Quantcast
Channel: An Official Site of Ayu Welirang
Viewing all 246 articles
Browse latest View live

Mindhunter Netflix: Semua Pembunuh Berantai, dari Ed Kemper Hingga BTK

$
0
0
Informasi:
Artikel ini adalah bagian dari riset universe thriller dan fiksi kriminal, yang sedang saya pelajari melalui serial televisi. Artikel ini merupakan terjemahan dengan berbagai penyesuaian.

Diterjemahkan oleh: Ayu Welirang

Peringatan:
Artikel ini berisi beberapa adegan pembunuhan maupun adegan yang kurang sedap dibaca, sehingga jika Anda tidak berkenan, saya sarankan tidak membacanya sampai akhir.
 
***

Serial Mindhunter dari Netflix, secara umum diadaptasi dari buku non fiksi berjudul sama oleh John Douglas, seorang mantan agen FBI, dan Mark Olshaker, seorang penulis dan pembuat film. Saat masih menjabat agen FBI, Douglas memelopori ide profiling pelaku kriminal—dengan memposisikan diri dan berpikir seperti predator. Beliau adalah orang yang pertama mendapatkan profil psikologis Unabomber—bernama asli Ted Kaczynski, seorang ahli matematika Amerika dan teroris domestik. Awalnya, FBI agak hati-hati dalam mengaplikasikan metode ini, tetapi metode ini akhirnya diadopsi pada waktu yang tepat. Douglas menganalisis perilaku beberapa pembunuh berantai, seperti Jeffrey Dahmer dan Ted Bundy.

Jika ada yang mengatakan Mindhunter yang diproduksi oleh David Fincher ini memang mirip Silence of the Lambs, hal ini semata-mata karena Douglas adalah inspirasi nyata untuk agen khusus FBI fiktif yang bernama Jack Crawford (diperankan oleh Scott Glenn pada film Silence of the Lambs). Jack Crawford sendiri adalah tokoh protagonis dalam novel Hannibal Lecter. Di serial Mindhunter, Holden Ford—karakter yang berasal dari kehidupan Douglas, diperankan oleh Jonathan Groff. Dia dan partnernya, Bill Tench (Holt McCallany), mewawancara dan melakukan diskusi dengan beberapa pembunuh, termasuk orang-orang yang ada pada daftar di bawah ini.

Edmund Kemper, alias "The Co-Ed Killer"

Mindhunter: Ed Kemper (diperankan oleh Cameron Britton) adalah responden pertama Ford dan Tench. Mereka memusatkan investigasi pada perasaan Ed atas penghinaan yang dilakukan oleh ibunya—suatu hubungan yang penuh ketegangan sehingga menjadi alasan umum pembunuh berantai. Ford terpengaruh oleh pembawaan tenang Ed Kemper dalam mendeskripsikan pembunuhannya, yang pada akhir serial season 1 ini menjadi kesalahan yang membentuk momen mengerikan. 
Kemper diperankan Cameron Britton (kiri) dan Kemper asli (kanan) [Sumber: Daily Express]
Kenyataan: Kemper adalah warga California asli yang membunuh kakek-neneknya sebelum menculik dan membunuh lima mahasiswa, satu siswa SMA, ibunya, dan teman baik ibunya. Dia memenggal mereka setelah tewas dan melakukan irrumatio—atau penetrasi oral yang dipaksakan—dengan penggalan kepala korbannya. Dia juga menyusun potongan tangan korban wanita, yang disebut oleh polisi sebagai "macabre jigsaw puzzle", seperti teka-teki susun gambar yang sungguh tak enak dipandang mata. Sidang pembebasan bersyarat Kemper terjadi di tahun 2017 ini, namun ia melepaskan hak itu untuk dipertimbangkan, seperti yang sudah ia lakukan berulang kali sejak tahun 1985.

Monte Ralph Rissell

Mindhunter: Rissell setuju untuk membiarkan Ford dan Tench mewawancarai dirinya, walau ia agak terganggu dan gelisah dengan proses interogasi tersebut. Dia juga menyalahkan tindak kriminalnya pada ibunya dan bersikeras bahwa jika saja ibunya mengizinkan dia untuk tinggal bersama ayahnya, dia tentu tidak akan memerkosa dan membunuh siapapun. Secara tak sadar, Rissell telah membantu Ford dan Tench untuk mengembangkan profil pembunuh berantai dengan indikasi kekerasan seksual, ketika ia mengakui bahwa korban pertamanya membuat ia marah karena menyerah pada kepentingan seksual Rissell. Bagi sosiopat seperti Rissell, para agen FBI ini sadar bahwa wanita yang mengekspresikan ketertarikan seksual bisa dipersepsikan sebagai ancaman atau pemicu bagi perilaku membunuh Rissell.
Monte Ralph Rissell, diperankan oleh Sam Strike dalam Mindhunter [Sumber: Newsweek]
Kenyataan: Rissell adalah salah satu pembunuh berantai yang kurang dikenal, walau disebut-sebut dalam buku Douglas dan Olshaker. Dia lebih dikenal sebagai pemerkosa yang masih sangat muda dan memulai kejahatan berantainya pada umur 14. Rissell telah memerkosa 12 wanita dan membunuh lima dari mereka sebelum ia ditangkap pada usia 19. Tahun 1977, Rissell dijatuhi empat kali hukuman seumur hidup berturut-turut; dan pertama kali mendapat pembebasan bersyarat tahun 1995. Pada era 70-an, kasus Rissell menjadi instrumen contoh dalam mendeskripsikan pelaku yang berturut-turut melakukan tindak kriminal (serial offenders).

Jerry Brudos, alias "The Shoe Fetish Slayer"

Mindhunter: Detektif-detektif FBI mulai mengembangkan strategi "sepatu" ketika bekerjasama dengan Brudos. Strategi ini adalah teknik yang membuat mereka bisa mendapatkan pengakuan dari Darrel "Gene" Devier di episode selanjutnya. Brudos menyerang dan mengejek detektif dengan tidak menawarkan maaf atas tindak kriminalnya; bahkan ia juga melakukan hal tidak senonoh di hadapan para detektif.
Jerry Brudos asli (kiri) dan Jerry Brudos yang diperankan Happy Anderson (kanan) [Sumber: Newsweek]
Kenyataan: Brudos menjadi pembicaraan di mana-mana, bahkan di headline koran ketika ditangkap atas penculikan dan pembunuhan empat wanita muda, sambil memakai pakaian wanita itu. Dalam Mindhunter, sempat terjadi perdebatan singkat bahwa perilaku cross-dressing Brudos tidak ada sangkut-pautnya dengan sifat sosiopat dan tindakan kriminalnya, tetapi headline saat itu menyebutkan Brudo sebagai "sicko" dan memanggilnya "Pembunuh Fetish". Brudo meninggal di penjara karena kanker pada tahun 2006.

