Quantcast
Channel: An Official Site of Ayu Welirang
Viewing all 246 articles
Browse latest View live

Not for IT: Bagian 2 - Hagian Tukang Ojek

$
0
0
02. Hagian Tukang Ojek

Hari Sabtu dan Minggu itu hari bahagianya para karyawan. Apalagi karyawan rantau seperti gue. Ya, semua hal yang menyenangkan cuma bisa gue dapatkan di dua yang terakhir dari tujuh (semacam lagunya FSTVLST itu).
Entah kenapa, sehabis Subuh tadi gue nggak bisa tidur lagi. Mungkin efek nonton drama menye-menye semalam jadinya bangun tidur malah lebih segar. FYI, gue tidur cuma dua jam doang. Gue maraton nonton drama Korea hasil copy dari Mirza Jum’at kemarin. Ya begitulah kehidupan gue. Nikmat weekend mana lagikah yang kita dustakan?
Karena sudah terlanjur melek, gue buka lebar-lebar pintu kost. Pintu kost gue ya kayak begini aja, harus diganjal pakai botol deterjen cair isi sembilan ratus mililiter supaya nggak terus-terusan nutup sendiri. Kan malas kalau pintunya tertutup sendiri. Gue mau menyapu, mengepel, dan mengusir hawa jahat dari kamar gue yang cuma ditumpangi untuk molor dari Senin sampai Jum’at.
Playlist dance di telepon genggam gue nyalakan dan mulailah gue menyapu kamar.
Lagu Dramarama pertama kali ada di daftar shuffle.
Gue berteriak senang sembari menyapu kolong kasur dan meja roda. Sedang senang-senangnya bernyanyi, tiba-tiba telepon genggam ada pesan masuk.

From: Mbak Kost (+6281890227890)
Messages: Neng, maaf. Suaranya dikecilin sedikit, kucing anggora Ibu katanya lagi stress. Kemarin cucu Ibu kost yang umur tiga tahun sampai dikunci di kamar mandi gara-gara berisik.


Okay. Fine. Gue anak kost. Gue harus menghormati yang lain. Ya sebenarnya di kost ini kayaknya hanya gue aja yang hidup di lantai tiga. Dari enam kamar, sepertinya cuma gue yang selalu bikin ribut. Kamar depan gue, kerjanya dua minggu sekali baru pulang Jakarta. Kamar sebelah kanan gue, kerja shift di rumah sakit. Begitu juga kamar depannya, dan kamar paling pojok. Sedangkan kamar di pojok yang bagian depannya, kosong. Baru Minggu lalu penghuninya kawin. Benar-benar kawin. Dia diusir dari kost karena bawa cowok ke kamar. Gue nggak paham sih pada ngapain aja. Yang jelas Ibu Kost baru pasang CCTV—termasuk CCTV yang bisa menangkap bayangan hantu katanya. Ya begitulah, biar kayak Dunia Lain kali!  Nah, CCTV inilah perkara terusirnya si penghuni pojok.
Gue sekarang cukup mendengarkan apa yang dinyanyikan telepon genggam. Daripada kejadian kayak tempo lalu, waktu kamar pojok ribut-ribut gara-gara temannya ulang tahun. Pada video call sampai jam dua pagi. Gue yang nggak bisa tidur padahal ada meeting pagi, sampai bela-belainlempar panci alumunium ke tembok. Biar heboh dan pastinya mereka langsung diam. Dan gue nggak mau hal itu menimpa gue, makanya gue nggak protes waktu disuruh mengecilkan suara melengking gue saat nyanyi.
Lalu, seperti biasa. Lagu semangat weekend ala Mas Duta—ugh, Mas Duta lagi—mengalun dari playlist. Perhatikan Rani ini selalu bikin libur jadi lebih berwarna.
Gue coba berdendang kecil mengikuti irama lagu, sambil menaruh sapu dan mulai mengangkat ember isi air untuk pel lantai.
“Dan jangan takut, jangan layu. Pada semua cobaan yang menerpamu, jangan layu. Kami selalu bersamamu dalam derap. Dalam lelap mimpi indah bersamamu. Padamkan sekejap warna-warni duniamu. Saat kau mulai kehilangan arah. Huohuooo,” gumam gue.
Tiba-tiba playlist pause. Nada dering desperate ceria terdengar. Solitude is Bliss. Di dalamnya, malah nama Hagian yang muncul. Padahal gue udah berharap yang lain. Kali aja siapa gitu, mau ajak malam Mingguan.
“Halo, apaan sih? Ganggu banget,” jawab gue nggak pakai Assalamu’alaikum.
Hagian menghela napas sebelum bicara. “Sabar dulu napa. Gue kan mau kasih kabar baik.”
“Ya udah. Buruan. Ada kabar baik apaan?”
“Lo lupa kemarin nge-share Homogenic ke gue?” tanya Hagian tiba-tiba.
YA AMPUN! Iya! Lupa kalau hari ini ada mini party Homogenic di Cilandak. Gue cek jam weker di meja belajar, sudah mau jam dua belas siang! Wah, kalau jam segini jalan ke Cilandak, naik Gojek pun baru bakal sampai sore mungkin. Sedangkan, Homogenic main jam dua sampai jam setengah empat. Ya ampun, kelupaan. Jadi, ini sebenarnya kabar baik atau bukan?
“Wah iya! Ya udah entar ketemu di sana. Gue buru-buru deh, belum mandi. Argh, bete kan!” teriak gue kesal dan heboh.
Kapan lagi sih, weekend bisa nonton musik asyik yang gratis? Gue memang begitu orangnya. Hemat bin irit. Bahkan kalau bisa dibilang pelit ya silakan.
***
Setelah mandi kilat, jam dua belas lewat lima belas gue langsung bergegas turun dari lantai tiga. Gerbang kost gue ada tiga. Gerbang lantai dua, gerbang depan, sama gerbang paling depan—yang dikunci setiap jam dua belas malam dan yang punya kunci cuma Mbak penjaga kost. Nah, ribetnya itu ya kayak begini. Kalau udah telat banget kemana-mana, harus pusing buka tutup gembok. Kadang sampai salah colok kunci ke gemboknya. Ya ampun, lapar, belum makan. Heboh, stress, dan yang pasti ketakutan nggakbisa nonton Homogenic itu sangat terasa. Padahal, Homogenic-nya sih kenal kita juga nggak. Kadang gue mikir juga, ngapain bela-belain nonton ya? Bodo amat, yang penting senang!
Sampai di gerbang depan, baru mau lari kencang sambil multitasking pesan Gojek, tiba-tiba ada yang memanggil gue.
“Hani! Woi, bego!” teriak orang yang familiar itu.
Yah dia lagi. Muka keling si Hagian. Hitam keling jelek, gigi besar-besar lagi nyengir ke arah gue.
“Lo ngapain?” tanya gue bodoh.
“Lah? Mau nonton Homogenic kan? Kok nanya?” jawab dia sok polos. Di samping kanannya, dia sudah memegangi helm retro kesayangan. Katanya sih dulu bekas mantan.
Mau nggak mau, gue menghampiri dia. Lumayan, tumpangan gratis biarpun pakai helm bekas mantan.
“Dari kapan di sini?” tanya gue sok bodoh lagi.
Hagian mulai menginjak pedal kick starter CB100 mengkilatnya. Dia lalu menyalakan rokok sebelum bicara, “Lo nanya mulu. Ya dari tadi pas nelpon lo lah. Jadi berangkat nggak nih?”
Gue nyengir senang tapi malu sih udah ngomel duluan. “Hehe, iya. Ayo berangkat!”
***
Jadi, sepanjang perjalanan menuju Cilandak. Hagian banyak ngobrol soal setahun lalu waktu gue sama dia sama-sama baru jadi karyawan baru di PT. IT Sentinel Indonesia—ya tempat kami bekerja sekarang. Kami sama-sama dilempar ke proyek PT. Mega Mitra Komunikasi—proyek di perusahaan retail komunikasi dan elektronik yang cukup besar di Jakarta. Beberapa produknya meliputi produk elektronik sehari-hari sampai gadget dan produk-produk korporasi seperti genset, antena VSAT, dan lain-lain. Raksasa banget kan? Iya. Tapi gaji gue sih segini-gini aja. Hehe.
Alkisah…
Kalau begitu, mari kita throwback ke masa di mana gue bisa dekat banget sama si hitam ini.  Kejadiannya sekitar bulan April tahun lalu.
***
April 2015.

“Welcome aboard! Nah, kita kedatangan tiga teman baru lagi nih, satu project juga. Silakan, bergabung dengan barisan pemain Counter Strike di sana. Kenalan aja sendiri ya!” jelas supervisor gue waktu itu.
Lalu, berkelilinglah ketiga orang baru itu, menyalami satu per satu teman di dalam tim proyek Mega—sebut saja codename itu.
Lalu, datanglah si lelaki agak hitam ini, rambut agak gondrong ala-ala apa ya? Bingung juga ceritanya. Sisirannya kayak om-om tujuh puluhan gitu. Gigi kelinci sedikit renggang di tengahnya dan gayanya sok iye. Apa sih kalau kata anak sekarang?
“Hagian Putra,” katanya.
Oh oke. Namanya bagus. Tapi… Hmm. Gue nggak berusaha bahas fisik sih. Gue menerima semua manusia apa adanya. Hagian juga nggak jelek-jelek amat sih, cuma karena kadang dia tiba-tiba suka menyebalkan, gue jadi suka kesal sendiri. Jadi stereotip deh. Oke, jujur aja waktu itu gue menilai dia bermuka dua.
Sejak welcome aboard di bulan Maret, sebulan kemudian ada satu kondisi di mana sebagai karyawan baru gue akan diberdayakan untuk mengerjakan apapun. Waktu itu mental gue lagi benar-benar rusak. Jam sepuluh malam gue masih diperbantukan untuk mengumpulkan report project lain dan gue lagi kurang sehat. Biasa lah, PMS. Gue nggak tahu gimana ceritanya, Hagian nengok dari kaca di pintu ruangan. Gue nggak berharap dia bantu sih, karena nggak kepikiran juga. Toh, dia juga mungkin cuma lewat. Tapi, sekian menit berlalu, tiba-tiba pintu terbuka. Gue yang lagi fokus melihat tulisan cakar ayam di kertas, jadi kaget.
Dua mug kopi tersedia di hadapan gue.
“Apaan nih?” tanya gue basa-basi.
“Kopi lah, emang nggak lihat?” jawab dia ketus.
Dia lalu menggulung kemejanya yang agak turun—sebelumnya itu kemeja memang sudah tergulung gitu.
Beberapa menit gue lewati dalam hening. Admin proyek yang lagi print laporan di ruangan back office nggak juga balik. Gue jadi canggung. Mengenal Hagian dari rasa kesal membuat semuanya canggung.
Entah kenapa gue ingin ngobrol. Baiklah, gue paksakan ngobrol sama dia.
“Nggak balik lo?”
“Beres ini aja lah. Masih sore juga. Lagian habis pingpong tadi,” jelas dia. Padahal gue nggak nanya juga sih dia habis ngapain.
Dia cekatan juga. Kerjanya cepat meski kadang suka bengong. Setidaknya, dia bantuin gue di saat yang lain habis pada main CS seharian langsung pulang. Emang begitu sih enak banget jadi karyawan baru ya. Kerja cuma main CS, terus pulang. Tapi, waktu ada pekerjaan buru-buru beres-beres. Gue deh yang kena dampaknya, karena gue emang suka berlama-lama di kantor, supaya busway dari Dukuh Atas nggak begitu antri.
Sekitar jam sebelas lewat lima belas, pekerjaan pun selesai. Gue rasanya ingin nangis. Jam segini pasti busway ke Pulogadung sudah habis.
Di tengah kebingungan waktu nunggu lift turun, ada si keling lagi. Duh, kenapa harus ketemu Hagian melulu sih?
“Balik naik apa?” tanya dia, yang gue yakin cuma basa-basi.
Gue sebenarnya malas jawab dia, tapi gimana. Kayaknya gue butuh menjawab dia. “Belum tahu nih. Busway kayaknya udah habis. Mungkin naik ojek atau taksi aja nanti, sedapetnya deh pokoknya.”
“Ya udah. Bareng aja lah. Gue bawa motor,” jelas dia to the point.
Ada keheningan yang menyergap. Antara mau dan nggak. Inginnya sih ikut dia, tapi gengsi. Lagi mikir kelamaan, dia nawarin gue lagi, “Ikut aja sih, gue nggak akan nyulik lo.”
Ya udah, gue iyain aja. Ngangguk-ngangguk kayak kucing dashboard mobil. Lalu, ikutlah gue ke parkiran motor.
***
Hagian nyodorin gue helm. Ada tulisannya gitu, inisial huruf H sama S.
“Bawa helm dua, pasti buat cewek lo ya?”
“Haha, nggak juga. Itu helm mantan. Gue bawa dua kali aja ada mbak-mbak yang mau ditebengin pulang kalo ketemu di pinggir jalan.”
Gue ingin ketawa. Selera humor dia boleh juga sih kalau buat ukuran orang yang sedang kesal kayak gue.
Gue nyengir sedikit, “Emang ada yang mau dibonceng sama orang kayak lo?”
“Yeee. Gini-gini gue dulu kan idola kampus. Ini buktinya lo mau gue ajak balik.”
“Kepepet gue mah!” teriak gue kesal.
Lalu gue pun memakai helm bekas mantan dia. Hiks, males juga sih. Tapi, apaan sih kayak bocah banget.
Di perjalanan, kami pun mengobrol hal-hal sederhana. Ya hitung-hitung menghapuskan rasa canggung. Garing juga kalau nggak ngobrol. Masa iya sih, gue nebeng balik tapi nggak ada basa-basinya banget?
“Ngomong-ngomong, norak juga ya lo, helm pakai inisial segala kayak remaja labil,” cetus gue tiba-tiba.
“Namanya juga dulu cinta banget. Tapi apa daya kalo yang dicintai nggak cinta. Kenapa? Nggak suka ya gara-gara norak? Besok gue copot deh stikernya,” jawab Hagian.
“Besok-besok? Emang yakin banget apa gue bakalan nebeng lo lagi?”
Hagian tertawa. “Yah, kali aja lo kepepet lagi.”
Dan perjalanan pun berlanjut sampai daerah kost gue di Kayumanis Matraman. Dari sinilah, gue dan Hagian mulai berteman. Dia pun udah jadi semacam tukang ojek langganan gue. Banyak kelucuan yang dia ceritakan, apalagi kalau gue lagi sedih. Sayangnya, kenapa ya gue nggak pernah bisa bersikap baik sama Hagian? Kenapa gue selalu galak?
Gue juga nggak tahu, mungkin gue anaknya emang begitu.

Road to #AyuOdat'sDay

$
0
0
Hi!

Sampai posting ini ditulis, saya sedang sibuk mengurus administrasi pernikahan. Ceritanya nggak panjang-panjang amat, karena pertemuan saya sama babang bisa dibilang singkat dan begitu tiba-tiba seperti yang pernah saya ceritakan di sini. Lalu, sejak terakhir memutuskan menikah itu, tiba-tiba saja sekarang sudah Desember. Ternyata waktu begitu cepat singgah dan lalu, sampai saya nggak nyangka ini sudah mau akhir 2016.

Itu artinya, waktu pernikahan tinggal dua bulan lagi. Phew!

