba Money Manager, Expense Manager, Monefy, atau aplikasi lainnya. Silakan klik link ini untuk melihat aplikasi laporan keuangan macam apa yang cocok buat teman-teman. Intinya, laporan keuangan sangat membantu kita untuk memonitor kemana larinya uang-uang kita. Karena, kita kadang nggak sadar berapa kali jajan dalam sehari, sebenarnya kalau dihitung-hitung dari jajan yang receh-receh itu, bisa jadi sehari-hari habis sampai berpuluh bahkan ratus ribu. Cuma memang nggak kerasa, karena kita nggak pernah catat.
5. Komunikasi Terbuka
Memang masalah uang ini selalu jadi hal paling sensitif untuk dibicarakan. Tapi, hal-hal sensitif tersebut lebih baik dibicarakan secara terbuka dan baik-baik, untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan. Lagipula, komunikasi terbuka seperti ini akan mempererat hubungan dalam keluarga. Jadi, jangan ragu untuk bilang kalau ada keperluan mendesak atau hal-hal tak terduga yang butuh uang lebih.
6. Jangan Ada Kartu Kredit!
Haha! Ini sebenarnya butuh nggak butuh. Kadang, ada pihak yang bilang butuh kartu kredit, apalagi kalau udah berkeluarga. Tapi, saya sendiri berprinsip untuk nggak pakai kartu kredit. Kenapa? Karena, kartu kredit ini menggoda banget bagi para pemakainya untuk tidak memperhatikan cashflow atau 'uang fisik' yang ada. Jadi, waktu ingin beli, tinggal gesek. Tahu-tahu nanti di akhir bulan, cicilan kartu kredit atau tunggakan yang harus dibayar membengkak. Hal ini bisa mengganggu stabilitas tabungan keluarga. Jadi, saran saya sih hindari penggunaan kartu kredit. Saya bahkan punya dua kartu kredit yang waktu itu tiba-tiba datang ke rumah tanpa saya minta. Akhirnya saya potong dan hancurkan aja daripada disalahgunakan orang lain. Kalau memang butuh membeli sesuatu yang harus memakai kartu kredit, biasanya saya pinjam teman saja lalu bayar cash. Lagipula, lebih enak bayar cash kaaan daripada punya utang?
7. Jangan Boros!
Nah, tips terakhir ini memang gampang-gampang susah, karena kita perempuan memang mudah tergoda sama teknik marketing, teknik diskon yang sebenarnya adalah tipuan, dan teknik-teknik pemasaran lain. Cara satu-satunya untuk mengurangi pemborosan adalah dengan mengurangi follow akun online shop dan jangan buka website jualan. Udah gitu aja~
Nah, mungkin kurang lebih itulah beberapa tips yang saya praktikkan di keluarga kecil saya saat ini. Memang cuma hal-hal sederhana, tapi kalau konsisten, nantinya kondisi keuangan akan membaik seiring dengan berjalannya waktu. Jadi, saatnya untuk kencangkan ikat pinggang dahulu dan kurangi keinginan yang terlalu wah, karena jalan hidup rumah tangga masihlah panjang. Kalau kata orang tua saya, "Ini mah belum ada seujung kuku."
Lebih baik bersusah-susah dahulu, bersenang kemudian, daripada bersenang-senang melulu, mendulang utang kemudian. Azeg~
Jadi, selamat berjuang ya teman-teman pasangan muda! Semoga tips ini sedikit membantu. Oh ya, kalau ada yang punya tips lain atau mau menambahkan, silakan tinggalkan komentar yaaa. Kalau sempat, Insya Allah nanti saya backlink di post ini.
Salam!