Richard Speck

Mindhunter: Ford bertindak terlalu jauh ketika mewawancara Speck, dengan menghasut dan memakai bahasa seksis untuk membuat Speck bicara. Saat Speck sadar bahwa ia dipermainkan, ia langsung membunuh burung yang telah ia beri makan lewat tangannya yang terjulur ke jeruji penjara, dan ia juga melayangkan protes terhadap Ford. Speck juga tidak menunjukkan penyesalan atas kejahatannya, dan ia memberitahu detektif bahwa ia memerkosa dan membunuh beberapa gadis hanya karena "mereka sedang sial saja".
Speck diperankan oleh Jack Erdie (kiri) dan yang asli (kanan) [Sumber: Newsweek]
Kenyataan: Tahun 1966, Speck memukuli dan menyiksa 8 siswi sekolah kesehatan yang tinggal di bagian selatan Chicago. Speck membunuh semuanya kecuali satu, Corazon Amurao. Gadis ini membuka pintu apartemen seketika, lalu melarikan dari dan memberitahu polisi, sehingga Speck dapat tertangkap. Speck saat itu ditangkap karena tato bertuliskan "Born to Raise Hell" di lengannya yang sempat diidentifikasi oleh Corazon. Dalam serial Mindhunter, misteri tentang tato ini baru terurai ketika Ford bertanya mengenai tato itu, dan memberitahu partnernya, Tench, bahwa tato milik Speck memang terkenal.

Tahu 1991, Speck meninggal karena sakit jantung ketika masih di penjara.

Darrel Gene Devier

Mindhunter: Devier menjadi kelinci percobaan bagi Ford dan Tench dalam taktik interogasi terbaru mereka, yang dikembangkan ketika keduanya bekerjasama dengan Brudos di penjara. Dalam kasus Devier, Ford kembali memakai bahasa seksis dalam mendeskripsikan korban-korban Devier, sampai Devier mengaku kalau ia telah membunuh anak usia 12 tahun.
Devier (kiri) diperankan oleh Adam Zastrow (kanan) [Sumber: Newsweek]
Kenyataan: Devier bukanlah pembunuh berantai dan ia ditangkap tahun 1979 atas dakwaan penculikan, pemerkosaan dan menggebuk bocah 12 tahun dengan batu besar hingga tewas. Ketika Devier ditangkap, Georgia tidak memberlakukan hukuman mati. Tapi, tahun 1983, negara bagian Amerika tersebut mencoba untuk memberlakukan kembali hukuman mati. Devier dieksekusi mati pada tahun 1995.

Dennis Raider, alias BTK

Mindhunter: Di serial ini, Raider muncul di menit-menit pertama pada tiga episode awal. Kita mungkin akan bertanya-tanya, siapakah tokoh berkumis ini? Di sinilah sebenarnya perilaku aneh Raider dimulai, sebelum ia menjadi pembunuh berantai terkenal Amerika sepanjang sejarah. Namanya belum disebutkan secara lengkap dan hanya muncul sesekali, ketika belajar menyimpul tali, mengekspresikan kemarahan sendirian di apartemen, dan membakar gambar-gambar wanita yang telah diikat. Di akhir season 1, Ford dan Tench belum mendengar tentang BTK.
Dennis Rader (kiri) dan saat muda diperankan oleh Sonny Valicenti (kanan) [Sumber: PopSugar]
Kenyataan: BTK adalah singkatan dari "Bind, Torture, Kill", tulisan yang Raider tinggalkan setelah membunuh korban. Raider adalah seorang veteran angkatan udara AU, pemimpin pasukan Pramuka dan mendapat gelar sarjana dalam bidang Administrasi Hukum. Semua itu adalah kehidupannya sebelum mulai membunuh. Raider telah membunuh delapan wanita dan dua lelaki di Kansas, mengikat mereka dengan kantong plastik, tali, sabuk bahkan stocking berbahan nilon. Dia ditangkap setelah Douglas—detektif yang asli dalam kisah ini—mengembangkan teorinya terkait psikologi kriminal. Raider menulis puisi untuk para korbannya dan memakai pakain wanita untuk mengambil foto dirinya sendiri—seolah-olah ia adalah para korban itu. Raider mendapat hukuman seumur hidup sebanyak sepuluh kali berturut-turut di Kansas.

Charles Manson

Tokoh Manson tidak diceritakan secara penuh, namun hanya sering disebut dan dimunculkan fotonya. Manson mungkin adalah pembunuh yang paling terkenal sekaligus mantan pemimpin organisasi pemujaan di sejarah Amerika. Manson didakwa dengan pembunuhan dan konspirasi yang dilakukan juga oleh "the Manson Family", sebutan untuk pengikutnya. Dalam serial Mindhunter, Manson diceritakan telah ditangkap dan beberapa kali disebutkan oleh Ford dan Tench di episode awal.
Sidang awal Charles Manson yang diabadikan The Los Angeles Times [Sumber: Newsweek]

David Berkowitz, alias "the Son of Sam"

Seperti halnya Manson, Berkowitz digambarkan telah ditangkap dan hanya diceritakan sebagai latar belakang di serial Mindhunter. Tench dan beberapa detektif lain, saat itu mengomentari fakta bahwa Berkowitz menyalahkan tindakan kriminalnya pada anjing tetangganya, yang dia percayai telah dirasuki iblis. Saat Berkowitz ditangkap, kegiatan profiling kriminal belum sepenuhnya dilakukan untuk mengidentifikasi orang-orang seperti Berkowitz, yang memiliki kebiasaan membunuh, dan menikmati kekerasan dan sensasi dalam melakukan pembunuhan.
Foto David Berkowitz oleh The New York Times tahun '77 [Sumber: Newsweek]
Kejahatan Berkowitz, membunuh enam orang dengan senjata api dan melukai tujuh lainnya di New York, memberinya ketenaran. Namanya muncul beberapa kali di surat kabar nasional selama setahun. Faktanya, budaya Amerika saat itu tidak lagi bisa diperbaiki melalui hukum yang disebut "Son of Sam", yang menyebutkan bahwa tidak satu kriminal pun yang bisa mendapat keuntungan dari ketenaran karena melakukan tindak kriminal. Pada tahun 1987, Berkowitz memberitahu media bahwa ia telah masuk ke Kristen Evangelis. Berkowitz meminta pembebasan bersyarat pada tahun 2016, dan diberitahu bahwa ia sepertinya tidak akan pernah bisa keluar dari penjara.

Selain nama-nama di atas, ada sejumlah nama lain yang disebut dalam serial Mindhunter, seperti Vaughn Greenwood (the Skidrow Slasher), Herbert Mullin, Posteal Laskey Jr (the Cincinatti Strangler), dan Gerard John Schaefer.