Jadi bridezilla? Nggak juga. Malah saya masih santai kerja di Jakarta, padahal urusan administrasi dan lain-lainnya itu di Cimahi. Terkadang malah nggak tahu mau ngapain, cuma book sana-sini aja buat menyelamatkan tempat dan vendor, meski belum ada konsep pasti buat pernikahan. Tapi ya gitu, berkali-kali dikasihtahu sama babang supaya sabar dan dibawa senang aja. Nggak perlu dibawa stress. Padahal kita berdua mikirin tentang budget yang lebih baik buat DP rumah aja. Hahaha!

Iya begitu. Kenapa menikah di Indonesia harus seribet dan se-WOW yang sering kita lihat kalau sedang kondangan?

Nah, karena sudah terlanjur harus resepsi (padahal mah ingin akad nikah aja terus udah, beres), maka saya pun memutuskan untuk memangkas budget supaya menjadi sehemat mungkin tetapi berkesan. Mulai dari pemilihan venue, catering, dekorasi, make up, attire, souvenir, undangan, dan lain sebagainya. Pokoknya, walau hemat tapi berkesan. Hehe~ Banyak mau ya, padahal hemat! :))

Intinya, segala persiapan sampai dua bulan ke depan bisa dibilang belum purna, bahkan belum ada 50% dari keseluruhan persiapan. Hahaha.

Di posting selanjutnya akan coba saya share ke teman-teman, budget wedding yang saya rencanakan. Jadi, di sisi mana saja saya memangkas budget? Hahaha. Selamat membaca! :D

Between the Clear Night, Traffic Jam, and Hypocrisy

$
0
0
Between the Clear Night, Traffic Jam, and Hypocrisy

“Do you know what Minangkabau means?”

“I don’t know.”

“I bet that Kabau means ‘Kerbau’?”


And he laughs. It’s not as expensive as the all jewelry in Cikini gold center, but it’s meaningful. And we spend the night, go through all the sidewalk, find the cheapest and the best coffee shop. Just to talk about random things. About non sense.


“Look, it’s a cafe. I didn’t bring my eyeglasses, so could you read the menu that written on the wall?”


“Where?” he asks.


“There.” I pointed my finger to the cafe while saying that. I really can’t read anything, since i have myopia.


He really look at the cafe, and mention all the menu that written on the cafe’s wall. Like a fool, we stood for a long time in front of the cafe. Because there’s no coffee or any interesting things, we continue our journey. It’s eight o’clock already, but I think it’s too early to sleep, since the sky was so clear. I think it’s best to take a walk and talk about randomness.


As we reach the main street, with trucks, cars, buses, and peoples, I began to sing. It’s Vindicated, you know? One hit that Dashboard Confessional made. I don’t even know why I’m singing that song, but It’s good. I feel like the energy and the sky already meet. It’s like a show.


So, I said, “The street is my stage. Well, what is Vindicated exactly?”


“I don’t know. Hmm, vin--di--ca--ted?”


“It’s strange, isn’t it? We sing a song that we don’t know what it means. But we enjoyed it,” said I.


“Maybe it’s just a good song,” he replies.


He laughs again. I can’t see him laughing, but I knew it. Every time he laughs, his eyes turn to a line, with no eyelid. And he always said that he is a Chinese, with that eyes. But it doesn’t matter, since he is the one that give me applause in the middle of a traffic jam.


People may say that we’re just a fool. But we enjoyed it. As we say, this street is our stage. And then he said, “Ah! I forgot to bring my feather duster.”


“Just forget it, we can start cleaning the vehicles with your jacket! But, is it your jacket our my jacket?”


"Just said that is it ours, since you gave this to me and I'm the one that wearing this."

And we laugh again. I don’t know exactly what is so funny, but since this night is still early to sleep, let’s just enjoy the journey.


***


As we reach the Salemba’s sidewalk, we began to think about, “Where is the shadow?”


Ah, we forgot that the sidewalk’s lamp is on the right side of us, so our shadow should be at our back. And we played a games about ‘Guess where is our shadow?’. And someone is following us and it’s turned to be a pedestrian that dodge us. Maybe he thinks that we’re crazy? And what is craziness anyway? Is it us or them that crazy? We don’t even know, since every reality and imagination in this big city was scattered and mixed up.


It’s not the first time we walked around every pedestrian sidewalk, to somewhere, or to search for something. But it’s been a pleasure to waste a tight time in Jakarta like this. People can be so busy and can’t think about anything but weariness. But for me and him, a clear night skies is just a good time for us to talk outside, not always over coffee. The clear sky guided us to every corner that’s good. And just like every walking tour that I spend with him, it’s always meaningful. It’s always been beautiful. I may ended up crying, or talking about some randomness and hypocrisy over my life, but the beginning of this stories was always good. 

And in the cheap coffee shop that we finally reached, I asked a question, "Why do we still calm when we're going to be married next month?"
"It's just a marriage, right? And we will cherish all the surprises that we might find."
"Yeah, we will. We do."

Berkunjung ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

$
0
0
Perpustakaan Nasional RI
Teman-teman yang mempunyai hobi membaca atau yang sekedar ingin mencari literatur untuk riset dan memperbanyak referensi, tak ada salahnya untuk mencoba mampir ke Perpustakaan Nasional RI. Kalau ada yang bilang, di Jakarta itu tempat membaca sangat jarang, salah banget! Sebenarnya ada banyak ruang membaca dengan beragam buku yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta. Salah satunya adalah Perpustakaan Nasional RI yang berlokasi di Jalan Salemba.

Nah, pada posting blog kali ini, saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya mampir ke Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) atau yang biasa disingkat PNRI.

Memasuki lingkungan PNRI, kita dapat melihat bangunan pendopo utama di depan tiang bendera besar, dan di sebelah kanan terdapat gedung tinggi yang merupakan bangunan perpustakaan. Bagi teman-teman yang baru pertama kali mampir ke PNRI dan ingin membaca, teman-teman harus mendaftarkan diri terlebih dahulu untuk memiliki kartu keanggotaan. Proses pendaftaran langsung melalui lobi tengah gedung perpustakaan atau biasa disebut blok B dan C.

Masuk lobi tengah, kita akan disambut oleh relief dan patung raksasa berbentuk buku. Di sebelah kirinya ada beberapa komputer yang dapat digunakan untuk mendaftarkan data diri teman-teman. Komputer tersebut sudah dalam posisi membuka situs pendaftaran keanggotaan perpustakaan. Ada beberapa menu, seperti syarat dan ketentuan, juga halaman pendaftaran. Nah, silakan menuju menu pendaftaran dan mengisi data diri di sana. Ada beberapa pilihan kartu identitas dan saya sendiri mengisi dengan KTP karena mendaftar sebagai anggota umum. Jenis keanggotaan di perpustakaan ada anggota umum, mahasiswa, dan siswa (minimum SLTA). Kenapa minimum SLTA? Itu berarti, untuk pendaftar yang masih bersekolah, hanya bisa meminjam jika sudah SMA. Jika masih SMP, sepertinya sih belum boleh.

Setelah mengisi data dan submit, akan muncul halaman sukses dan berisi nama juga nomor anggota yang terbentuk saat submit. Catat nomor anggota berikut nama anda di potongan kertas yang sudah disediakan. Biasanya, di bagian bawah komputer atau di atas CPU-nya sudah ada tumpukan potongan kertas. Kalau pulpen sih tidak ada, jadi saran saya, bawa pulpen sendiri.

Di belakang komputer untuk mengisi data, ada ruangan bertuliskan "Keanggotaan". Nah, di ruangan ini nanti anda antri dan memberikan kertas berisikan nomor anggota berikut nama. Nanti akan dipanggil oleh petugas untuk difoto. Foto ini nanti akan dipasang dalam kartu anggota. Kartu anggota sendiri selesai cetak dalam beberapa menit. Perpusnas RI memiliki alat cetak sendiri untuk pembuatan kartu sehingga tidak perlu menunggu lama. Selain itu, pembuatan kartu anggota atau pendaftaran anggota perpus ini tidak dipungut biaya alias GRATIS! Enak kan? Ya kan? :))

Setelah kartu jadi, silakan bersenang-senang! Teman-teman bisa berjalan menuju bagian daftar tamu. Di sini akan diberikan kunci loker untuk menyimpan tas. Oh ya, teman-teman perlu meninggalkan KTP atau tanda pengenal lainnya, untuk ditukar dengan kunci loker. Selain itu, di bagian daftar tamu atau resepsionis ini, kita juga bisa meminta tas transparan jika kita membawa laptop atau buku catatan dan alat tulis. Ransel atau tas yang kita bawa dari luar tidak boleh dibawa masuk ke perpustakaan dan harus ditinggal di loker. Oleh karena itu, kita bisa meminjam tas transparan yang disediakan oleh Perpusnas. Oh ya, sebelum naik ke lantai lain untuk mencari buku, jangan lupa menyempatkan diri untuk mengisi buku tamu di komputer sebelah kanan resepsionis. Dengan mengisi buku tamu, kita sebenarnya ikut memajukan perpustakaan lho! Siapa tahu petugas perpustakaan jadi semakin giat rapi-rapi koleksi dan daftar katalog supaya memudahkan kita yang mau membaca, ya kan?

Setelah menaruh tas di loker dan membawa barang berharga juga barang yang dibutuhkan dengan tas transparan, kita masuk ke perpustakaan dengan kartu anggota. Kartu anggota Perpusnas ini sudah sekaligus untuk membuka pintu menuju perpustakaan. Pintu perpustakaan ini sudah menggunakan pintu otomatis sehingga harus scan kartu. Jadi, setiap kunjungan memang wajib membawa kartu anggota ini.

Oh ya, pertama ke Perpusnas, saya agak bingung. Sempat berputar-putar dari lantai dua ke lantai tiga, lalu ke lantai lima dan balik lagi ke bawah. Waktu coba masuk ke ruas 3B, saya baru membaca informasi tentang Perpusnas. Jadi, Perpusnas Salemba ini sistem peminjamannya adalah sistem tertutup. Untuk meminjam buku di sini, kita harus cari dulu daftar bukunya, lalu mengisi bon peminjaman buku. Bon peminjaman buku ini ada di lantai 2 atau di ruang katalog. Di lantai 2, ada banyak komputer tempat mencari daftar literatur, referensi, tesis, disertasi atau peta dan atlas yang ingin kita baca. Saya kurang tahu berapa batas peminjaman ini, atau berapa batas pengambilan bon peminjaman. Tapi, karena baru pertama kali, saya pinjam dua buku dulu.

Bon diisi, lalu diserahkan ke petugas yang menjaga ruang katalog. Petugas akan mengisi keterangan di mana buku tersebut berada. Oh ya, karena kemungkinan buku berada di lantai dan ruas yang berbeda, maka kita harus jeli. Jika kebetulan buku berada di lantai dan ruas yang sama, kita lebih enak membacanya, karena tidak perlu bulak-balik ke lantai lain. Dan saat buku diserahkan ke kita, kartu perpustakaan kita harus ditinggal. Buku juga tidak boleh dibawa ke lantai lain, dan kalau mau dibawa juga tidak mungkin bisa meminjam buku di lantai lain, karena di lantai lain pasti diminta kartunya lagi saat penyerahan buku yang dipinjam. Jadi, kita harus jeli untuk memilih buku mana dulu yang mau dibaca berlama-lama, mengingat waktu kunjungan perpustakaan yang terbatas hanya sampai jam 6 sore saja.

Kebetulan dua buku yang saya pinjam ada di lantai 3 ruas B (3B). Saya langsung ke petugas di lantai 3B, menaruh bon, mengisi buku tamu lagi dan menunggu petugas memanggil nama saya untuk menyerahkan buku yang saya pinjam. Di ruangan baca juga ada meja-meja, colokan listrik, dan ada Wifi untuk tamu. Jadi, kalau membawa laptop sambil mau mengetik atau browsing juga dipersilakan.

Setelah petugas memanggil nama kita, kita diminta untuk meninggalkan kartu. Kartu anggota ini nanti akan diambil setelah buku selesai dibaca. Jadi, seperti yang saya bilang sebelumnya, buku tidak bisa dan tidak mungkin dibawa ke lantai lain karena kartu kita yang ditinggal.

Di setiap lantai dan ruas juga ada jasa fotokopi. Untuk jasa fotokopi ini dikenakan Rp 200 per lembarnya. Kebetulan, saya meminjam buku yang terlalu asyik kalau tidak difotokopi, makanya saya menyempatkan diri untuk mencoba jasa fotokopi di Perpusnas ini. Hehe. Sistemnya, kalian mengambil kertas kosong di bagian fotokopi, lalu tulis nama dan halaman yang ingin difotokopi. Setelah ditulis, taruh buku berikut kertas tadi dan tunggu dipanggil saja. Sambil menunggu, bisa berselancar di internet dulu.

Fotokopi pun selesai. Saya menghabiskan Rp 7000 untuk memfotokopi 40 halaman buku Cryptography and Network Security yang ditulis oleh William Stalling. Kebetulan buku satunya masih lebih mudah dipahami, jadi buku satunya tidak saya fotokopi, tapi hanya saya catat bagian yang penting di dalam notes.

Dari mendaftar anggota sampai menghabiskan waktu di perpustakaan (dipotong jam istirahat PNS dari pukul 12.00 sampai 13.00), saya menghabiskan waktu 5 jam. Itu juga ditambah kebingungan mencari alur yang tepat saat meminjam buku. Hahaha. Mungkin, di kunjungan lainnya sudah lebih terarah karena sudah pernah. Makanya, saya membuat posting blog ini agar teman-teman yang ingin main ke Perpusnas bisa memahami dulu alurnya sebelum berangkat, agar tidak seperti saya.

Kira-kira begitulah kunjungan pertama saya ke Perpusnas. Lain waktu mungkin akan datang dari pagi sehingga lebih puas membaca di Perpusnas.

Selamat mampir ke Perpusnas!

#GerakanMainKePerpus #MainKePerpus #AyoKePerpus #AnakPerpus

[Review K-Drama] Signal (2016)

$
0
0
*pics: Dramafever

[Review K-Drama] Signal (2016)

Sutradara: Kim Won-Suk
Penulis Naskah: Kim Eun-Hee
Jaringan: tvN
Episode: 16
Tanggal Tayang: 22 Januari - 12 Maret 2016
Jadwal Tayang: Fri & Sat 20:30
Bahasa: Korea
Pemain: Lee Je-Hoon, Kim Hye-Soo, Cho Jin-Woong, Jang Hyun-Sung, Jung Hae-Kyun, Kim Won-Hae, Lee Yoo-Joon, dll

Sinopsis:
Terinspirasi dari kisah nyata kasus pemerkosaan dan pembunuhan di Korea pada tahun 1986 - 1991, detektif dari masa lalu dan masa sekarang berkomunikasi lewat sinyal walkie talkie misterius dan membuat mereka dapat bekerja bersama melewati rentang waktu yang berbeda. Dengan perspektif di masa depan dan masa lalu, detektif ini mencoba memecahkan kasus-kasus kepolisian yang mengerucut pada satu kasus besar.

*

Sejak akhir 2015, industri perfilman di Korea mengalami perkembangan. Drama Korea pun kini menyuguhkan cerita dengan tema luas dan beragam. Mulai dari kisah perjuangan para dokter, psychological-thriller, petualangan, coming-of-age, cerita investigasi ala detektif, sejarah, fantasi, dan lain-lain.