Mindhunter season 1 sudah tersedia di Netflix dan sedang diproses untuk masuk season 2. Jadi, bagi pembaca yang ingin tahu serial ini dan tentang awal pembentukan profiler FBI, silakan menontonnya.

Tips 13: Promosi Novel dengan Book Trailer

$
0
0
Background from Pexels.com | Edited by Ayu Welirang
Memiliki kesempatan untuk menerbitkan novel atau kumpulan cerpen adalah salah satu impian bagi penulis fiksi. Hasil karya dalam bentuk utuh itu, tentu saja sudah melewati jalan terjal dalam proses sunting-revisi-sunting-revisi hingga akhirnya tercipta sampul indah dan buku pun bisa bertengger di toko buku kesayangan. Selain itu, perasaan ketika bukti terbit yang berupa beberapa eksemplar buku sampai ke alamat kita, tidak bisa lagi digambarkan dengan kata-kata. Rasanya seperti benar-benar menunggu kelahiran. Tapi, seperti proses kelahiran bayi dan juga proses tumbuh kembang bayi, apakah novel atau buku kita itu selesai perjuangannya setelah terbit? Tentu saja tidak. Ada lagi fase lain, di mana buku yang telah terbit harus tetap tumbuh juga bergerak, bahkan kalau bisa, mengakar di benak para pembaca yang sudah menjadi segmentasi dan target si penulis buku.

Agar novel yang dihasilkan bisa tetap bertumbuh, peran orang tua alias si penulisnya sendiri, sangatlah diperlukan. Penulis tidak pernah berhenti melakukan apapun demi novelnya. Salah satu cara agar novel tetap bertumbuh adalah dengan menjaga sistem promosi, di mana penulis seharusnya turut aktif mempromosikan bukunya sendiri. Novel yang diterbitkan, tentu tidak akan tiba-tiba jadi terkenal atau best seller, jika penulisnya tidak berbuat apa-apa atau hanya mengandalkan  promosi pihak penerbit. Ada banyak naskah potensial yang masuk penerbit, dan novel-novel yang kita terbitkan, belum tentu ada di daftar prioritas promosi oleh penerbit. Jadi, promosikanlah novel kita sendiri dan jaga tumbuh kembangnya di khalayak pembaca.

Salah satu cara untuk mempromosikan novel adalah dengan membuat book trailer.Book trailer ini seperti trailer film atau serial televisi, hanya saja diperuntukkan untuk buku. Beberapa penerbit luar biasanya memakai strategi ini untuk mempromosikan buku terbitan mereka. Saat ini, di Indonesia juga sudah banyak penulis yang membuat book trailer untuk mempromosikan mereka. Apakah teman-teman tertarik juga? Simak beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam membuat book trailer.

1. Konsep

Sebagai penulis tentu saja Anda adalah orang yang paling mengerti, hal apa yang harus dijual atau dipromosikan dari novel Anda. Jika novel Anda bertema petualangan, tentu book trailer yang dibuat harus bernuansa petualangan. Nah, konsep ini akhirnya akan mengarah pada eksekusi book trailer. Dari riset kecil-kecilan saya di media YouTube, ada beberapa konsep atau bentuk book trailer yang sering muncul, di antaranya adalah:
  • Slideshow foto dan quotes novel.
  • Gabungan video footage.
  • Film pendek.

2. Skenario

Book trailer yang memiliki durasi beragam ini, tentu saja harus memiliki skenario yang menggambarkan isi dari novel Anda. Skenario ini bisa mengambil hal yang ingin dijual dari novel, ataupun bisa mengambilnya dari ringkasan di sampul belakang novel. Selain itu, skenario ini sebenarnya hanya menggambarkan elemen-elemen book trailer yang ingin dimasukkan. Tapi, jika memang book trailer kalian ingin dibuat serial pendek atau semacam film pendek, tentu saja skenarionya berbeda. Intinya, skenario harus disesuaikan dengan konsep book trailer yang kalian inginkan. Soal pembuatan skenario, akan saya bahas di artikel selanjutnya—jika saya sedang niat.

3. Isi Video

Setelah menentukan konsep dan membuat skenario atau hanya gambaran singkat book trailer, yang perlu Anda siapkan tentu saja isinya. Jika memakai konsep film pendek, Anda harus menentukan siapa yang akan menjadi talent, siapa yang menjadi kameramen, dan siapa yang akan mengatur jalannya proses shooting. Konsep film pendek ini harus disesuaikan dengan skenario. Selain itu, jangan lupa pilih lokasi yang sesuai dan kurang lebih menggambarkan latar novel.

Kalau videonya hanya berupa slide quotes, Anda bisa mengumpulkan background atau wallpaper yang warnanya sesuai dengan tone atau mood novel Anda. Setelah itu, Anda bisa edit sendiri dengan aplikasi video editor seperti Movie Maker, OpenShot, atau Adobe Premiere. Saya biasanya pakai Cinelerra dan Openshot untuk aplikasi editor video (ini berjalan di sistem operasi Linux). Jika kurang suka dengan aplikasi desktop, saat ini sudah banyak aplikasi berbasis web yang bisa dibuka melalui browser Anda. Jangan lupa, setelah slideshow selesai, beri musik yang sesuai dengan konsep. Nah, untuk hal ini, Anda harus hati-hati, karena YouTube memiliki sistem cek copyright, sehingga musik yang Anda gunakan, sebisa mungkin harus yang berbasis royalty free dan membutuhkan credit atau penulisan sumber di deskripsi video YouTube. Untuk mencari musik-musik royalty free, Anda bisa kunjungi situs di bawah:

Sekali lagi, jangan lupa cantumkan credit atau link tempat Anda mengambil musik gratisnya ya! :)

Nah, bagi yang agak malas tapi ingin tetap membuat video rekaman sesuai ringkasan novel, Anda bisa memakai konsep footage. Biasanya, video yang bisa Anda pakai ini juga berbasis open source dan memiliki lisensi "free with attributions" kepada pengunggah atau backlink pada tempat Anda mengunduh videonya. Lalu, Anda tinggal menggabungkan video yang diinginkan, menyuntingnya di aplikasi, dan terakhir tinggal memberi musik. Untuk video footageyang gratis, Anda bisa coba untuk cek di beberapa situs ini:
Jangan lupa lihat cara penggunaan video di masing-masing situs ya, karena masing-masing situs ini kadang berbeda dalam cara penggunaan video. Kalau sudah beda cara penggunaan video, biasanya cara unggah juga berbeda dan harus ada deskripsi yang ditambahkan pada tempat mengunggah.

4. Aplikasi Editor

Seperti yang sudah saya singgung di nomor tiga, aplikasi editor ini bisa berbeda-beda tergantung platform sistem operasi yang Anda gunakan. Saya sendiri menggunakan OpenShot dan Cinelerra di sistem operasi Xubuntu (Linux). Bagi pengguna Windows, mungkin bisa menggunakan aplikasi bawaan Windows Movie Maker, atau yang berbayar seperti Adobe Premiere. Untuk Mac, bisa pakai iMovie, Wondershare Filmora, Avidemux, dan lain-lain. Kalau malas pakai yang desktop, mungkin Anda bisa mencoba aplikasi berbasis web yang bisa dicari dengan kata kunci ini di Google: "video editor online".

5. Hosting Video

Tempat hosting video ini bisa di berbagai platform gratis, seperti YouTube, Vimeo, Video.com, dan lain-lain. Saya sendiri memilih YouTube dan memasukkan book trailer ke channel official saya. Lalu, supaya rapi, saya mengorganisir video ini ke playlist khusus trailer novel-novel saya.

Nah, kira-kira itulah lima hal yang harus disiapkan sebelum membuat book trailer. Pada akhirnya, jangan merasa terbebani dengan hasil book trailer Anda dan tetaplah bersenang-senang dengan proses pembuatannya.

Untuk referensi, ini ada book trailer novel saya yang berjudul 7 Divisi, dan baru saya buat kemarin walau novelnya sudah terbit tiga tahun lalu. Selamat menonton! :)


Memaksa Ide Baru untuk Datang

$
0
0
Background [Pexels.com] - Editing [Ayuwelirang.com]
Saya menulis ini di ponsel, ketika sedang dalam perjalanan menuju Jakarta dari Bandung dengan bus Primajasa kesayangan. Kondisi bus cukup penuh pagi tadi dan dipikir-pikir karena tidak mengantuk—juga karena saya tidak mungkin bisa tidur sebab sering curiga pada penumpang lain—saya memutuskan untuk menulis sesuatu yang....yah.... siapa tahu saja bermanfaat.

Ide pembahasan ini muncul begitu saja. Dan seperti kemunculannya yang random, saya jadi ingin membuat teori bahwa ide itu memang tidak perlu ditunggu melainkan harus dipaksa. Bagi saya yang sering terikat tenggat waktu, si ide ini rasanya tidak bisa ditunggu. Hanya pembenaran orang malas saja yang bilang, "Ah, ide gue mah ditunggu aja, nanti juga ada." Lantas bagaimana jika ide tersebut tidak datang-datang? Apakah Anda diam saja? *Oke, sampai sini saya mulai merasa seperti Mario Teguh.

Saya senang menulis dan demi membuang pembenaran-pembenaran penulis seperti di atas, saya kerap memaksakan ide untuk muncul. Karena, bagi penulis fiksi, rasanya kurang nyaman saat tidak ada kisah yang bisa diceritakan. Alih-alih menuliskan kisah pribadi yang biasa saja, penulis fiksi jadi gemar mengomentari dan mengobservasi berbagai jenis manusia ke dalam bentuk fiksi. Isinya ada yang nyata ataupun mendekati nyata. Cerdiknya penulis fiksi, ya tentu karena mereka membungkus cerita orang lain menjadi sebuah drama dengan plot kompleks. Padahal kan aslinya tidak begitu.
Daftar Cerita @ThrillingMysteryClub
Berbekal dari hasil observasi yang terkumpul dan keinginan untuk membuang kebiasaan "menunggu ide", pada malam tahun baru lalu, entah kenapa saya memiliki ide gila untuk membuat klub menulis maraton dengan teman-teman maya. Teman-teman saya ini juga bukan penulis biasa, karena mereka notabene adalah penulis detektif, thriller, misteri, suspense, dan bahkan fantasi bernuansa fiksi sejarah. Sebut saja kami Thriller Author. Ide saya membuat klub untuk "memaksa" ide baru dan mendisiplinkan diri agar bisa menulis fiksi minimal satu minggu sekali, disambut hangat oleh mereka. Lantas, malam itu pula saya membuat akun klub bernama ThrillingMysteryClub di media Wattpad.

Saya sendiri bukan penikmat Wattpad, karena banyak konten tidak menarik yang jadi nomor satu. Tapi, saya mengesampingkan semua itu dan berusaha membuat komunitas bersama teman-teman, dengan harapan sederhana. Harapan Thriller Author hanya agar pembaca Indonesia juga memiliki preferensi bacaan di luar kisah "romantis utopis". Kenapa saya sebut begitu? Ya karena bacaan orang Indonesia di saat ini melulu ada dalam soal cinta dan harapan-harapan menjatuhkan. Tapi, no offense, saya tidak bermaksud mengucilkan penulis romance lho ya. Saya cuma 'ingin menambah pilihan bacaan'.

Singkat kata, proses memaksa ide baru pun berjalan lancar. Kami membagi hari update tulisan kami masing-masing yang akan diunggah oleh admin klub. Sampul cerita juga sudah dibuat. Bahkan, saya pun jadi gemar membuat sampul. Tercatat dua penulis lain di samping saya, yang saya buatkan sampulnya. 

Lalu, apa berakhir di situ? Tentu tidak. Lucunya, mungkin di klub itu hanya saya yang belum kepikiran mau membuat naskah macam apa. Akhirnya saya putuskan menulis naskah detektif bernuansa cozy mystery (penjelasan tentang genre detektif ini bisa kalian temukan di http://detectivestoryid.wordpress.com/).

Setelah memilih genre, saya harus mulai membuat karakter dan mengatur jalan ceritanya akan bagaimana. Bagian paling sulitnya, bagaimana saya mengawali kisah detektif dengan suatu kasus yang harus dipecahkan duo detektif Hira dan Geneva? Di sinilah kemampuan "memaksa" ide dalam diri saya muncul.

Dalam dua hari saja—sejak tahun baru dan dicetuskannya klub ini—saya coba menyusun plot walau banyak lubang. Sebab saya update di hari Rabu, saya berusaha untuk menyelesaikan satu bab sebelum tenggat waktu. Dan ternyata.... Saya bisa! Sungguh ajaib. Padahal, biasanya saya agak sulit kalau memaksa ide, apalagi genrenya susah.

Dari kasus di atas, saya semakin mempercayai bahwa jika kita fokus dan berusaha, maka ide yang tadinya harus ditunggu akan muncul. Mungkin selama ini, ide tidak muncul karena kita memang tidak menginginkannya. Jadi, bagaimana kalau kita ubah pola pikir baru? Jangan menunggu ide datang, tapi paksalah ide untuk datang.