Sebenarnya dari dulu tema yang disuguhkan sudah beragam tapi belum terlalu banyak yang berani keluar dari pakem romantisme dalam kisah-kisah drama Korea, dan saat ini mulai banyak drama Korea yang bahkan tidak menyajikan unsur percintaan yang dominan, malah lebih banyak air mata. *tsah

Nah, salah satu drama Korea yang tahun lalu saya selesaikan dengan rasa penasaran di setiap akhir episode berjudul Signal. Signal rilis sekitar awal tahun 2016 dan disiarkan melalui jaringan televisi kabel TVn. Bisa dibilang, TVn ini adalah jaringan televisi berbayar di Korea, namun rating Signal cukup tinggi. Mungkin ini karena kisah yang ditawarkan Signal adalah kisah yang menegangkan dan sarat misteri.

Tokoh utama adalah seorang profiler kriminal di kepolisian bernama Park Hae-Young. Hae-Young terkadang menggunakan kemampuannya itu untuk menganalisis skandal selebriti Korea untuk memuaskan hobinya. Haha! Sampai ia tertangkap oleh detektif Cha Soo-Hyun karena seorang selebriti merasa dikuntit dan melaporkan Hae-Young ke polisi. Namun, semua hal yang ada di hidup Hae-Young berubah sejak ia menemukan sebuah walkie talkie atau HT tua.

HT ini sudah tidak berbaterai dan rusak, namun entah kenapa di waktu-waktu tertentu, HT ini selalu menyala dan orang di seberang HT mengenal Hae-Young. Ia memberitahu tentang mayat seorang lelaki yang dikubur di bekas rumah sakit jiwa. Hae-Young yang memang penasaran akhirnya memberanikan diri untuk datang ke halaman belakang rumah sakit jiwa itu, dan ia menemukan kerangka manusia.

Singkat kata, kerangka manusia ini diidentifikasi sebagai tersangka penculikan dan pembunuhan seorang anak kecil di masa lalu yang ternyata adalah teman Hae-Young saat SD dahulu. Hae-Young mengingat bahwa jelas bahwa teman kecilnya itu dibawa oleh seorang perempuan dan ia pun menghancurkan investigasi polisi dengan membeberkan ke wartawan bahwa pembunuhnya masih hidup. Cha Soo-Hyun pun marah besar dan menghalau wartawan yang penasaran dengan kisah Hae-Young. Dibantu oleh Hae-Young yang menjadi satu-satunya saksi, Cha Soo-Hyun dan tim bekerja untuk mengungkap tersangka sebenarnya, sebelum undang-undang pembatasan kasus berakhir. Sekedar untuk informasi, kasus kriminal di Korea memiliki pembatasan waktu, yaitu sekitar 15 tahun sejak investigasi awal dan waktu dimulainya kejadian kriminal tersebut.

Teringat dengan Ibu teman kecil Hae-Young yang terus menunggu di depan kantor polisi demi mendapatkan kejelasan hukum atas kasus yang menimpa anaknya--yang bahkan tidak ditemukan sampai saat Hae-Young dewasa--membuat Hae-Young ingin membantu menangkap tersangka. Dengan kemampuan profilernya, Hae-Young pun berhasil menangkap tersangka dan pada akhirnya membuat masyarakat mempertanyakan undang-undang pembatasan. Oleh karena itu, kepala polisi akhirnya membentuk tim investigasi khusus kasus dingin, yaitu kasus-kasus lama yang belum selesai sampai sekaran alias unsolved crimes.

Tim baru pun dibentuk, berisikan Hae-Young, Soo-Hyun, satu detektif, dan satu forensik. Setumpuk kasus tua pun dikeluarkan dari arsip kepolisian, dan sepanjang episode, saya terjangkit virus penasaran. Bagaimana tidak? Bukan hanya karena saya menunggu bagaimana kasusnya selesai, tapi Hae-Young juga terus berkomunikasi dengan detektif di masa lalu yang misterius. Jadi, Hae-Young mencoba menyelesaikan kasus dengan meminta petunjuk dari detektif di masa lalu itu, yang mana detektif di masa lalu itu juga mendapat petunjuk dari masa depan sehingga ada beberapa hal yang berubah di masa depan.

Ini semua memperkuat kemungkinan imajinasi saya tentang kita yang hidup di rentang waktu paralel, tidak linear namun sirkular, dan kita dapat memegang atau mengubah apa yang terjadi di masa lalu dan masa depan. Apapun letupan kerikil yang dilempar di masa lalu, akan mengubah kemungkinan kecil di masa depan.

Uniknya, beberapa kasus dingin yang diambil pada drama Signal ini juga diambil pada beberapa kasus yang nyata terjadi di Korea. Di antaranya adalah kasus yang terkenal di Korea pada tahun 1986-1991, yaitu pembunuhan berantai Hwaseong. Bahkan pembunuhan berantai Hwaseong ini sempat dipadupadankan setara dengan Zodiac Killer. Korban yang ada sangat beragam dan random, mulai dari nenek usia 71 tahun sampai gadis kecil usia 13 tahun. 10 korban diperkosa dan dibunuh, dengan radius tempat tinggal mereka sekitar 2km. Mereka dicekik sampai mati dengan pakaian mereka sendiri. Dan kasus ini sampai sekarang belum terselesaikan, selain karena kurangnya bukti dan metode investigasi juga alat canggih pada masa dahulu, juga karena pembatasan kasus yang berakhir pada tahun 2006.

Dan menonton drama ini sedihnya bukan karena kisah romantis atau mengaduk perasaan, tapi karena beberapa tokoh figuran yang berdampingan dengan tokoh utama harus mati sia-sia atau mati karena berkorban. Hiks.

Serial drama ini jadi salah satu serial paling mengesankan dan thrilling, yang saya tonton dari Korea. Berbeda dengan serial Jepang yang memang sudah banyak thriller-suspense disajikan dari dulu.

Rating untuk serial ini adalah 5/5 dari saya! Yeay!

Untuk Joya

$
0
0

Hai. 

Kalau kalian membaca ini, itu artinya kalian nggak bakalan ketemu gue lagi. Gue sudah di neraka, mungkin malah di surga. Atau, gue malah nggak ada di mana pun, hanya melayang. Entahlah. Who knows? Surga - neraka, belum ada yang pernah masuk ke sana dan kembali lagi, bukan?

Gue Bong. Orang mengenal gue sebagai pria bertato biomekanik, bertampang sangar, dan bergaya rambut punk. Gue punya tindik di beberapa bagian wajah dan gue hampir nggak pernah pakai kaus, cuma pakai singlet. Kalian semua tahu singlet kan? Itu lho, kaus dalaman. Gue punya singlet cuma dua biji, itu pun dua-duanya sobek di bagian pinggang sampai ke ketiak. Ya, memang begini lah gue. Sejak keluarga gue meninggal dalam kebakaran rumah susun, gue hidup sendirian. Gue menemukan teman, sahabat, bahkan mereka yang gue anggap saudara sendiri, dalam perjalanan hidup yang penuh kebebasan.

Satu-satunya kaus yang gue punya adalah kaus abu-abu, bertuliskan "Nematodes are people too". Kaus hibahan Joya, seorang perempuan yang sering nongkrong bareng gue dan kawan-kawan gue di lantai satu rumah susun busuk ini. 

Why nematodes? Kata Joya, kaus itu dia sablon sendiri. Gue, teman-teman gue, dan Joya, hanyalah sekumpulan nematoda yang nggak bakal pernah jadi ancaman bagi siapapun. Joya menyablon kaus itu setelah ia menonton salah satu episode kartun Spongebob di kamar gue dan Jarwo--teman gue. Setelah menonton itu, Joya kabur ke kamarnya, mengaduk buntalan kaus yang nggak pernah dia cuci dan menemukan kaus polos itu. Dia menyablonnya di lantai satu rumah susun bagian timur, tempat Kris nongkrong sambil madat. 

"Kita ini semacam nematoda, tapi nematoda juga tetap manusia." Itulah yang Joya bilang saat memberikan kaus ini buat gue. Sambil minum alkohol oplosan, menghabiskan berbatang-batang rokok kretek, dan berbahagia dalam kefanaan rumah susun busuk, gue sama Joya saling adu kata-kata. Waktu itu, Joya lalu terbahak-bahak. Dia bilang lagi, "Yah, setidaknya Spongebob dan Patrick bilang gitu."

Mendengar itu, mau nggak mau gue juga ketawa. Lalu, bergabunglah Kris dan Jarwo. Sore itu, lengkaplah kebahagiaan gue di rumah susun yang nggak pernah bisa gue tinggalkan. Tapi, siapa yang sangka, kalau langit hitam sore itu, mengawali perpisahan gue sama Joya, Kris, dan Jarwo.

Satu-satunya yang gue ingat terakhir kalinya dari Joya adalah, rambut tebal perempuan itu. Terus, alis perempuan itu yang kayak ulet bulu, tinggi badannya yang cuma sebahu gue, dan pelukan terakhir gue buat dia yang mengawali tangisnya di antara hujan. Hujan yang mengantar gue ke medan tempur antara tiga geng besar di Rusun, dan mengantar kepergian diri gue sendiri. Siapa yang sangka, pelukan terakhir itu mendarat di tubuh Joya hanya untuk sementara. Gue bahkan nggak bisa memenuhi janji gue untuk menjaga Joya sampai akhir, sampai Joya keluar dengan selamat. Gue juga nggak tahu, bagaimana akhir pertempuran itu. Apa Joya selamat? Apa Joya bahagia? Apa Kris dan Jarwo menjaga Joya dengan baik? Yang gue ingat, pandangan gue sudah kabur. Semuanya menghitam dan sosok bayangan menarik gue dari pertempuran. Lalu, gue pun hanya bisa berjanji untuk mengirimi Joya surat, sebagai ganti janji gue yang nggak akan pernah bisa gue lunasi kepada Joya.

Nah... Sekarang, gue benar-benar menulis surat. Untuk Joya. Surat yang gue tulis dengan susah payah, sebab kata-kata mulai terbang jauh. Gue udah sulit mengingat diri gue sendiri, apalagi mengingat kenangan bersama Joya. Gue harus menorehkannya di mana-mana, agar kata-kata itu abadi. Gue harus menuliskan ini, karena sebentar lagi, gue akan benar-benar lupa.

Sebelum gue mencapai lupa yang gue juga nggak inginkan, izinkan gue bilang satu hal:

Joya, di mana pun lo berada, gue akan tetap ingat sama lo. Walaupun seribu tahun lagi, walaupun gue mati, hidup lagi, lalu mati lagi, gue akan tetap ingat lo. Entah bagaimana caranya, tapi gue akan selalu bisa menemukan lo. Tolong berjanji hal yang sama buat gue, Joya. Tolong, jangan pernah lupain gue, sampai kapanpun, sampai lo hidup - mati - dan hidup lagi berulang kali. 

Sosok hitam itu, memperhatikan gue. Sudah saatnya bagi gue mengakhiri surat yang gue tuliskan di atas awan hitam ini. Sudah saatnya gue membiarkan awan ini luruh menjadi butiran hujan, yang kelak akan mengirimkan surat-surat gue, agar sampai kepada Joya.

Gue percaya, hidup dan mati adalah siklus. Gue percaya, di kehidupan lain, gue pasti akan kembali bertemu Joya.

[Bong]

Preman Pensiun: Angin Segar Bagi Serial TV Indonesia

$
0
0
Kang Komar

"Ngapain kamu ke sini?" ujar Kang Komar--si preman pasar--pada pemuda beranting hitam di hadapannya.

Pemuda itu lalu menjawab sambil cengengesan. "Saya siap untuk gabung lagi Kang."

Kang Komar pun melengos sedikit, lalu menyindir pemuda itu. "Katanya lagi merintis usaha dagang cilok."

"Bangkrut, Kang."

"Masa baru merintis udah bangkrut lagi? Ya udah, karena kamu mau gabung lagi, saya kasih misi pertama buat kamu."

Si pemuda tidak menjawab, hanya memperhatikan Kang Komar yang rambutnya keriting ala Candil Seurieus itu. Si pemuda terlihat antusias. Namun dengan sekali tebas, Kang Komar berkata, "Nah, sekarang beliin kopi!"

Si pemuda melongo. Mau tak mau, ia melangkah dari tempat nongkrong preman menuju warung. Misi pertama, membeli kopi untuk Kang Komar.

***

Penggalan cerita di atas adalah salah satu adegan antara Kang Komar dan bawahannya dalam serial televisi Preman Pensiun. Kang Komar sendiri adalah salah satu preman yang berada di bawah kepemimpinan Kang Mus atau Kang Muslihat. Sejak Kang Bahar (Didi Petet) memutuskan untuk tidak lagi turun ke jalan, hanya di rumah saja dan menyerahkan kepemimpinan 'lapangan' kepada Kang Mus, Kang Mus yang kini turun tangan membenahi kekacauan yang disebabkan oleh preman-preman di bawah kelompok Kang Bahar.

Kang Mus (kiri) dan Kang Bahar (kanan)

Preman Pensiun dihadirkan setiap hari, dan ketika sempat menonton televisi, saya tak sengaja menontonnya. Sebenarnya, sebelum serial keluarga ini tayang di salah satu televisi swasta Indonesia, saya sudah melihat iklannya. Melihat beberapa tempat di dalam serial itu, saya merasa familiar. Dan benar saja, ketika serialnya tayang perdana, suara angklung khas Jawa Barat terdengar beberapa kali di latar musiknya. Wah, tempat syutingnya juga benar-benar familiar, Bandung dan sekitarnya.

Jamal 'Koboy' - Preman Terminal
Jika pada masa kecil dulu, saya menonton serial keluarga seperti Si Doel atau Keluarga Cemara, di tahun 2015 ini, saya cukup senang karena akhirnya ada serial atau sebut saja 'sinetron' yang tidak menyebalkan seperti sinetron televisi kebanyakan. Serial keluarga semacam ini sudah saya nantikan sekian lama, sejak televisi diboikot oleh sinetron yang membuat saya malas menonton televisi. Sejak Preman Pensiun mengisi layar kaca, saya jadi kembali menyukai televisi, tentunya hanya untuk serial itu.

Bagi saya, Preman Pensiun tidak menjual hal yang muluk-muluk. Malah, bisa saya katakan bahwa serial ini begitu realistis. Adegan, tempat, dan dialog yang sederhana itu kadang malah membuat saya ikut berpikir. Bagi saya, Kang Bahar, Kang Mus, Kang Komar, dan preman lainnya adalah Robin Hood. Mereka hanya mengambil jatah keamanan yang mereka kira perlu. Mereka tidak mengganggu orang, tidak menyakiti orang, dan mereka hidup apa adanya. Mereka preman yang manusiawi. Lagipula, dibandingkan sinetron remaja yang agak menyedihkan dan tidak tepat sasaran, serial ini saya rasa lebih baik. Lebih baiknya itu berkali-kali lipat. Selain tontonannya ringan, cukup dekat dengan kehidupan sehari-hari, pesan moral yang dimunculkan Preman Pensiun ini juga tinggi. Serial seperti inilah yang seharusnya banyak dimunculkan, daripada sinetron. Tingkat konsumtif dan kelahiran remaja 'salah gaul' yang muncul karena tontonan sinetron remaja yang salah kaprah, bisa diminimalisir dengan memunculkan serial serupa Preman Pensiun lebih banyak lagi.

Saya jadi menaruh harapan yang cukup kepada stasiun televisi satu ini (meski tidak terlalu tinggi karena ekspektasi berlebihan bisa menghancurkan). Saya harap ke depannya stasiun televisi ini menampilkan lebih banyak lagi serial yang memperkaya khazanah serial keluarga khas Indonesia. Tak melulu jual harapan, tak melulu percintaan, tak melulu adu domba. Serial keluarga itu ya benar-benar cerita keluarga. Dekat dengan yang menonton, menyerempet kehidupan sehari-hari, realistis, dan pastinya bernilai moral tinggi.

Oh ya, posting blog ini hanya ulasan semata. Tidak ada unsur promosi atau apapun. Yah, meskipun nama stasiun televisinya kelihatan sedikit di gambar postingnya. Adanya cuma gambar itu sih di google images.

Buat yang belum nonton, selamat menonton!

Warnai Hari dengan Koleksi Spesial Swatch Tahun 2017

$
0
0
I Love My Swatch!
sumber gambar: Mapemall.com
Bagi kalian penyuka arloji atau jam tangan, atau yang sehari-hari biasa memakai jam tangan pastinya sudah tak asing lagi dengan jam tangan berlogo bendera Swiss. Logo bendera Swiss yang berlatar merah dengan tanda plus warna putih itu juga merupakan logo salah satu produsen arloji yang terkenal dan merajai pasaran dan berasal dari Swiss. Sejak diluncurkan pada tahun 1983, popularitas Swatch meroket. Dari dulu hingga sekarang, Swatch seperti tidak pernah kehabisan ide untuk memproduksi macam-macam arloji yang beragam dari segi warna maupun model. Selain Swatch SA, anak perusahaannya di bawah Montres Flik Flak SA, dengan giat memproduksi, mendesain, dan mendistribusikan jam tangan itu. 

Nah, pada awal 2017, Swatch yang tak pernah kehabisan ide, mulai meluncurkan beberapa model arloji dengan warna yang sudah pasti akan populer. Swatch tidak hanya memproduksi arloji dengan tali karet, namun kini Swatch mulai merambah model arloji yang talinya berbahan tekstil dengan warna-warna pastel kombinasi. Kesannya memang sedikit girly, namun untuk pria yang senang menggunakan arloji dengan ukuran tidak terlalu besar atau terlalu kecil, akan cocok memakai koleksi baru Swatch ini.  

Selain arloji dengan tali tekstil, Swatch juga meluncurkan jam tangan yang berada di kategori “Traveller’s Dream” dan memiliki rangka stainless steel. Jadi, Swatch kini tak terbatas hanya di arloji dengan tali karet saja, tapi juga macam-macam kombinasi tali lainnya.  

Swatch di 2017 ini juga memanfaatkan momen tahun baru China dengan meluncurkan desain eksklusif khusus tahun baru China kali ini. Tahun 2017 ini merupakan tahun Ayam Api, dan Swatch meluncurkan desain arloji bertali merah, dengan gambar ayam berwarna merah dan latar belakang kuning di bagian jam tangannya. Selain itu, desain yang diberi nama “Rocking Rooster” ini datang dengan kemasan yang menarik, yaitu tabung berwarna merah dengan desain ornamen bunga nuansa biru dan kuning berlogo Swatch di bawahnya. Kemasan ini menambah kesan eksklusif dan personal yang memanfaatkan tahun baru China di 2017 ini. 
Swatch Rocking Rooster
sumber gambar: Mapemall.com

Nah, jika kebetulan mencari Swatch di toko-toko online cukup sulit, kini semua koleksi spesial Swatch tahun 2017 bisa ditemukan di toko online yang menjual Swatch asli seperti di Map E-mall. Di sana, banyak sekali koleksi spesial Swatch tahun 2017 yang bisa ditemukan. Dan koleksi eksklusif atau edisi khusus seperti Rocking Rooster juga bisa didapatkan di sana. 

Selain efisien dan tak perlu lelah mencari dari toko official Swatch, dari toko online pun sudah bisa didapatkan. Lagipula, belum tentu koleksi spesial bisa didapat dari toko offline. Sekarang berbelanja arloji favorit juga hanya sebatas klik saja pada ponsel atau komputer personal. Semua kemudahan berbelanja barang paling up-to-date, bisa didapat dari berbelanja di Map E-mall. 

Dan biasanya, banyak promo atau diskon yang ditawarkan dari Map E-mall. Jadi, selain mendapatkan barang eksklusif, original, dan update, semua barang itu juga bisa didapatkan dengan harga spesial. Semua koleksi spesial yang rugi kalau terlewatkan ini, bisa langsung dimiliki dengan harga spesial. Kenyamanan dan kemudahan berbelanja seperti ini bukan cuma mimpi. 

Jadi, langsung saja klik koleksi spesial Swatch tahun 2017 ini dan beli melalui Map E-mall yang sudah terjamin garansi dan keasliannya. Jangan lewatkan hari-hari berwarna dengan memiliki arloji terbaru Swatch.


Berbelanja di Alfamart dan Dapat Hadiah Emas? Mau Banget!

$
0
0
sumber gambar: situs Alfamart
Di bulan Februari yang penuh kasih sayang ini, banyak juga lho tempat-tempat yang menawarkan kasih sayang lebih banyak dari pasangan kamu. Hehe. Ternyata, selain pasangan kamu, berbagai program bulan Februari juga tahu banget apa yang kamu mau. Salah satunya adalah berbagai program menarik yang ditawarkan oleh Alfamart di bulan Februari ini dan berbagai kemudahan berbelanja yang ditawarkan. Semua program itu memberi kamu keuntungan lebih dan pastinya menyenangkan.

Apa sih salah satunya? Nah, ini dia. Buat ibu-ibu dan siapapun yang gemar memasak, Alfamart membuka program pengumpulan stempel bertanda khusus setiap berbelanja dan setelah dikumpulkan bisa mendapatkan koleksi alat masak premium yang pastinya menambah kesenangan dalam memasak. Kalau sudah premium, pasti peralatannya awet dan berkualitas, hasil masakanmu juga bakal lebih berkualitas dan enak.

Selain itu, berhubung masih bulan Februari yang banyak orang kenal sebagai bulan kasih sayang karena ada hari Valentine, Alfamart juga menyediakan paket-paket cokelat berikut minuman pendamping cokelat dengan harga khusus, lho! Jadi, kalau sudah kenyang makan cokelat, kita nggak perlu beli minum lagi saat haus, karena paketnya sudah termasuk di dalam pembelian cokelatnya. Jadi, buat pasangan yang mau kasih hadiah tapi bingung, langsung aja beli paket cokelatnya di Alfamart.

Dan yang ditunggu-tunggu oleh semua orang, terutama oleh ibu-ibu nih, yaitu belanja dan dapatkan undian berhadiah emas. Caranya gampang banget buat mengikuti undian berhadiah emas ini. Untuk ibu-ibu atau keluarga yang punya anak, tinggal membeli Pediasure atau Ensure saja. Selain minuman susu dan shake ini penuh nutrisi untuk anak, ternyata minuman susu ini juga bisa memberikan kesempatan undian berhadiah emas, dengan total emas yang tidak tanggung-tanggung sampai 250 gram. Dan selain ada undian berhadiah emas, ada juga ratusan juta voucher Alfamart yang bisa dimanfaatkan untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga kita.

Memang berbagai program seru ini selalu berbeda-beda di setiap minggu dan bulannya, tapi Alfamart tidak pernah kehabisan info mengenai program-program belanja yang lebih seru lagi dan dapat memberikan banyak keuntungan untuk kita semua. Selain itu, Alfamart memberi kemudahan dalam melakukan berbagai transaksi kita seperti membeli tiket kereta, membeli pulsa, bayar tagihan listrik, tagihan air, tagihan saluran televisi kabel, maupun berbagai transaksi elektronik lainnya. Seluruh transaksi elektronik ini bisa dengan mudah kita lakukan melalui gerai Alfamart yang sudah banyak ditemukan di sekitar kita. Selain melakukan pembayaran, dari pembayaran elektronik itu juga terdapat berbagai promo menarik di dalamnya. Jadi, keuntungan kita berlipat, tidak hanya membayar tagihan secara mudah, tapi juga mendapatkan keuntungan dari pembayaran tagihan itu.

Nah, untuk undian berhadiah emas ini berlangsung dari awal sampai akhir bulan ini. Jadi, jangan lewatkan programnya untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya keuntungan, voucher belanja dan juga kesempatan untuk mengikuti undian berhadiah emas.

Jadi, percayakan setiap kebutuhan berbelanja dan pembayaran tagihan pada Alfamart, karena setiap bulannya, Alfamart selalu memberikan program menarik bagi konsumen dan mencoba meningkatkan pelayanan bagi kebahagiaan konsumen. Alangkah lebih baik lagi, jika teman-teman semua menjadi anggota eksklusif Alfamart, sehingga tidak akan pernah ketinggalan informasi menarik terkait program Alfamart yang sedang berlangsung. Nah, selamat berbelanja kebutuhan teman-teman dan jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan undian berhadiah emas.

Tips: Belajar Mengembangkan Plot Novel dengan Three-Act Structure

$
0
0
sumber: raindance.org
Setelah sekian lama hiatus dari riset dan baca-baca tentang tips menulis fiksi, rasanya saya berkewajiban untuk menulis hal itu lagi. Kalau dibaca dari artikel ini, elemen fiksi itu secara sederhana hanya ada enam elemen. Elemen itu antara lain adalah plot, setting, karakter, konflik, PoV, dan simbol. Untuk karakter kan sudah pernah saya bahas secara sesat di sini, dan pada posting blog kali ini, saya akan mencoba untuk membahas plot dalam karya fiksi (yang pastinya akan dikupas secara sesat).

Apakah plot itu?


Terkadang, para ahli kepenulisan sering menyebutkan bahwa plot bukanlah hal penting dalam karya fiksi, dan pembaca yang memperhatikan plot hanyalah yang tidak dewasa. Namun, plot dalam fiksi sebenarnya adalah hal yang juga penting, karena plot adalah satu hal yang membuat kita sebagai pembaca pertama-tama memiliki keinginan untuk menghabiskan bacaan. Plot dapat digambarkan seperti umpan pada kail, yang menarik ikan. Plot adalah elemen dalam karya fiksi yang pasti akan membuat kita penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi, salah sekali kalau dibilang plot itu kurang penting atau porsinya tidak sebesar karakter, konflik, dan lain-lain.

Nah, setelah tahu tentang plot, biasanya banyak orang yang bertanya, "Bagaimana sih cara membuat plot cerita kita supaya waw?" Atau pertanyaan lainnya yang lebih standar, "Bagaimana sih cara supaya bisa menulis cerita?"

Baiklah. Ini pertanyaan mudah dengan jawaban yang cukup sulit, sebab tugas plotting cerita bukanlah tugas mudah. Karena dalam membuat plot, kita harus memikirkan series of events, atau serangkaian kejadian yang membuat orang tetap membalikkan halaman dan tidak berkata, "Hah? Gitu doang? Apaan sih ini?"

Sebelum sampai pada bagaimana mengembangkan plot, mari kita simak empat hal mendasar yang sekiranya harus kita pahami dari sebuah plot.

1. Suatu plot adalah rangkaian kejadian yang saling berkaitan. Jadi, ketika kita menulis kejadian seorang anggota dewan yang tertabrak mobil dan tidak berkaitan dengan kejadian  pengangkatan Kapolri baru, itu berarti dua hal ini bukanlah hal yang berhubungan, melainkan hanya sebuah kebetulan. Padahal, lebih baik kalau dua kejadian itu menjadi saling berhubungan dan memunculkan misteri.
2. Karakter utama menginginkan sesuatu yang penting. Dan ketika mereka gagal, tingkat risiko yang harus ditempuh karakter utama semakin tinggi. Hidup mereka juga seperti bergantung pada keinginan itu.
3. Apapun yang mereka inginkan, tidak akan mudah didapat. Faktanya, semua yang kita punya dan kemungkinan risiko yang kita kembangkan, kita lemparkan saja pada tokoh utama.
4. Kejadian-kejadian itu harus mencapai kesimpulan yang memuaskan. Dalam hal ini, plot novel pada akhirnya tidak harus happy ending, menggantung, atau ambigu, tapi harus ada kesan bahwa plot ditutup, entah ke depannya akan dilanjutkan ke serial berikutnya atau tidak.

Struktur "Three Act"


Angka tiga adalah angka sakti dari plot, tidak hanya untuk novel, tapi juga untuk cerita pendek, film, dan dalam pementasan teater.

Setiap cerita, biasanya memiliki tiga bagian plot, yaitu awal, tengah, dan akhir. Tiga bagian ini memisahkan fase-fase dalam cerita. Pada pementasan teater, biasanya disebut Act I, Act II, dan Act III, dan biasanya tirai dibuka atau ditutup pada setiap Act.

Pada novel, plot dibagi menjadi beberapa bagian atau bab, bukan dalam "Act", meskipun terkadang pada setiap fase bab, kita juga bisa melihat perpindahan dari fase awal ke tengah, lalu dari fase tengah ke akhir cerita.

Istilah yang lebih manusiawi, bisa kita simak pada penjelasan di bawah ini:
1. Beginning / Awal: Karakter utama membuat pilihan untuk beraksi.
2. Middle / Tengah: Aksi tersebut dimulai dan dibumbui berbagai konflik.
3. End / Akhir: Konsekuensi dari aksi dan resolusi akhir.

Contohnya akan coba saya tuliskan di bawah ini. Sebut saja ini plot "Ninad dan Eunoia", yang juga ada dalam naskah distopia berlatar Indonesia tahun 2050-an yang sedang saya garap.

  1. Ninad sudah memasuki usia dewasa muda, yaitu awal delapanbelas. Ia bermaksud untuk mengikuti seleksi anggota "Demokrasi Empat Pilar" agar bisa mengungkap kasus hilangnya orangtua Ninad yang tergabung dalam Dewan Perluasan Agung, divisi Virtuoso.
  2. Selama proses seleksi rupanya tidak mudah, sebab Ninad berasal dari daerah Tepi Batas yang dinilai kurang dalam segi pendidikan maupun pengembangan daerah. Tetapi, Ninad dapat lolos dengan hasil baik bahkan masuk ke dalam Dewan Pembangunan Agung, divisi Arsitek. Karena domisili Ninad tersebut, banyak calon anggota lain yang mencoba untuk menjatuhkannya dari mulai tahap seleksi sampai ketika ia sudah berada di dalam gedung dewan.
  3. Aksi-aksi pada bagian tengah cerita, memiliki konsekuensi dan pada novel, hal ini menyebabkan perubahan pada karakter utama maupun karakter pendukung (ingat-ingat saja ketika Joanna Mason dan Katniss yang bermusuhan akhirnya bersahabat kembali). Hal ini, dengan kata lain, Ninad--si tokoh--menyadari kekurangannya, berubah menjadi lebih kuat dan mencapai keinginan atau kebenaran yang ia cari. Ia menemukan kembali titik terang dan penyelesaian kasus hilangnya kedua orangtuanya dan berhasil menjadi pembangun handal di salah satu dewan Demokrasi Empat Pilar.

Dari cerita pendek ke novel dengan 200 halaman atau lebih; dari opera ke bioskop; struktur klasik "three act" inilah yang menyatukan semua cerita dan rangkaian kejadian - termasuk novel kalian.

Tentu saja, hal ini belum menjelaskan bagaimana caranya membuat plot dalam novel dengan keren, tapi jangan khawatir karena pada posting berikutnya, saya akan coba menjelaskan hal tersebut.

Sedikit petunjuk: Dari "three act structure" ini, kalian juga bisa membagi kerangka novel kalian dan memasukkannya dalam fase, apakah kerangka A masuk fase awal, atau masuk fase tengah, atau bahkan akhir.