Demikian~

***
 
P.S. 
  • Tulisan ini selesai di KM 72. Wow! Hanya 40 menit dari keinginan awal saya untuk menuliskannya di sekitar tol Cikalongwetan, lalu saya simpan ke WPS mobile dan diunggah ke cloud (untuk penyimpanan sementara).
  • Saat saya cek di WPS desktop, ternyata ada 679 kata. Kuat juga nih mengetik dengan dua jempol.
  • Saya mengunggahnya melalui laptop (bukan dari ponsel) segera setelah sampai Jakarta. Tinggal buka cloud storage barusan. Hmmm, dengan cloud system, semua mudah kan? *udah kayak iklan
Pesan sponsor: 
Bagi yang penasaran dengan akun wattpad @ThrillingMysteryClub, sila klik link berikut: https://www.wattpad.com/user/ThrillingMysteryClub

Tentang Beta Reader

$
0
0
Tentang Beta Reader | Ayuwelirang.com

Ada yang baru menyelesaikan naskah novelnya?

Kalau ada, saya ucapkan selamat! Selamat karena sudah berhasil melawan distraksi yang muncul saat menulis novel. Selamat juga karena sudah melewati up-and-down karena banyak ide muncul dan si tokoh utama harus dibuang, dibunuh atau dilupakan.

Lantas, setelah naskah novel selesai, apa sih langkah selanjutnya yang harus ditempuh?

Selanjutnya adalah menjadikan mimpimu nyata dengan menerbitkan novelmu! Tapi sebelum mengirimkan naskah ke penerbit impian, ada baiknya untuk meminta saran beberapa orang yang 'gemar membaca'. Tawarkan naskahmu dan kasih alasan mengapa mereka harus membaca naskah itu. Nah, mereka yang kamu tawarkan naskah untuk dibaca, kadang disebut sebagai "beta reader".

Baca Juga: Tips Menulis 12: Memilih Penerbit untuk Novelmu

Apakah yang dimaksud beta reader?

Secara konteks, mungkin definisinya sama seperti kata 'beta tester'. Jadi, seorang beta reader (kadang disebut sebagai alpha reader atau hanya 'beta'saja), pre-reader, dan kritikus, sebenarnya adalah pembaca non-profesional. Tapi mereka biasa membaca sebuah tulisan yang umumnya adalah fiksi dan berformat panjang seperti novella atau novel.

Beta reader atau pembaca beta, berfungsi untuk melihat celah-celah yang ada dalam sebuah karya fiksi. Misalnya pada format novel. Sebelum novel tersebut rilis untuk dikonsumsi publik, pembaca beta akan memperhatikan elemen-elemen dalam novel yang dapat diperbaiki. Elemen itu antara lain seperti kaidah penulisan, ejaan yang disempurnakan, penulisan kata baku, juga saran untuk mengembangkan plot cerita.

Sebenarnya tidak hanya plot cerita saja, pembaca beta juga akan menyarankan pengembangan karakter dan latar penulisan. Mereka memang bukan proofreader atau penyunting naskah secara eksplisit, tapi ketika naskah novel kita belum dirilis sama sekali, pembaca beta dapat berfungsi seperti keduanya.

Baca Juga: 13 Genre Fiksi Terpopuler yang Perlu Disimak

Utamanya, pembaca beta yang memang hobi membaca berbagai macam genre novel dan berbagai macam plot, biasanya akan mengetahui jenis-jenis cerita yang sedang populer. Selain itu, mereka biasanya akan menganjurkan atau menyarankan si penulis untuk membaca karya lain dengan premis serupa. Hal ini diperuntukkan sebagai pembelajaran bagi si penulis untuk mengembangkan lubang-lubang novelnya setelah dibaca oleh pembaca beta.

Nah, jadi jangan sungkan untuk meminta sedikit masukan pada teman yang hobinya memang membaca. Tapi perlu diperhatikan juga, apakah genre novel yang teman kalian baca ini sesuai dengan naskah yang kalian tulis? Jika sesuai, langsung saja tawarkan naskah yang masih segar untuk dikomentari dan diberi kritik juga saran.

Intinya sih, ketika beta reader menyuarakan isi kepalanya terkait naskah kalian, jangan merasa berkecil hati jika naskah itu tidak sesuai ekspektasi mereka. Jangan jadi baper dan tiba-tiba malas menulis lagi. Justru, sebagai penulis yang terus berproses, kritik dan saran beta reader, ibarat angin segar di tanah gersang. *azeg

Jadi... Apakah kalian punya pengalaman soal beta reader? Atau... Kalian juga ada naskah yang ingin ditawarkan ke saya agar dibaca? Boleh banget kalau memang ada! Share di kolom komentar ya! :D

Tips 14: Menulis Fiksi untuk Pemula

$
0
0
Tips Menulis Fiksi untuk Pemula
Seharusnya, artikel kali ini menjadi tips pertama. Namun, karena baru sempat menuliskannya, jadi ya sudahlah. Artikel ini akan menjadi tips ke-14 dalam serial tips menulis yang saya kembangkan melalui praktik nyata ketika saya menulis fiksi.

Siapapun yang bilang bahwa menulis fiksi tidak bisa dipelajari, berarti ia doyan berkata hal-hal nonsens. Inspirasi memang tidak bisa dipelajari, tetapi teknik menulis tentulah bisa. Teknik menulis merupakan sejenis keahlian, tidak ada bedanya dengan—katakanlah memasak, menjahit, maupun menggambar.

Dalam memasak, beberapa orang memiliki keahlian lebih, suatu sifat alami dalam membentuk rasa masakan yang enak dengan berbagai bumbu. Namun, orang yang punya kelebihan itu bukan satu-satunya yang bisa membuat masakan lezat. Sama halnya dengan menulis. Semua orang bisa merangkai kata dengan baik, jelas, dan bahkan terstruktur. Bahkan, tulisan tersebut juga bisa 'bercerita'. Nah, jika kalian yang mampir ke sini bertujuan untuk menulis cerita, atau ingin belajar untuk menulis fiksi secara lebih baik, artikel ini mungkin akan membantu.

Menulis Secara Bebas

Teknik ini semacam cara termudah untuk tenggelam dalam kata-kata dan biasa disebut freewriting. Selain itu, freewriting bahkan sering digunakan oleh para penulis berpengalaman ketika mereka mengalami writer's block. Beberapa orang merasa lebih nyaman saat menulis tanpa struktur, tetapi jika Anda bukan salah satu dari orang itu, maka mulailah dengan menyusun outline untuk cerita Anda.