***

Posting blog ini dibantu oleh beberapa referensi berikut:

The Elements of Fiction (SEMO EDU)
How to Plot a Novel

5 Langkah Dasar dalam Membuat Plot Novel

$
0
0
sumber gambar: plot whisperer
 
Teori ini sebenarnya merupakan lanjutan dari pembahasan tengan plot pada posting sebelumnya. Beberapa teori di sini juga yang sering saya coba praktikkan tiap kali menulis novel, karena beberapa novel keren yang pernah saya baca memang bermain pada sisi plot, penuh ketegangan dengan dinamika naik-turun yang tak berkesudahan. Nah, beberapa teori berikut adalah dasar dari aturan plot yang mungkin akan memudahkan kita semua dalam membuat plot novel.

1. Membuat Kerangka Plot
Kerangka plot akan memudahkan kita dalam menyusun tiap bab atau bagian dalam novel. Jika kita menyusun kisah yang kompleks, kita akan membutuhkan kerangka ini untuk membuat diagram alir pada tiap bab dan kasus. Meski kadang membuat kerangka adalah hal yang beberapa orang hindari (mungkin karena malas), tapi membuat kerangka tidak sulit. Lagipula, dalam pengembangan kerangka, pasti akan ada bab atau kisah tambahan sebagai bumbu. Nah, karena itulah kerangka plot akan sangat membantu untuk memberi rambu-rambu pada plot cerita agar tidak keluar jalur atau "out off topic".

2. Memberi Ruh pada Plot
Hiasi plot yang tadinya hanya jasad saja dengan ruh agar lebih hidup. Hiasi dengan karakter yang kompleks dan latar yang akan menambah kuat plot dan menarik perhatian pembaca. Pastikan untuk memperhatikan detail kecil dan tetap fokus karena plot yang baik akan hancur jika isi cerita terlalu semrawut karena penulis pasti punya banyak pikiran yang ingin diutarakan sepanjang novel berkembang. Meski kompleks dan warna-warni, ruh plot ini harus mengarah pada titik balik novel yang utama yaitu, solusi akhir.

3. Bawa Plot ke Solusi Akhir yang Kuat
Apakah kisah pada tiap bab mengarah ke solusi akhir? Jangan biarkan pembaca kecewa. Resolusi ini adalah titik balik terakhir; bagaimana karakter berubah dari awal cerita sampai akhir. Pembaca menghabiskan waktu untuk membaca novel bukan hanya untuk melihat akhir yang datar (tentu saja meskipun banyak novel yang begitu sih). Tapi, setidaknya jangan membiarkan pembaca lelah dengan satu novel hanya karena resolusi yang biasa. Terserah kalian, mau cliffhanger, mau sad ending, happy ending, twist ending, bersambung atau apapun, yang pasti buatlah kisah akhir dengan kesan mendalam. *tsah

4. Akhir Bab yang Alami
Setelah klimaks pada tiap adegan, bagian, atau bab novel, bungkus semua kejadian klimaks itu secepat yang kita bisa. Jangan mengulur waktu atau menambah kesan berputar-putar karena pembaca bisa bosan dan karakter berikut plotnya akan menderita. Ingatlah bahwa akhir cerita akan menjadi hal paling menyegarkan dalam pikiran pembaca ketika mereka selesai dan menaruh bukunya.

5. Buat Karakter Menyelesaikan Konfliknya Sendiri
Jangan membuat waktu atau pahlawan kesiangan melakukan pembersihan pada konflik karakter utama di akhir-akhir cerita. Hal ini akan membuat karakter utama tidak terlihat seperti karakter utama. Pembaca biasanya ingin melihat bagaimana perkembangan karakter utama dan bagaimana ia menyelesaikan masalahnya, melalui plot cerita.

Catatan Akhir: 
Membuat plot yang baik tidak semudah yang dipikirkan, meski teori menyebutkannya semudah yang saya tulis di sini. Haha. Sebenarnya hal yang paling penting adalah berlatih menulis terus, karena saat kita sudah menemukan pace kita, menulis novel akan benar-benar mengeluarkan imajinasi liar kita (saya kadang sampai tertawa sendiri, atau kadang suka mempraktikkan adegan yang saya tulis sendiri). Kurang lebih seperti itu.

Tidak ada hal yang instan, semua bayi saja lahir belum bisa jalan, lalu belajar merangkak, lalu jalan, baru bisa berlari. Jadi, menulis plot yang baik bukanlah hal instan melainkan karena terus dilatih.

Jadi, giatlah menulis barang berapa halaman, baca ulang, kasih ke teman dan minta tolong baca juga, lalu mintakan saran dan kritiknya. Dengan begitu, kita akan lebih mudah belajar.

Selamat menulis!

***

Posting blog ini dibantu oleh beberapa referensi berikut:

Mengatur Prioritas Budget Wedding Outdoor di Bandung

$
0
0
Hai! Selamat datang di posting blog pertama di bulan Maret ini sekaligus posting pertama setelah menikah. Kali ini, saya mau membahas tentang tips menyusun acara pernikahan outdoor tapi hemat. Hahaha. Ya, Alhamdulillah, 25 Februari 2017 lalu, saya resmi menikah. Sepanjang melewati proses persiapan pernikahan dan segala printilan lainnya, saya cukup kalem. Rusuh dan gugupnya malah pas udah mau masuk akad nikah. Tapi, setelah seminggu berlalu, kini yang tersisa hanya foto-foto yang jumlahnya ribuan dan hasrat untuk sharing tentang apa saja yang saya pelajari dari mempersiapkan pernikahan. :))

Pernikahan saya sebenarnya direncanakan secara dadakan. Awalnya, saya memilih tanggal di bulan April untuk acara pernikahan. Namun, karena satu dan lain hal, juga karena jadwal kuliah yang semakin padat dan bentrok, akhirnya acara itu saya majukan ke bulan Februari. Jadilah, saya dan suami mengurus segala hal secara dadakan. Hampir semua koordinasi dilakukan melalui whatsapp, dan untuk pemilihan vendornya sendiri, kami tidak ambil pusing untuk survey sana-sini, karena beberapa kami cek melalui online--dengan mengambil referensi dari teman-teman yang pernah memakai vendor tersebut dan juga dibantu orang tua. Untuk acara ini, kami memakai patokan budget wedding Bandung yang kami buat hemat sekali. Mengingat acara yang dadakan, dan rasanya kok sayang menghabiskan uang sekian puluh sampai ratus juta hanya untuk menikah dalam satu hari. Ya begitulah, kami pasangan hemat. :))

Kami mematok biaya di bawah 100juta untuk acara resepsi. Setelah mematok ini, kami pun menulis daftar prioritas yang harus ada dan yang boleh dihilangkan dari acara kami. Di bawah ini adalah daftar prioritas yang kami buat untuk acara pernikahan di daerah Bandung (Cimahi termasuk Bandung juga kok). Dan prioritas ini adalah hal-hal yang diurus setelah beres mengurus administrasi KUA dan budgeting mahar.

1. Venue atau Tempat Acara

Untuk tempat acara, tentukan dulu apakah mau di rumah, di gedung, atau di lokasi outdoor. Saya sendiri memilih di lokasi outdoor, karena rumah saya kecil dan airnya juga lama (maklum torrent rusak). Jadi, kalau akan cuci-cuci alat makan catering, pasti repot. Nah, lalu kenapa outdoor? Baiklah. Saya sebenarnya ingin wedding ala pinterest gitu, tapi yang on budget. Jadilah, menyesuaikan dengan biaya saya dan suami, saya tetap akan buat acara outdoor di Cimahi atau Bandung, tapi tetap hemat. Sedangkan, kenapa saya nggak memutuskan pakai gedung? Hmmm, soalnya gedung di Bandung dan Cimahi udah nggak make sense harganya.

Jadi, untuk venue outdoor ini, saya pilih Villa Lazuardi Cisarua Bandung Barat. Lokasinya masih agak di bawah, belum ke Lembang banget, meskipun banyak orang menganggap itu Lembang. Padahal, Villa Lazuardi ini ada di Cisarua, masih jauh dari Lembang. Nah, alasannya pilih Lazuardi, karena harga sewanya itu untuk 24 jam, sudah plus keamanan dan kebersihan selama acara, termasuk listrik 3500 watt, dan kursi rotan lucu sebanyak 150 buah. Ini benefit tersendiri, karena dengan dapat kursi itu, saya jadi menghemat biaya pernikahan Bandung deh, nggak harus sewa kursi lagi untuk duduk tamu.

Venue: Villa Lazuardi; Dekorasi: Vanessa Wedding
Harga Lazuardi sendiri, untuk sewa di tahun 2016 dan acara di tahun 2017, waktu itu saya kena 7.5juta, sudah satu area villa sampai parkiran bawah. Di sana juga sudah bisa tidur di villa dari malamnya, karena sewa berlaku 24 jam. Jadi, pagi-pagi nggak rusuh deh harus berangkat dari rumah ke tempat acara.

2. Catering Wedding
Sekali lagi, saya orangnya (sok) sibuk dan malas tanya-tanya gitu. Jadi, ketika mencari catering wedding di Bandung dan Cimahi, saya memanfaatkan mesin pencari dan informasi dari teman dekat. Kebetulan, teman saya ada yang menikah di Villa Lazuardi juga, dan pas saya lihat catering-nya, kok kayaknya oke. Setelah itu, saya stalking aja informasi catering itu dan ternyata dia memasang informasi harganya di website. Ini memudahkan banget, karena saya yang notabene anaknya malas bertanya, jadi tinggal kontak customer service-nya deh. Memang sih, catering ini yang paling banyak memakan biaya, jadi kita harus pintar-pintar untuk menghitungnya. Pertama, kita hitung dulu estimasi tamu undangan, lalu kalikan dua. Saya memakai catering Resep Bunda, dan kebetulan mereka menyediakan paket. Misal, paket 500 undangan, 750 undangan, 1000 undangan dan paket plus dekorasi. Paket wedding juga beragam, kita bisa memilih sesuai selera kita mau yang berapa stall dan berapa desert. Nah, untuk informasi harga, bisa langsung mampir ke situsnya di sini: http://resepbundacatering.com/catering-pernikahan-di-bandung

Salah Satu Stall Resep Bunda di Wedding Saya

Waktu itu, saya sendiri pesan paket Andromeda untuk 750 pax (saya mengundang sekitar 350 orang), dan Alhamdulillah nggak kurang, malah dikasih bonus juga. Hehe. Terus, sisanya bisa dibawa pulang buat makan beberapa hari setelahnya. Paket Andromeda terdiri dari buffet standar, 3 stall, 3 desert, dan sarapan 10 persen dari total pax.

3. Make Up & Wardrobe
Kenapa make up dan kostum pernikahan ini jadi poin ke-3? Karena ini harus disesuaikan. Apakah mau jahit sendiri, sewa, atau bagaimana? Kasus saya, karena dadakan, akhirnya saya sewa dari vendor make up wedding yang ada di Cimahi. Asalnya saya mau jahit sendiri tapi waktunya mepet. Kebetulan galeri vendornya ada di dekat rumah, jadi waktu saya pulang ke Cimahi, saya sempatkan untuk lihat-lihat ke galeri. Di sana ternyata banyak sekali koleksi bajunya, jadi kita bisa milih sesuai konsep warna yang diinginkan. Yang mau pakai kostum adat daerah tertentu juga boleh. Yang mau make up-nya flawless juga bisa request sama Ibu Nita, pemilik dari Vanessa Wedding ini. Nah, Vanessa Wedding juga menyediakan paket, misal plus dekorasi, plus upacara adat, dan lain-lain.

Buat yang mau minta kontak Vanessa Wedding, just let me know ya. Atau yang mau kepoin IG-nya, bisa ke @vanessaweddingmua. :)

4. Dokumentasi
Dokumentasi ini penting, karena setelah menghabiskan uang sekian dalam sehari, hal yang nanti kalian ingat-ingat ya cuma foto-foto lucu nan keren. Nah, sebenarnya ada beberapa vendor yang menarik hati, tapi karena satu dan lain hal, saya harus skip beberapa. Pilihan akhirnya jatuh pada Nesnumoto, salah satu vendor dokumentasi pernikahan di Bandung. Fotonya lucu-lucu, keren, dan tone-nya ceria. Pas sama venue yang di lapangan villa dan banyak bunga-bunga. Nuansa outdoor yang ceria jadi makin kelihatan. Untuk harga paket yang disediakan juga beragam, tergantung keinginan dan budget teman-teman. Buat kalian yang berminat untuk memakai jasa foto Nesnumoto, bisa langsung kepoin aja instagram-nya di @nesnumoto.

Contoh Jepretan Nesnumoto (Tanpa Edit)

5. Souvenir + Undangan
Untuk kedua hal ini bisa diurus belakangan, karena pembuatannya nggak lama. Nah, paling yang saya akalin itu di sisi undangan. Kalau untuk teman yang dekat banget sih biasanya saya kasih pesan personal plus kiriman e-invitation. Undangan fisik cuma saya bagi ke teman-teman orangtua saya dan suami, karena kan nggak enak kalau ngasihnya e-invitation.

6. Dekorasi
Untuk dekorasi outdoor, katanya sih mahal. Malah, ada yang sampai habis puluhan juta hanya untuk dekorasi outdoor. Tapi, kebetulan untuk vendor dekorasi saya ini satu set dengan paket make up saya di Vanessa Wedding. Terus, saya jelaskan kalau lokasi wedding sudah berwarna, banyak bunga dan lain-lain, jadi untuk dekorasinya bisa yang minimalis aja dengan nuansa putih yang segar. Saya nggak punya ekspektasi muluk-muluk sih dengan dekorasi hemat, tapi kenyataan bicara lain. Ternyata, waktu saya datang di hari Jum'at malam sebelum hari H, dekorasi sudah selesai dan kece juga untuk ukuran outdoor. Sayang, malamnya nggak sempat foto-foto karena agak gerimis. Saya juga udah ngantuk, jadi langsung tidur di villa. Tapi @nesnumoto, vendor dokumentasi sempat memotret beberapa titik area wedding saya waktu pagi. Ini contoh dekorasi Vanessa Wedding. :D

Sekarang, apa saja yang bisa dibuang atau dikeluarkan dari prioritas untuk budget wedding Bandung dan Cimahi? Cek daftarnya di bawah ini.

1. Entertainment
Nuansa outdoor kadang ramai dengan hiruk-pikuk obrolan tamu dan kesibukan mereka foto-foto pemandangan. Jadi, musik atau entertainment ini bisa dibuang. Atau, bisa juga diganti dengan musik yang diputar dari CD atau daftar putar MP3. Selain lagunya bisa pilih sendiri, kalian jadi punya mixtape wedding untuk diri sendiri.

2. Siraman, Upacara Adat, dll
Acara tetek-bengek ini bisa dibuang, apalagi buat kalian yang menikah dengan orang berbeda budaya. Istilah saya sih, cross-culture. Haha. Kebetulan suami saya dari Pasundan alias Padang Susundaan. Jadi, setelah kami rundingkan, kami memutuskan untuk memakai pernikahan yang umum saja atau modern. Tanpa siraman, upacara adat yang lama, malam ini itu, ngunduh mantu, dll. Cukup pernikahan lucu bertema outdoor dengan acara standar lempar bunga dan ketawa-ketawa.

3. Mobil Pengantin
Buat saya, ini nggak begitu penting sih. Lagipula, saya sudah di venue sejak H-1, jadi saya nggak butuh mobil buat ke venue. :))

4. MC
Memang sih, kalau paket MC ini nggak pake WO akan jadi berdiri sendiri. Buat yang MC-nya nggak include, hal ini mungkin nggak terlalu penting. Tapi, kalau yang dapat satu paket, bersyukurlah. Saya kebetulan ambil paket yang ada MC, jadi sepaket dengan Vanessa Wedding tadi. Nah, MC ini buat mengatur jalannya acara. Buat yang susun kepanitiaan sendiri tanpa WO, MC juga bisa ambil dari teman yang public speaking-nya jago. Lumayan kan kalau lebih hemat?

5. Prewedding?
Saya nggak sempat buat mengadakan prewed. Haha. Selain itu, karena memang nggak berniat memajang foto di salah satu area pernikahan, jadi saya nggak pakai prewedding. Waktu pas wedding aja saya susah banget mau senyum, alias kaku difoto, apalagi kalau harus foto prewedding ala-ala gaya tertentu gitu. :))

Nah, jadi teman-teman ada yang berencana untuk menikah di Bandung atau Cimahi? Just let me know kalau butuh list budget pernikahan dan gambaran kasar budget wedding Bandung di bawah 100juta.

Selamat menikah dan berbahagia! :))

P.S. Yang mau tahu budget saya, silakan tinggalkan email di kolom komentar, nanti saya kirimkan hitung-hitungan hemat saya dan suami. :))
 

Review Vendor Wedding: Resep Bunda Catering Bandung

$
0
0
Salah satu elemen yang utama di dalam acara pernikahan adalah catering. Untuk pemilihan catering ini memang harus jeli, karena harga catering di Bandung dan Cimahi sangat bersaing. Kita bisa saja bingung memilih karena terlalu banyak survey dan lain sebagainya. Makanya, waktu itu saya mengerucutkan pilihan catering ke tiga opsi saja, plus satu untuk cadangan.

Opsi lain yang ada di daftar pilihan saya sebenarnya sudah menyediakan kontak di brosur mereka, tapi responnya agak lambat. Selain itu, karena acara pernikahan kami yang mengalami perubahan tanggal seperti cerita saya di sini, saya jadi nggak sempat lagi untuk test food dan keliling. Karena itu, akhirnya saya menjatuhkan pilihan ke Resep Bunda Catering yang sejak awal sudah saya dan suami lirik karena melihat wedding teman yang memakai vendor ini. Selain itu, Resep Bunda Catering sudah memunculkan daftar harga paket wedding di website mereka. Ini keren sebenarnya. Notabene catering di Bandung memang punya website, tapi untuk harga tidak dicantumkan alias kita harus menghubungi lagi customer service. Nah, buat apa dong punya website?
 
Area Prasmanan Resep Bunda
Tamu undangan saya dan suami itu sebenarnya sedikit. Yang banyak memang di tamu orangtua kami. Undangan sekitar 350 orang, dikalikan dua menjadi 700 pax. Setelah search di website Resep Bunda Catering, pilihan pax yang ada hanya 500, 750, dan 1000 pax. Kalau dibandingkan dengan harga catering lain yang pasang harga per porsi baru dikalikan pax, akhirnya saya pilih saja paket Resep Bunda yang 750 pax. Saat itu, saya memilih Paket Andromeda (non dekorasi) untuk 750 pax. Sesuai yang ditawarkan oleh Resep Bunda, harga paket tersebut Rp 32.250.000, sudah termasuk 3 stall, 3 desert, dan sarapan.

Paket Andromeda terdiri dari buffet, berupa nasi, aneka daging standar, aneka ayam / ikan standar, aneka sop, aneka cah, air mineral, dan kerupuk. Untuk stall ada 3, desert 3, dan sarapan. Pilihan buffet, stall, dessert, dan sarapan sudah tercantum di dalam situs Resep Bunda Catering.

Dari pilihannya, saya pun mengambil menu-menu berikut ini:
  • Buffet: Nasi, Daging Kari, Ayam Suwir, Cah Brokoli Tofu, Macaroni Schotel.
  • Stall: Sate Ayam + Lontong, Baso Tahu, Chicken Cream Soup + Garlic Bread
  • Dessert: Buah Potong, Puding Fla, Es Goyobod
  • Sarapan: Lontong Kari, Teh, Kopi (plus Gula)

Nah, nilai plusnya, customer service Resep Bunda aktif melakukan follow up ke pelanggannya. Contoh unik dan keren ada di beberapa minggu sebelum hari pernikahan saya. Waktu itu saya dilayani oleh Teh Lela, salah satu CS Resep Bunda Catering. Asalnya, saya memilih Cream Soup untuk di buffet. Tapi, Teh Lela memberitahukan kalau menurut saran owner, cream soup sebaiknya diganti dengan macaroni schotel saja jika masih ingin ada makanan bernuansa pasta. Waktu saya tanya kenapa? Ternyata alasannya karena memang untuk sup ini tidak disediakan mangkuk lagi, jadi kalau memakai piring dari buffet, dikhawatirkan akan tumpah. Enaknya Resep Bunda memang seperti ini, CSnya aktif dan fast respon. Mungkin karena Resep Bunda Catering itu memang sudah ahli di bidang catering berbagai acara dan ada konsultan gizi dan makanannya juga. Jadi, Resep Bunda sudah tahu apa yang terbaik untuk pelanggan.

Area Stall dan Dessert

Untuk catering ini juga sudah termasuk dekorasi prasmanan dan gubukan. Untuk pilihan warna bisa disesuaikan dengan tema yang diinginkan. Waktu itu, saya pilih warna biru sesuai dengan warna konsep utama di acara pernikahan saya.

Stall Sate Ayam Resep Bunda Catering

Selain itu, pasca wedding, pihak Resep Bunda juga membantu untuk membungkus makanan yang berlebih. Biasanya kan yang ditakuti oleh para pengantin itu kalau makanan kurang. Tapi, Alhamdulillah sama Resep Bunda Catering, semuanya sudah diatur. Saya dan suami jadi cuma tinggal fokus saja pasang senyum di pelaminan.

Jadi, buat teman-teman yang berencana untuk menikah di tahun 2017 ini, lebih baik book sekarang saja di Resep Bunda Catering. Atau bisa menghubungi CS-nya dulu untuk tanya-tanya, bisa ke link berikut untuk kontaknya.

Buat yang butuh catering acara lainnya juga bisa lho ke Resep Bunda. Sudah ada paket-paketnya jadi lebih mudah memilih. Nah, selamat memilih catering ya bride-to-be!

Rating Vendor: 5/5

Review Vendor Wedding: Nesnumoto Wedding Photographer Bandung

$
0
0
Dari sekian banyak persiapan nikah kemarin, yang paling memusingkan adalah mencari wedding photographer yang HANDAL dan hasilnya kece. Kenapa? Karena dari acara satu hari itu, yang nanti akan diingat sepanjang masa mungkin cuma memori di pikiran dan yang ada dalam foto. *tsah

Mulailah saya mencari vendor dengan coverage area Bandung dan sekitarnya. Stalk di Instagram sih banyak banget vendor wedding photographer ini dan hasilnya juga bagus-bagus, dengan selera tone yang berbeda-beda. Ada yang dark, ada yang cerah ceria, ada yang kesannya kayak fantasi gitu semacam Alice in Wonderland, ada yang lebih menguatkan sisi fotografi pre wedding, dan lain sebagainya. Tapi, sebenarnya dari sekian banyak vendor itu, yang paling saya cari ialah yang menangkap momen secara efisien. Apa itu efisien? Efisien adalah input kecil dengan output besar. :)) *yeee nggak mau rugi*
Setelah berkeliling dan secara tak tahu malu, meninggalkan komentar "email pricelist dong kak" di banyak akun IG, akhirnya saya pun menimbang beberapa vendor yang cocok dengan budget kami. Dan setelah diperkecil lagi, pilihan pun jatuh pada Nesnumoto.

Why Nesnumoto?
Jadi begini ceritanya. Waktu itu sebenarnya saya sudah ada pilihan vendor dan keukeuh ingin pakai dia untuk acara pernikahan saya, tapi ternyata saya dan suami terlambat booking. Waktu itu sudah masuk bulan Desember dan di mana setiap rintisan usaha gitu kan akhir tahun sudah mau tutup buku, jadi vendor ini pun sudah mau tutup buku dan ganti budget baru. Pas saya tanya jadi berapa harganya, ternyata naiknya jauh banget, di luar budget kami. Akhirnya kami bongkar lagi catatan perbandingan vendor-vendor berikut penawaran layanan mereka. Lalu, kami cari yang harganya sesuai budget dengan pelayanan maksimal. *tetep ogah rugi*

Nah, dari pengalaman kami, ada sedikit tips nih:

- Penting lho membuat resume mengenai para vendor, jadi kita bisa tahu harus membayar berapa dan dapat layanan apa saja.
- Setelah fix memilih, lebih baik langsung book tanggalnya supaya harga nggak keburu naik ke harga tahun berikutnya.
- Jadi, contohnya mau menikah tahun 2017, maka sebisa mungkin segala hal sudah kalian book pada tahun 2016 supaya masih harga 2016. Ini untuk menghindari kasus tutup buku dan berubah harga yang jauh.

Well, karena dari catatan perbandingan yang sudah dibuat ternyata Nesnumoto ini paling cocok, akhirnya saya hubungi CP mereka dan dibantu oleh Teh Lita.

Poin plus:

- Teh Lita dari Nesnumoto ini sangat fast respond dan ramah. Saya juga jadi lebih enak buat tanya-tanya. Nggak kayak vendor sebelumnya yang gagal itu, agak galak jawabnya. :))
-Pricelist Nesnumoto disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan, jadi ada paket-paketnya dan bisa dikurangi hal yang tidak ada di pernikahan. Misal, nggak ada acara siraman, hal itu bisa dikurangi.
- Pembayaran bisa beberapa kali dengan catatan untuk down payment itu 20% dari harga paket.
- Yang paling penting, pada saat acara, kru Nesnumoto sigap dan inisiatif banget. Malah ada yang sampe lari-lari kesana kemari waktu saya jalan di aisle runner menuju Babang suami. :)) Hasilnya dari lari-lari si kru ini ternyata berubah keren.
- Sepanjang acara, kru Nesnumotostand by terus. Saya malah nggak tega, jadi mikirin apa para kru Nesnu sempat makan siang? :(
- Pasca acara, Teh Lita yang saya hubungi dari awal untuk book dan lain-lain langsung follow up tentang hasil fotonya (format non editing) untuk dikirim ke alamat saya.
- Lalu, dengan sigap foto-foto yang akan dicetak langsung dipilihkan oleh Nesnu dan dikirim ke email. Kalau ada revisi dari hasil proof, saya tinggal kasih tahu lagi mau direvisi sama foto yang mana.
- Kurang lebih hasil cetak 2.5 bulan dari acara dan bisa lebih cepat tergantung situasi dan kondisi gitu.
- Dan terakhir, ternyata salah satu kru kebetulan malah menjelma jadi saudara jauh suami. Akhirnya setelah acara malah jadi ngobrol-ngobrol sedikit deh. Hmm, what a cool coincidence. :))

Nah, buat yang penasaran sama hasil foto Nesnu, coba stalking IG mereka di @nesnumoto, atau bisa lihat hasil jepretan mereka di bawah ini.

Image from Nesnu Instagram

Image from Nesnu Instagram

Image from Nesnu Instagram
Captured by Nesnumoto
Captured by Nesnumoto
Captured by Nesnumoto
Selamat memilih vendor dokumentasi pernikahan kalian ya! Oh ya, next post mungkin saya akan buat top 3 atau top 5 vendor-vendor wedding yang pernah saya buat catatan kakinya. Jadi, stay tune terus di blog saya dan jangan lupa subscribe feed ya. :p

Not for IT: Bagian 1 - Pagi, Hanisya!

$
0
0

image source from here.edited with: GIMP


01. Pagi, Hanisya!

Libur panjang yang sebenarnya hanya tiga hari, makin pendek saja rasanya. Mungkin, karena selama liburan kemarin aku tidak mengerjakan kegiatan yang bermanfaat. Sekarang, aku malah sudah berdiri lagi di Transjakarta koridor Pulogadung - Dukuh Atas. Bertahan dari manusia yang berebut masuk di halte Pasar Genjing dan bertahan dari bau ketiak pagi hari. Ya begitulah. Setidaknya, ada Mas Akhdiyat Duta Modjo yang setia di kuping ini, menyanyikan lagu semangat cuma buat aku seorang.
 
Lagi santai-santainya bersenandung, tiba-tiba saja bis reyot ini ngerem mendadak. 

“Astaghfirullah!” teriak seorang Ibu di samping kananku.
 
Dan persis efek domino, Ibu ini jatuh ke arah kiri. Aku pun terdorong. Pegangan terlepas. Secara slow motion, gerakan lunglai khas pegawai kantoran yang belum sarapan, aku jatuh cantik ke samping kiri, menimpa mbak modis pegawai bank. Aku nggak tahu apakah karena aku jatuh ke arah dia yang sedang PMS, atau memang karena tertimpa diriku yang berat ini, dia jadi marah. Dia lalu menyerocos tak jelas, bahkan sampai bawa-bawa jilbabku.
 
“Aduh, pegangan yang bener dong Mbak! Makanya pakai jilbab nggak usah panjang-panjang, ribet sendiri kan!” teriak pegawai bank itu ke kupingku.
 
“Dan kau bisikkan kata cinta,” seling Mas Duta di dalam kepalaku.
 
“Ya ampun! Pak Supir, yang bener dong nyupirnya!” gerutu ibu-ibu yang sebelumnya jatuh ke arahku. 

“Pastikan kita seirama,” kata Mas Duta lagi.
 
“Oalah, bajaj bodoh!” jawab Pak Supir, tak mengindahkan gerutuan para penumpang di belakangnya. Sementara semua orang menggerutu, yang aku dengar cuma lagu Sheila on 7 di dalam kepala. Bagaimanapun, aku tidak boleh dan tidak bisa marah. Sebab, kata ibuku, marah itu hanya nafsu semata. Setan lah yang akan tertawa, kalau aku marah-marah hanya karena bajaj yang belok suka-suka dirinya. 

Ya Allah. Kenapa sih Senin pagi harus kayak gini? Semoga sampai sore nanti, pekerjaan tetap aman.  

***   

Jam baru menunjukkan pukul setengah sembilan kurang saat aku mengempaskan pantat ke kursi. Baru mau bernapas, eh si Hagian udah nyamperin. Kalau Hagian yang nyamperin, pasti bukan kabar baik. Ya itu karena, Hagian ada di bagian IT Monitoring, yang pekerjaannya bakal memonitor kegiatan server dan jaringan di kantor perusahaan retail terbesar di Jakarta. Ya, di sinilah aku bekerja. 
“Han, server database-nya Pak Joni nggak report ke aplikasi monitoring tuh. 
"Bisa tolong cek enggak? Soalnya gue mau kirim laporan shift tiga,” jelas Hagian saat aku baru saja akan duduk. 
Bla bla bla bla katanya. Aku pun menutup mata sejenak. 
 
Hagian malah mengetukkan jarinya di meja kerjaku. 
 
“Aduh, Yan. Bentar yah, belum buka laptop, nih. Baru juga mau duduk,” kataku sabar. Sabar, sabar. Tidak boleh marah, supaya seharian ini lebih berkah.
Hagian berkacak pinggang. Kaus belelnya yang sepertinya sudah berkerak air liur itu terlihat menyebalkan di pagi hari. 
 