Mulai dari Cerpen

Beberapa penulis fiksi berangkat dari menulis cerita pendek. Mereka awalnya menulis beberapa lembar prosa pendek, lalu mereka kembangkan dalam format yang lebih panjang, seperti cerita bersambung, novella, dan bahkan novel. Namun, sebelum memulai, ulaslah terlebih dahulu aturan dasarnya. Walau menulis bisa dibuat sederhana, tetapi perlu ada aturan dasar yang dipenuhi dalam menulis fiksi, seperti alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan aturan lainnya. Dengan memulai dari cerita pendek, biasanya akan ada banyak ide-ide muncul dalam kepala. Ide tersebut akhirnya akan memuncul karya-karya lain yang lebih matang. Menulis cerpen juga bisa mengasah kemampuan Anda dalam menyusun plot dan alur cerita, hanya saja dalam format yang lebih pendek.


Plotting Cerita

Setelah belajar menulis fiksi dari cerita pendek, lalu Anda bisa mulai dari elemen lain pada fiksi, seperti alur atau plot. Dengan outline yang sudah Anda susun, mulailah untuk menjabarkan kerangka tersebut ke dalam alur yang ada di kepala Anda. Plot menjadi kunci utama cerita Anda, di mana ia menjadi jalur untuk tokoh-tokoh cerita Anda berjalan atau berlari. Bagaimanapun, plot yang gagal akan membuat cerita dengan tema sehebat apapun menjadi tidak bernyawa.

Karakter

Dalam menulis fiksi, Anda perlu mengenal karakter Anda sendiri. Deskripsikan fisiknya, sifatnya, hal yang disukai dan tidak disukai, pendidikannya, pekerjaannya, kelebihan dan kekurangannya, juga ketakutan tokoh Anda pada sesuatu. Tips mengenai pengembangan tokoh atau karakter ini, sudah pernah saya tulis dalam "Tips Sesat: Penokohan Karakter Fiksi".

Setting atau Latar

Beberapa orang percaya, bahwa latar cerita adalah salah satu elemen terpenting dalam sebuah cerita. Latar akan menentukan segala situasi dalam cerita Anda. Jika Anda baru mulai menulis, elemen ini mungkin akan sedikit abstrak. Namun, Anda bisa mempelajarinya dalam "Tips Sesat 8: Membangun Latar atau Setting dalam Novel". Pada artikel saya yang itu, saya mencoba untuk sedikit menjelaskan bagaimana cara membangun "dunia" dalam cerita Anda. Istilah populernya adalah worldbuilding.

Sudut Pandang dan Dialog

Dua hal ini menjadi dua sisi yang saling bersinggungan, bahkan beriringan. Dalam menulis cerita, Anda harus memutuskan bagaimana Anda akan bercerita? Lewat sudut pandang (POV) orang pertama atau orang ketiga? Hal ini akan membedakan keseluruhan cerita. Ada kelebihan dan kekurangan dari kedua POV ini. Sebagai contoh, dalam POV 1, tokoh aku akan banyak bercerita. Ia akan bertindak sebagai narator sekaligus pemantau jalannya cerita. Namun, ia tidak bisa melihat terlalu banyak, karena apa yang diceritakan hanyalah apa yang ia saksikan. Nah, jika Anda kesulitan, mungkin Anda bisa mulai dari POV 3, di mana narator atau pencerita akan selalu memakai kata ganti orang ketiga atau menyebut nama tokoh. Dengan memakai sudut pandang orang ketiga ini, Anda dapat melihat dari berbagai sudut, dan tidak hanya dari pandangan "aku".

Dialog juga berperan ketika Anda memutuskan suatu sudut pandang. Anda harus merangkainya seteliti mungkin, karena jika ada yang berubah POV-nya, maka akan jadi fatal. Keseluruhan cerita akan mendapat sudut pandang lain atau berbeda, dan pembaca akan kebingungan.

Dari elemen-elemen ini, secara lebih jelasnya akan saya gambarkan kapan-kapan. Untuk saat ini, silakan Anda pelajari beberapa seri "tips menulis" dari saya yang juga telah saya tuliskan di sini. Anda bisa langsung klik menu teratas situs ini dan seri menulis akan muncul semua.

Terima kasih telah mampir. Selamat menulis! Jangan lupa tinggalkan komentar Anda, atau link tulisan fiksi Anda yang telah berhasil diselesaikan. Saya akan dengan senang hati membacanya.

Mengenal Sudut Pandang atau POV dalam Fiksi

$
0
0
POV dalam Fiksi
Salah satu elemen fiksi adalah sudut pandang atau point of view (POV). Singkatnya, POV adalah suatu perspektif atau bagaimana cara penulis memandang dan menceritakan kisahnya. Penulis dapat memilih POV untuk cerita mereka dari tiga perspektif di bawah ini.

  • POV 1: Sudut pandang orang pertama, biasanya memakai aku atau kami.
  • POV 3: Sudut pandang orang ketiga, biasanya memakai "dia".
  • POV 2: Sudut pandang orang kedua, biasanya memakai "kamu" atau "kau". POV 2 ini merupakan yang paling jarang digunakan, sekaligus paling tricky, menurut saya.

Sebagai penulis, pemilihan POV juga harus strategis dan tepat. Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan saat akan menulis cerita dengan POV tertentu, sebab POV akan mengantarkan Anda pada bagaimana Anda bercerita. Maka, untuk lebih jelasnya, saya akan coba membahas sedikit tentang POV.

POV 1 - Orang Pertama


POV pertama ini membatasi pembaca kepada satu perspektif karakter saja. Seperti buku "On the Road" misalnya, di mana POV orang pertama menempatkan pembaca secara langsung dalam mobil Sal Paradise dan Dean Moriarty. Pembaca mengikuti kisah Sal yang bercerita tentang perjalanannya bersama Dean Moriarty. Orang pertama biasanya membuat cerita lebih personal.

Dalam kisah-kisah misteri, sudut pandang orang pertama ini membuat teka-teki yang harus dipecahkan jadi semakin menarik. Kesulitannya, POV 1 tidak bisa pindah pandangan atau perspektif, sehingga kita akan dibuat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Kita juga harus menulis linier, hanya di satu garis lurus dan tidak bisa tiba-tiba lompat alur atau lompat adegan.

POV 3 - Orang Ketiga


Pada POV 1, penceritaan akan lebih kuat. Namun, pada POV 3, cerita yang disampaikan akan lebih beraneka. Orang ketiga membuat penulis bisa mengeksplorasi cerita dalam universe yang lebih rumit. Dia bisa melompat ke berbagai macam tokoh dan menjadi "serba tahu". Ini juga biasanya digunakan dalam penulisan cerita-cerita yang memiliki alur cepat, seperti kisah aksi, thriller, dan kadang kisah dramatis.

Orang ketiga pasti selalu menceritakan karakter dengan kata ganti "dia", "mereka", atau malah menyebutkan nama karakter saja jika harus berganti-ganti ke berbagai tokoh. Kemudahan POV 3 ini adalah, Anda bisa memainkan plot sedemikian rupa.