“Yeee. Kok malah gitu sih? Kalo elo ngantuk, apa kabar gue? Gue juga dari shift dua lanjut shift tiga kemaren nih belom molor!” balas Hagian tak sabar. 
Baiklah, aku mengalah pada lelaki cuek itu. Ini karena aku tak mau ada masalah di pagi hari. Maka, setelah menyalakan laptop, aku mengonfirmasi password proxy di dalam jaringan kantor dan mulai mengerjakan titah Hagian. 
 
Hagian senyum-senyum girang. Sambil menguap lebar tanda lega, ia pun berlalu. “Makasih ya Hani yang baik hati pake banget.” 
 
Dan sepagi ini, ingin rasanya aku mencakar satu orang rekan kerja. Si calon korban tercakar tertawa geli sambil merapikan barang-barang di mejanya, sementara aku sudah mengecek server yang dimaksud Hagian. Sabar, sabar. Pokoknya hari Senin ini harus berlalu tanpa masalah, supaya tak jadi monster day.
 
“Pagi, Hanisya.” 
 
“Apaan lagi si....” kata-kataku berhenti. Aku nyaris marah-marah.
 
Ternyata Mas Okto yang menyapa. Dia itu, Mas Duta versi KW super! Memang sih, dia nggak bisa nyanyi. Tapi, suaranya mirip Duta Sheila on 7! Dan, melihatnya selalu membuat adem, karena dia itu orangnya ramah. Ingin rasanya aku....
 
Aduh, lagi mikir apa sih! Kalau ada yang bilang, cuma disapa begitu doang bisa bikin perempuan layu, lemah, dan baper, itu benar! Dan kayaknya perempuan labil kayak aku ini mudah lemah sama sapaan sepele di pagi hari yang kelabu. 
Tiba-tiba aja, pagi jadi semarak. Mengerjakan titah Hagian tadi jadi lebih ringan hanya karena memikirkan yang tidak-tidak. Duh, Gusti Allah. Apakah ini permasalahan yang kerap dirasakan oleh perempuan usia duapuluhan tanggung? Semoga aku tidak terlalu banyak memikirkan yang tidak-tidak.
 
Untung saja, lamunan tidak berfaedahku di pagi hari ini, dihentikan oleh Hagian. “Woi! Udah belum!”
 
“Eh, iya sebentar!” Mimpi utopik soal Mas Okto yang berhadap-hadapan dengan Bapakku untuk meminangku pun hilang begitu saja. Yah, ketahuan deh mimpiku. Hehe. 
 
Waktu Hagian nyuruh-nyuruh kayak mandor bangunan gitu, Mas Okto hanya tertawa penuh wibawa. Udah gitu, dia lantas mendongak ke Hagian yang tinggi badannya agak lebih tinggi daripada dia. “Pagi, Yan. Lembur?” 
 
“Iya Mas. Double shift nih. Ini gue nunggu Hani beresin servernya. Per pagi tadi nggak kirim report tuh,” jawab Hagian. Hagian lalu beralih lagi padaku, “Jadi kenapa tuh server Pak Joni?” 
 
“Service SNMP-nya mati, jadi datanya nggak ketarik,” jawabku singkat sembari mengerjakan solusinya. 

“Oh gitu. Sekarang udah bisa?” 
 
Udah. Gih, kamu cek dulu. Terus balik sana. Pusing deh pagi-pagi udah diberisikin.” 
 
Hagian langsung berlalu, pamit pada Mas Okto dan segera menuju meja kerjanya yang berbeda dua blok kubikel dengan kubikel punyaku. Hagian berada di kubikel tim support, termasuk di dalamnya adalah IT Monitoring (tim di mana Hagian berada), lalu meja tim Onsite Support dan Helpdesk. Sedangkan aku ada di kubikel tim infrastruktur, termasuk di dalamnya adalah tim Server (posisiku sekarang), tim Network, dan tim Infra Provisioning. Dan kubikel lain ada di belakang. Lantai IT ini tidak terpisah dinding. Satu lantai besar hanya terdiri dari kubikel-kubikel yang tidak tertutup penuh. Aku masih bisa melihat kepala orang yang tertutup kubikel hanya dari tiga perempat wajah mereka dan masih bisa kulihat sekeliling, termasuk lokasi kubikel tim aplikasi di mana Mas Okto berada. 

Aduh, Mas Okto lagi. Memikirkannya saja membuat hatiku di hari Senin ini jadi gundah gulana. 

Soal Mas Okto, akan kuceritakan nanti. Yang jelas, Senin ini bakalan agak sibuk. Ternyata banyak server yang bermasalah dari semalam. Tapi, ini mungkin lebih baik daripada seharian penuh hanya mengkhayalkan Oktomadya Rayala.


***

Episode  2 >>>


Not for IT: Bagian 2 - Lelaki Berbuku Jari Panjang

$
0
0
02. Lelaki Berbuku Jari Panjang

Seperti jam istirahat kantor pada umumnya, beberapa karyawan beramai-ramai menuju tempat makan. Tapi, karena aku sedang puasa, jadilah aku langsung menuju Mesjid di seberang gedung kantor. Tadinya sudah mengajak Mirza, salah satu temanku yang ada di divisi IT Helpdesk, tapi dia malah izin keluar sebentar pas jam istirahat. Katanya sih mau jemput anaknya yang baru pulang sekolah dulu. Berhubung teman-temanku lainnya juga mau makan siang dulu, sendirianlah aku menuju Mesjid.
Itu dia, sepatu oxford warna cokelat dengan sedikit brogue di bagian depannya. Sepatu punya Mas Okto. Jadi, kali ini aku akan ceritakan awal mula kenapa aku mulai menyimpan perasaan aneh terhadap supervisor tim IT Application itu.
Kira-kira, lingkaran kisah ini dimulai sejak enam bulan lalu aku mulai menjadi tim IT Server di tempatku bekerja sekarang.
***
Enam bulan lalu, pukul sebelas lewat empat puluh lima. Menuju jam makan siang, lift selalu penuh. Aku berlari di lorong gedung menuju lift, berusaha mengejar lift yang sebentar lagi tertutup. Tepat berada di depannya, lift itu menutup. Tapi, sebuah telapak tangan berbuku jari panjang, menahan pintu lift tertutup.
Di dalam lift sudah penuh, sebagian besar laki-laki di bagian depan pintu lift, dan perempuan dari divisi di lantai atas ada di bagian belakang. Di sampingku adalah pemilik buku jari panjang.
Sosoknya tinggi, menaungi aku yang mungkin hanya sebahunya. Aku mencoba untuk menyusutkan diriku rapat ke pojok kiri lift, karena himpitan beberapa lelaki dari sisi kananku yang terus berdesakkan di dalam lift. Namun, tiba-tiba saja, tangan kanan lelaki berbuku jari panjang itu mendorong ke pintu lift, menahan non-mahram yang berdesakkan ke arahku.
Ada sedikit ruang di antara tangannya dan aku. Kini, aku benar-benar terlindungi. Dan ia pun tak sedikitpun mendekat untuk menyenggolku, malah terus menjagaku. Entah kenapa, perjalanan lift yang turun hanya dalam hitungan detik, membuat hatiku goyah.
Dan saat aku hendak menuju Mesjid kala itu, aku melihat lelaki itu di depanku. Berjalan menuju Mesjid dengan langkah lebar. Membuka sepatunya, lalu bergegas menuju tempat wudhu saat mu’adzin mengumandangkan adzan. Setelahnya, aku berlalu menuju tempat wudhu wanita dan tak lagi kucari-cari dia. Tetapi, esok harinya, kejadian itu terus berulang setiap menjelang jam makan siang. Hingga akhirnya, secara tak sengaja, aku menghafal sepatunya yang selalu ada di depan Mesjid, bahkan sebelum adzan berkumandang.
***
Nostalgia semacam itu rasanya aneh. Sudah lama aku tidak pernah merasakan sesuatu yang menggetarkan seperti ini. Tapi, apakah ini perasaan yang benar? Mungkin aku harus memperbanyak dialogku dengan Allah, agar jadi lebih tenang dan jelas semuanya.
Melamun aja ih, Hani,” tegur Rinni, teman sekantorku di IT Helpdesk.
Nggak melamun kok. Cuma lagi mikir aja,” jawabku standar.
Berhubung jam istirahat masih lama, kuputuskan untuk bercerita. Di samping Rinni, ada Amanda dan Mirza yang baru saja datang setelah menjemput anaknya dulu tadi.
Mikir apa? Kehidupan? Di antara kita berempat, cuma kamu sama Manda yang belum menikah. Apa lagi mikirin itu?” tanya Rinni tiba-tiba.
Pemikirannya tepat sih. Usia dua puluh lima memang usia yang sedang labil-labilnya.
Itu namanya quarter life crisis,” sambung Mirza sembari menaruh helm di bawah meja.
Baru juga datang, udah nimbrung aja Mbak,” balas Manda sembari tertawa.
Jadi, kuputuskan untuk bercerita pada empat wanita ini. Mungkin kalau sedikit sharingdengan wanita yang lain, jadi agak nyaman.
Memang lagi mikirin soal jodoh sih. Dulu waktu Mbak Mirza sama Mbak Rinni menikah, ceritanya gimana? Kan, kalian berdua udah bekerja di sini, apa suami ada komplain gitu?” tanyaku penasaran.
Komplain? Ngapain harus komplain coba, Han. Yang namanya pasangan itu, tetap support sesuai porsi. Suamiku sih mendukung aku tetap bekerja, asal anakku tetap terurus,” jawab Mirza.
Caranya gimana? Kan kerja? Susah, Mbak,” balasku lagi.
Mirza dan Rinni terlihat berpikir, sementara Manda tak menjawab apa-apa karena sama-sama belum punya pengalaman berkeluarga juga sepertiku.
Akhirnya Mirza angkat bicara, “Passionaku memang di dunia IT. Setelah berkeluarga dan punya anak, memang jadi lebih berat. Tapi, karena aku sudah berkomitmen sama keluarga dan diri sendiri ya harus dijalani sebaik-baiknya. Porsinya harus seimbang. Aku sama suami sama-sama berjuang dan gantian jagain Shafa. Untuk itu, kamu harus tahu dulu, nanti kamu mau gimana setelah menikah. Apa masih kerja? Atau mau off? Bukannya kamu pernah bilang, kalau kamu mau lanjut S2 dan terus kerja sampai jadi kayak GM kita di sini?”
Aku terdiam. Betul juga ya. Dulu, aku pernah bertekad untuk terus bekerja di dunia IT sampai aku benar-benar menyerah. Ambisi yang tinggi itulah yang membuat aku lupa, kalau aku ini perempuan yang punya kodrat tersendiri.
Kalau begini, jadi bingung sendiri. Yang kupikirkan malah dia lagi, si lelaki berbuku jari panjang, Mas Okto.
Kalau Mas Okto, bagaimana ya pandangannya soal istri yang bekerja? Apakah mendukungnya?

Not for IT: Bagian 3 - Bekerja untuk Bermanfaat

$
0
0
03 - Bekerja untuk Bermanfaat

Hari Kamis menuju rangkaian long weekend lainnya yang ada di bulan ini. Semua orang sibuk membereskan pekerjaan mereka agar long weekend tetap santai. Tapi, apakah memang ada istilah long weekend buat pekerja IT kayak aku dan teman-temanku?
Mbak, bisa tolong cek ticket 40450 sekarang nggak?” tanya tim basis data di bawah asuhan Mas Okto.
Aku pun segera membuka aplikasi ticketing dan membuka nomor yang ia maksud. Karena agak aneh dengan isi ticket yang belum sempat aku cek sebelumnya, aku pun bertanya, “Mas, ini masalahnya bukan di active directory punya tim server.
Tiba-tiba saja, orang itu berubah ketus. Ia meletakkan tangan kirinya di atas pembatas kubikel, sementara tangan kanannya berkacak pinggang.
Bukan di server gimana? Ini hasil dump data yang masuk ke database saya kepotong semua. Harusnya kan yang masuk nama lengkap karyawannya nggak kepotong gini,” gerutunya.
Teman satu timku sontak menoleh dan mendekat. Lalu, Iswara, salah seorang kawan dari tim Network yang pindahan dari tim Server pun bertanya, “Memang kepotongnya gimana?”
Orang basis data itu kembali adu argumen, “Ya kepotong. Contohnya nama Agus Abidin munculnya cuma Agus Abid, padahal settingdi database saya untuk nama bisa muat sampai 35 karakter, masa iya Agus Abidin nggak masuk? Tolong deh ya, segera aja diberesin!”
Ia berlalu tanpa bilang permisi atau terima kasih sebelumnya. Aku tidak bisa marah, karena aku sendiri belum mengecek letak kesalahannya. Akhirnya aku cari solusinya supaya kemarahan orang itu tidak berlarut-larut. Malas juga aku kalau hari ini harus pulang malam.
Hampir lima belas menit berlalu, aku sepertinya menemukan letak masalahnya. Iswara dan Firdaus menghampiri, lalu bertanya, “Jadi gimana?”
Kayaknya masalah memang bukan di server kita deh. Ini kan yang dikirim bulk data active directory ke servis LDAP punya dia. Nah, kita kan nggak tahu tim database itu pakai data apa untuk dilempar ke tabel nama,” jelasku ringkas. Iswara dan Firdaus mengangguk paham. Mereka pasti juga sudah tahu masalah seperti ini, apalagi Iswara yang mengurus perangkat jaringan, pasti juga ada lintas data dengan active directory.
Terus gimana? Mau disamperin aja itu tadi si Mas Jaya?” tanya Firdaus kemudian.
Harus lah, biar tahu masalahnya. Eh iya, tolong diaccept dulu itu tiketnya ya, Us! Terus langsung diclose aja supaya nggak numpuk di kita,” balasku lagi sembari beranjak menuju meja di mana tim Mas Okto berada.
Di sana, Mas Jaya, orang yang tadi datang melihatku cukup ketus. Beberapa tim aplikasi juga terlihat kurang bersahabat. Padahal, mereka sering menyuruh aku dan teman-temanku mengerjakan sesuatu tanpa ticket terlebih dahulu. Padahal, setiap kasus atau masalah yang masuk ke ticket kan dihitung sebagai pencapaian tim. Kalau begitu terus kan, pencapaian bulanan tim kami jadi rendah.
Nah gimana? Udah beres tuh?” tanya Mas Jaya tanpa basa-basi.
Aku mengambil kursi yang kosong dan menggeser kursi itu. Aku menarik nafas dan mulai menjelaskan, “Jadi gini. Masalahnya memang bukan di server tapi di tarikan data aplikasi Mas ke database.
Mas Jaya terlonjak marah. “Ya nggak lah! Saya kan bikinnya udah mikirin banget, jadi masa iya sih bisa salah?”
Lho, saya nggak bilang salah. Saya cuma bilang, kalau kemungkinan data yang diambil bukan data nama yang benar. Jadi, di active directory kan ada ‘Display Name’ sama ‘CN’ atau ‘Common Name’. Di active directory, kami memang cuma setting untuk 8 karakter aja, tapi kalau Display Name sih sampai empatpuluhan karakter. Nah, sekarang saya tanya, Mas Jaya ambil data yang mana?”
Mas Jaya terdiam dan mengingat-ingat. “Oh gitu ya?” jawabnya sedikit melemah. Tim aplikasi yang lain seolah tak menerima, dan salah satu teman Mas Jaya menukas, “Mbak, apa nggak bisa active directoryyang diganti tuh?”
Sesungguhnya, saat itu aku ingin marah-marah dan terbahak dalam sekali waktu, sampai aku tak lagi ingat malu. Soalnya, pertanyaan itu kalau dibilang sangat aneh ya benar-benar aneh.
Aku sedikit tersenyum sopan sebelum menjawabnya, “Nggak bisa Mas. Kalau active directory atau sebut aja AD yang diganti, efeknya akan kena ke seluruh user di Mega Mitra, bahkan sampai kantor cabang yang di luar kota, apalagi AD ini kan dipakai login. Kalau ganti di setting tarikan data ke database kan yang kena efek cuma aplikasi Mas aja. Jadi, itu aja sih jawaban dari saya dan tim. Semoga bermanfaat dan bisa dipahami. Kalau ada yang nggak dimengerti, silakan balik lagi ke meja kami.”
Aku pun berlalu dari meja itu, meninggalkan mereka yang terdiam malas. Satu fakta lain, bahwa di PT. Mega Mitra Komunikasi--tempatku bekerja saat ini sebagai tim outsource project dari vendor PT. IT Sentinel Indonesia--memang kadang memperlakukan karyawan outsource semena-mena. Jadi sedih banget, deh.
Waktu kembali ke mejaku dan menjelaskan hal yang sama pada teman-teman tim server dan network, mereka semua merespon dengan gelengan kepala.
Bahkan Iswara sempat berkelakar, “Nasib memang jadi orang vendor, dianggap pemadam kebakaran kali ya, segalanya harus kita yang siram kebakaran.”
Iya nih, capek banget. Besok masuk pula ya kan? Padahal orang lain libur,” keluhku pada akhirnya.
Lalu Firdaus menambahkan kata-kata penyejuk yang membuat kami semua tak sia-sia bekerja.
Ia bilang, “Namanya juga kerja, ada aja anehnya. Yang penting kan, kita bisa kasih tahu orang lain mana yang salah dan benar, jadi kita kerjanya semangat dan kasih manfaat ke orang lain. Syukur-syukur malah jadi pengetahuan baru buat kita semua. Ya nggak sih?”
Tumben amat sih lo ceramah gitu,” balas Parwita.
Ya sekali-kali lah Mat!” jawab Firdaus lagi.
Ya setidaknya, walau capek, ada saja teman yang bisa saling membantu seperti ini di kala susah. Semoga kami bisa bermanfaat sama-sama selama satu tahun kontrak sebagai vendor di sini. Dan semua cerita aneh juga diskriminasi vendor, kupikir akan terus berlanjut dan tidak berhenti di sini saja. Hmm, bagaimana dengan besok ya?

***

<<<  Episode 2  ---  Episode 4  >>>

Sajian Rohani dalam Dongeng Imajiner: Semua Ikan di Langit

$
0
0
Setelah sebulan lebih membuka-tutup Semua Ikan di Langit karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, akhirnya buku Ziggy yang memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016 ini, selesai juga. Menurut dewan juri, novel ini memiliki kemampuan bahasa di atas rata-rata, sehingga finalis lainnya tidak mendapat tempat juara dengan angka melainkan hanya juara favorit. Ketika saya baca, sebenarnya kemampuan bahasa di atas rata-rata ini menurut saya malah seperti kemampuan mendongeng di atas rata-rata, karena sang penulis bercerita dengan sangat antusias hingga berbusa-busa, bahkan mengulangi apa yang ia inginkan, walau masih dalam satu bab yang sama.

Kisah yang dituturkan dalam Semua Ikan di Langit bukanlah kisah sederhana. Berawal dari seonggok bis kota yang menarik penumpang dari Dipatiukur, hingga akhirnya bis tersebut bisa berkelana ke luar angkasa. Lalu, bis tersebut mengalami serangkaian kejadian yang mengilhami dirinya sehingga ia, sebagai bis kota, bisa memiliki keyakinan terhadap suatu Dzat yang ia sebut 'Beliau'. Banyak kisah yang dijalani dan banyak yang ia coba pahami mengenai apa yang disukai, tidak disukai, dicintai, dirindukan, dan ditangisi oleh Beliau. Sebagai Dzat yang mencipta apa-apa dari cahaya, dari ikan julung-julung, dan dari jahitan kain perca, Beliau memiliki berbagai sisi yang selalu dipikirkan oleh bis kota sampai kebingungan.

Padahal, sebagai Dzat yang Maha Segala, Beliau tidak pernah menuntut hal yang lebih, selain hanya kecintaan hamba yang Beliau cintai pula. Itu seperti yang dikatakan oleh pohon pengantar kisah hidup, bernama Chinar. Pohon ini seperti gambaran Lauh Mahfuz yang diyakini oleh umat Muslim, sebagai suatu bidang yang telah tertuliskan nasib dan kisah hidup segala hal yang ada di dunia dari penciptaan hingga akhir zaman. Bis kota pun mulai bertanya-tanya tentang apa saja yang Chinar kerjakan dan apa saja hal menarik dan kisah hidup menarik yang Chinar ketahui. Bis kota juga betanya-tanya tentang bagaimana cara mencintai Beliau, dan sekali lagi, Beliau hanya ingin dicintai dengan sederhana tetapi penuh, daripada dipuja-puja dengan agung hanya sebagai bentuk pemujaan simbolis.

Banyak yang membandingkan novel ini dengan Le Petit Prince atau karya-karya Hayao Miyazaki dan Studio Ghibli-nya, tetapi sebenarnya esensi dari novel ini jauh berbeda, dengan segmentasi yang juga tak sama dengan Le Petit Prince maupun Studio Ghibli. Segmentasi dari novel Ziggy satu ini mungkin lebih kepada para pencari spiritualitas, dengan eksekusi sajian rohani tersebut melalui dongeng imajiner. Sesungguhnya, apa yang disajikan dalam Semua Ikan di Langit ini adalah perjalanan seorang hamba yang berupa benda mati bersama dengan Beliau untuk memaknai penciptaan, akhir, dan penciptaan kembali.

Mungkin perjalanan bis kota ini seperti perjalanan linier, tetapi sebenarnya ia bergerak sirkular, tak mengenal batas waktu, sebab banyak kisah yang tidak mengenal akhir atau awal. Tak ada yang tahu kisah penciptaan apakah lahir dari kekosongan mutlak atau dari ledakan zat yang lama-lama mampat hingga meledak, seperti apa yang Stephen Hawking bahas melalui The Big Bang Theory. Fragmen-fragmen yang ada di dalam Semua Ikan di Langit adalah bentuk sajian kerohanian yang bisa dipersepsikan melalui keyakinan masing-masing orang. Jadi, tak perlu perdebatan tentang apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Ziggy melalui novel ini. Tak perlu ada juga perdebatan tentang simbol-simbol yang muncul dalam novel, seperti topi komunis Shosanna, kecoak Rusia, kucing padang pasir yang menjelma Sphynx, dan lain-lain. Simbol tersebut hanyalah satu dari sekian nasib yang sebenarnya sudah tertulis dalam ibu seluruh kitab dan nasib, Lauhul Mahfuz.

Jadi, perdebatan simbol hanyalah kesia-siaan, karena apa yang diceritakan dalam Semua Ikan di Langit, lebih dari sekedar simbol dan pemetaan. Lebih baik membacanya sebagai salah satu terapi rohani karena jika kau mencari dongeng yang bisa membuatmu tertawa-tawa, tentu tak akan kau temukan dalam novel ini. Namun, jika kau mencari sajian kerohanian yang penuh, dengan gambaran syaitan yang lahir dari pengeluh yang doyan bir dan rokok hasil minta-minta, bagaimana negeri dengan domba-domba tersesat diluluhlantakkan, dan bagaimana bis kota bisa ikut memulai suatu Kejadian, maka novel ini bolehlah kau baca dalam sepi dan waktu-waktu yang cocok untuk kontemplasi.

DIY Session: Membuat Pashmina Instan Sendiri

$
0
0

Halo teman-teman blogger! Kali ini saya mau berbagi post yang cukup berfaedah. Hehe. Biasanya post di blog ini memang nir-faedah, karena saya mengelola cukup banyak blog, dan yang sering diisi itu blog tentang teknologi, Linux, dan juga blog perjalanan. Nah, karena blog yang ini memang isinya campur-campur jadi harap maklum kalau isinya juga lebih banyak ulasan personal tentang film, buku, atau rilisan fisik band indie yang saya beli.

Tapiiii, hari ini saya mau berbagi tutorial membuat pashmina instan sendiri. Untuk post semacam ini, saya usahakan supaya sering muncul ya, karena saya bikin rubrik baru di blog, yaitu "DIY Session", alias do it yourself. Rubrik ini akan membahas tentang seluk beluk crafting, sewing, crochet, dan semua hal yang berhubungan dengan bikin prakarya secara mandiri. Jadi, yang mau belajar bikin-bikin kerajinan, monggo ikuti feed DIY Session ini.

Di post pertama rubrik ini, prakarya saya yang terbaru adalah pashmina instan. Nah, dari dulu saya sebenarnya pengen pakai hijab atau khimar yang lebih panjang, supaya lebih nyaman aja sih. Karena, biasanya kan kerudung saya itu agak pendek dan kalau tertiup angin jadinya aurat suka terbuka secara nggak sengaja. Tapi, lihat di lemari kok koleksi kerudung saya kebanyakan pashmina. Putar otak supaya nggak jadi konsumen hijab dan terbawa arus komersialisasi dan konsumerisme hijab sebagai fashion, akhirnya saya jahit aja beberapa pashmina supaya jadi pashmina instan.

Kenapa dijahit sendiri? Kenapa harus ribet?


Alasan lainnya (selain karena nggak ingin belanja) yaitu karena saya sudah sampai di fase kemalasan memakai pin, jarum pentul, atau peniti. Dan, kalau dijahit sendiri, nantinya akan mengurangi waktu dandan di kaca, karena suami kasihan juga kalau nunggu saya kelamaan ngaca. :)) Terus, alasan lainnya adalah, karena dengan dijahit, panjang pashmina bisa saya sesuaikan tanpa harus ribet.

Lalu, apa saja sih bahan-bahan untuk menjahit pashmina instan ini?

1. Jarum jahit.
2. Benang jahit.
3. Jarum pentul.
4. Pashmina dong pastinya harus ada, atau boleh juga kain yang mau disesuaikan sendiri.
5. Penggaris atau meteran.
6. Pensil atau kapur jahit.
7. Tambahan, kalau punya mesin jahit, lebih enak lagi sih.

Itu saja bahan dan alat-alatnya. Nggak banyak kan? Dan yang lebih penting lagi, murah meriah! Padahal, kalau lihat di beberapa 'bakul jualan hijab', pashmina instan itu harganya berkisar antara Rp 50.000 - 150.000, itu juga yang bahan sifon ceruti biasa. Coba kalau yang merek-merek keluaran artis Indonesia atau merek non-artis tapi udah terkenal, bisa lebih mahal lagi. :(

Nah, kebetulan saya punya basic pashmina instan hadiah dari adik. Dari sini, saya sempatkan mempelajari pola potongan dan jahitan pashmina instan. Cek polanya di bawah ini yaaa.

Gambar 1 - Acuan Pola
Setelah memastikan ukuran dan pola, tandai batas jahitan dengan kapur jahit atau pensil, lalu dirapatkan dengan jarum pentul agar tidak berubah lagi. Ilustrasinya seperti di bawah ini.
Gambar 2 - Keterangan Lipatan dan Jahitan

Sisi A pada gambar lubang kepalanya 24,5 cm (sesuai ukuran lubang kerudung saya, standar kerudung biasanya lubang kepala 24 cm sampai 26 cm). Sisa yang harus dijahit adalah 7,5 cm.

Sedangkan, sisi B yang dilipat 35 cm itu, lubang kepala ukuran 27 cm. Kenapa lebih besar? Karena sisi B ini nanti akan dililitkan sebagai yang kedua saat pashmina digunakan, jadi usahakan ukurannya sedikit lebih besar dari sisi A, karena nanti tidak akan muat dengan kepala kita kalau lebih kecil ukurannya. Jadi, sisa yang dijahit hanya 8 cm saja.

Lalu, jahit di bagian dalam pashmina, hingga batas yang ditandai dengan kapur jahit atau pensil dengan kuat. Pashmina contoh ini saya jahit dengan tangan, pakai tusuk tikam jejak. Buat yang punya mesin jahit, langsung dijahit pakai mesin juga boleh. Lebih menghemat waktu. Ini sih karena saya nggak ada mesin jahit di rumah. :))

Jahitnya nggak panjang-panjang banget kok, jadi pakai tangan juga selesai dalam waktu sepuluh sampai dua puluh menit saja (waktu tersebut sudah termasuk mengukur pashmina dan menyesuaikan dengan pola).

Gambar 3 - Hasil Jahit
Nah, hasil jadinya seperti gambar 3, pashmina instannya ada dua lubang dan tinggal dipakai saja tanpa harus menyematkan jarum pentul lagi. Teman-teman bisa lebih menghemat waktu saat memakai hijab, tanpa ribet. Dan pastinya, dengan begini pemakaian hijab teman-teman jadi lebih tebal, tidak tembus pandang, karena tidak perlu dilipat pada saat memakainya.

Gambar 4 - Pemakaian
Gimana teman-teman? Mudah kan ternyata, membuat pashmina instan sendiri? Buat yang masih bingung atau ada pertanyaan, silakan tinggalkan komentar di sini ya. Nanti saya jawab semampu saya. Maklum, saya juga masih newbie di dunia jahit ini.

Selamat membuat pashmina instan sendiri ya! Salam jahit! :D

P.S.
  • Pola yang ada hanya ilustrasi saja, jadi ukurannya bukan skala dari ukuran yang sebenarnya.
  • Next post mungkin akan saya sertakan teknik-teknik tusuk dasar dengan jahit tangan ya.
  • Standar kerudung di tutorial ini pakai ukuran kepala saya, jadi ukuran teman-teman bisa disesuaikan walau polanya mengikuti tutorial ini.
  • Maaf gambar 4 disensor, abisnya malu sih. :))
Sumber gambar: Pribadi dan Pexels.com

    Halo, Tifa

    $
    0
    0
    beli di sini: BukaBuku | Gramedia | Bukukita | Angelzon

    [judul] Halo, Tifa
    [penerbit] Gramedia Pustaka Utama
    [jenis] Novel
    [genre] Young Adult
    [terbit] 15 Februari 2016
    [tebal] 256 halaman

    SMK Pratama Putra selalu didominasi murid laki-laki. Tak heran bila di tingkat akhir, Terra dan teman-temannya masih sibuk tawuran. Hingga suatu hari cewek mungil bernama Tifa datang sebagai siswi pindahan.

    Dengan sikapnya yang supel Tifa menghidupkan kembali OSIS dan ekstrakurikuler yang selama ini tidak berjalan. Keadaan baru itu membuat Terra gerah dan mulai mencari tahu siapa Tifa sebenarnya. Terutama sejak dua teman Terra melihat cewek itu di sebuah bar bersama seorang pria dewasa.

    Di saat bersamaan, alumnus STM Tunas Bangsa mulai merencanakan adu domba antara STM tersebut dengan SMK Pratama Putra. Apa yang harus dilakukan Terra dan teman-temannya?

    ***

    Kumpulan review Halo, Tifa dari para pembaca.
    Viewing all 246 articles
    Browse latest View live