POV 2 - Orang Kedua


POV 2 ini agak sulit dipraktikkan sih sebenarnya, sebab saya pun jarang memakai POV ini. Sudut pandang orang kedua akan memandang Anda, si pembaca. Contohnya begini:

Kamu sedang membaca blog ini ketika kamu akan meminum kopi. Namun, kamu jadi memikirkan, bagaimana aku tahu bahwa kamu hendak meminum kopi?

Kamu pun bergumam, "Apa-apaan sih ini? Sialan!"

Mungkin sama kesalnya seperti saat kamu hendak membuka Instagram tetapi kehabisan kuota.

POV 2 agak jarang digunakan karena menyulitkan penulis saat mengembangkan karakter. Sulit juga untuk mempertahankan model narasi dalam karya yang lebih panjang lagi, seperti novel misalnya.

Jika saya ditanya mengenai POV yang paling saya sukai, tentu saya akan menjawab POV 3. Saya lebih sering memakai POV 3 dalam beberapa novel saya. Namun, saya kini sedang mencoba POV 1 untuk salah satu naskah detektif. Saya coba untuk menulis linier dan menahan teka-teki di belakang. Berbeda dengan ketika saya menulis dengan alur cepat dan memakai POV 3. Masing-masing POV tersebut memberi kesan dan tantangan yang berbeda.

Mungkin, kapan-kapan saya akan coba menulis novel dalam POV 2, kalau sudah mantap. Berhubung sekarang masih coba-coba POV tersebut, saya akan latihan dulu.

Nah, bagaimana dengan kalian? POV mana yang biasa kalian gunakan? Jangan lupa berbagi di kolom komentar ya.

***

Serial "Elemen Fiksi" lainnya:

Tentang Penggunaan Kata "Merubah" (Bonus Link PUEBI)

$
0
0
Saya seorang grammar nazi, tetapi tidak terlalu parah sampai di mana-mana harus memakai kata-kata baku. Saya hanya tipe orang yang senang mengomentari kesalahan penulisan dan mengoreksinya, tetapi tidak sampai ribut juga sih. Namun, sampai saat ini, saya masih saja ingin berkomentar "aduh, salah nih" kalau ada yang menggunakan imbuhan me+ubah dan dibaca "merubah". Apakah dia menjadikan rubah? Apakah merubah itu ada di KBBI?

Kata baku ubah, dapat dikombinasikan dengan berbagai imbuhan. Misalnya, diubah, mengubah, perubahan, pengubahan, berubah, terubah, memperubahkan, dan lain sebagainya. Mungkin, sebagian orang masih memakai kata merubah karena alam bawah sadarnya terlanjur membiasakan diri dengan "berubah" atau "perubahan", sehingga menganggap imbuhan me+ubah adalah merubah. Padahal, itu salah besar. Kata tersebut bahkan tidak ada di KBBI versi terbaru. Mengingat kemunculan kata "merubah" ini, saya suka merasa geli sendiri dan saya jadi ingat ketika pertama kali menerbitkan novel dan harus berhadapan dengan editor yang grammar nazi.

Saya pernah diomeli oleh editor saya melalui surel, hanya karena saya menggunakan imbuhan yang tidak tepat. Kala itu, saya hendak menerbitkan novel pertama saya. Tentu saja, sebagai pemula saya bisa dibilang belum terlalu memperhatikan tata bahasa yang baik dan benar. Saat itu pula, saya sempat bingung. Namun, setelah masa itu lewat, kini saya membiasakan diri untuk melakukan swasunting sebelum mengirimkan naskah novel ke penerbit. Hal ini tentunya akan memudahkan saat revisi nanti, sebab secara teknis, tidak banyak yang harus saya koreksi.

Lantas, bagaimana cara saya menanggulangi kurangnya pengetahuan saya itu? Tentu saja dengan banyak membaca. Ya, sesederhana itu.

Sejak menerbitkan novel lewat penerbit skala major, saya jadi banyak membaca. Tak hanya buku fiksi, tetapi juga buku-buku penunjang karir kepenulisan saya. Bagi seorang penulis, ilmu itu tidak akan ada habisnya, karena zaman juga terus berubah. Saya harus terus memperbarui teknik kepenulisan sesuai dengan kaidah tata bahasa yang terus berubah, juga tren bacaan di sasaran pembaca saya. Hal ini tentu saja mengharuskan saya ikut serta menjadi pembaca aktif. Untuk melihat pangsa pasar, saya harus melihat isi buku-buku lain yang genre atau pembahasannya mirip dengan novel-novel yang akan saya terbitkan di masa depan. Kejelian ini juga yang mengantarkan saya menjadi seorang grammar nazi.

Mula-mula saya hanya berkomentar biasa saja. Namun, seiring dengan begitu banyaknya sumber daya tentang ketatabahasaan untuk saya pelajari yang tersebar di jagat daring, saya mulai berubah jadi orang yang kritis pada tata bahasa. Tentu saja, saya juga tak seratus persen benar. Jadi, komentar dan kritik tersebut akan berujung pada diskusi Bahasa Indonesia yang menyenangkan. Saya banyak membuka laman KBBI daring (tentu saja karena saya tak punya versi cetak), juga laman pembaruan EYD menjadi PUEBI yang diunggah oleh Pak Ivan Lanin ke media Github dan media sumber terbuka bernama Read the Docs. Hal ini menyenangkan, karena saya bisa mengubah metode pemilikan buku-buku penting seperti kamus yang terlampau berat, sebab telah ada sumber daya yang tersebar secara daring.

Namun, entah mengapa, masyarakat kita tetap terbiasa berkata, "Rubahlah!"

Bukannya berseru, "Ubahlah!"

Apakah kita semua masih tetap ingin "menjadi rubah" (walau tetap saja, kata merubah tak ada di KBBI) dan bukan "menjadikan lain dari semula"?

Ayolah, teman-teman—yang mengaku—penulis. Upgrade tata bahasa Anda sedemikian rupa, sebab kini telah banyak metode yang bisa dipakai untuk menambah pengetahuan tak hanya dari bangku sekolah. Sebab penulis adalah agen perubahan, maka janganlah menulis dengan tata cara yang kurang tepat.

Untuk memudahkan teman-teman, saya bagikan juga tautan-tautan terkait informasi PUEBI atau KBBI di bawah ini:
Semoga bermanfaat dan tetap semangat! :)

***

Baca juga, seri Tips Menulis Fiksi di bawah ini.

Cara Mendaftar VPS DigitalOcean Tanpa Kartu Kredit

$
0
0

Halo!

Kali ini saya lagi nggak mau bagi-bagi tips menulis dulu. Artikel hari ini akan menceritakan tentang bagaimana caranya mendaftar VPS DigitalOcean tanpa harus memiliki kartu kredit. Selain daftarnya gratis, kita juga akan mendapatkan DigitalOcean credits sebesar $10 lho! Lumayan. Bisa untuk deploy droplets dengan SSD sebesar 25GB dan bandwidth 1TB. Asyik~

Kebetulan saya bekerja sebagai DevOps (SysAdmin merangkap deployment gitu) dan sering merasa geli sekaligus kepinginan aja gitu sama yang namanya cloud servers. Hampir semua layanan cloud servers itu saya pernah daftar, mulai dari AWS (yang paling terkenal), Google Compute Engine (GCE), Linode, DigitalOcean, bahkan yang terbaru ini, saya mencoba AliBaba Cloud (Alicloud).

Hal ini berawal dari hijrahnya saya dari shared hosting. Selain karena punya cloud servers tentu saja rasanya seperti kita punya server sendiri. Bedanya, kita tidak perlu mengatur atau me-manage data center secara fisik. Kita hanya perlu klik sana dan sini, lalu server kita jadi. Bagi mereka yang punya kemampuan OS Linux berikut perintah-perintah terminal, pastilah senang mengutak-atik instance tanpa tampilan desktop. Namun, sistem mumpuni seperti ini tentu saja sulit digunakan atau dimiliki, jika kita tidak punya kartu kredit yang bisa dipakai sebagai alat pembayaran global.

Akhirnya, setelah banyak surel saya yang mampir di berbagai macampenyedia cloud system, atau biasa disebuat IaaS (Infrastructure as a Service), saya memutuskan untuk membuka akun personal di DigitalOcean. I'll stick with DigitalOcean.

Pilihan saya jatuh pada DO, karena DO agak lebih mudah untuk provisioning, tidak seperti AWS atau AliCloud yang masing-masing fungsi cloud itu terpisah. Satu instance di AWS, dibuat dengan berbagai fitur untuk akhirnya dapat terhubung dengan dunia maya.
Satu instance EC2, membutuhkan block storage di fitur EBS, lalu butuh image yang bisa dipilih dari berbagai template server di AWS dan butuh konfigurasi lain yang jika hanya akan saya pakai sebagai akun personal, tentu saja buang-buang waktu. Karena pertimbang 'malas buang-buang waktu' inilah, saya memilih DigitalOcean.


Jadi, singkat kata, saya mendaftarkan diri. Setelah berhasil mendaftar dan login, halaman pertama yang ditemui tentu saja halaman 'verifikasi pembayaran'. Bagaimana cara saya masuk ke dashboard untuk membuat server saya jika tidak punya kartu kredit?

Solusinya adalah......

Memanfaatkan akun PayPal saya. Selama ini, saya tidak mendaftarkan kartu kredit atau debit, melainkan hanya mendaftarkan informasi bank ke PayPal. Tidak perlu top up atau semacamnya. Hanya biarkan PayPal login di browser saja.

Setelah itu, kembali ke akun DigitalOcean yang memunculkan halaman verifikasi kartu kredit. Tinggal pilih tab kedua, yaitu PayPal. Di sana, barulah kita diminta mengisi credits, semacam tabungan atau deposit untuk nanti membeli droplet. 


Harga lima dolar ini, setara dengan harga satu bulan Standard $5droplets (sebutan untuk instance di DigitalOcean). Standard $5 sendiri adalah sebuah droplets yang memiliki sumber daya RAM 1GB, 1 CPU core (tentu saja tidak shared seperti sistem hosting), SSD 25GB, dan data transfer sebesar 1TB. Untuk size droplets lain, silakan cek di bawah ini.


Nah, setelah berhasil verifikasi pembayaran, saya checkout PayPal sebesar $5 dengan memakai virtual credit card. Biasanya, bank di Indonesia seperti BCA, BNI, BRI, Mandiri, dan lainnya, memiliki fitur VCC untuk diaktifkan. VCC ini berlaku seperti kartu kredit, hanya saja kita tidak akan berutang. Kita hanya akan memindahkan saldo di tabungan atau rekening bank, ke dompet online. Virtual credit card sebenarnya berfungsi seperti kartu debit pada umumnya, tetapi uang bisa dilewatkan ke proxy seperti PayPal.

Pembayaran pun berhasil, dan akhirnya saya bisa memiliki akun personal di DigitalOcean. Tidak perlu iseng create and destroy lagi deh, seperti di akun DO saya yang lain (sebab di akun yang satu lagi, DO-nya punya orang sekantor. Hehe).

Digitalocean's Dashboard

Akhirnya, bisa mulai provisioning sumber daya dari droplets yang diinginkan, lalu instalasi aplikasi yang diinginkan. Mungkin dimulai dari bikin box Wordpress dengan tambahan redis atau varnish? :D

Oh ya, saya ada bonus nih! Yang mau coba DigitalOcean secara gratis, bisa mendaftar ke DigitalOcean lewat link saya di sini: https://m.do.co/c/4bf509b54e96

Nanti, kalian akan langsung dapat $10 ke credits DO kalian dan bisa langsung digunakan untuk launch server kalian.

Terima kasih telah membaca! Jangan lupa tinggalkan kesan juga tulis pengalaman kalian di kolom komentar ya. Selamat mencoba!

 


Catatan Editing Naskah Antologi Cerpen 1Minggu1Cerita

$
0
0

Di awal tahun 2018 ini, beberapa anggota dan administrator komunitas #1Minggu1Cerita menginisiasi sebuah proyek menyenangkan. Kami mengerjakan sebuah antologi fiksi, berdasarkan hasil voting akhir saat memilih fiksi atau non fiksi. Dari banyaknya peserta, hanya 21 orang yang berhasil menyelesaikan naskah pasca tenggat waktu.

Setelah itu, naskah pun dikirim melalui surel atau tautan Google Drive, agar bisa saya baca dan sunting. Proofread dibantu oleh Uda Dharma. Kegiatan mengedit secara pro bono alias pekerjaan sukarela ini juga bertujuan untuk menambah portofolio dan pengalaman mengedit naskah fiksi. Ya... walaupun saya menyadari bahwa selera juga kemampuan mengedit saya mungkin bisa dibilang belum cukup, tetapi saya berusaha untuk memberikan insight yang siapa tahu dapat bermanfaat bagi teman-teman blogger di 1Minggu1Cerita.

Saya menyadari bahwa, semua orang pada dasarnya itu mampu menulis, fiksi apalagi. Yang membedakannya tentu hanya kegigihan juga kesempatan. Jika ada kesempatan atau ruang, tentu saja siapapun bisa menjadi penulis andal. Maka, dengan memolesnya sedikit, tulisan-tulisan kawan blogger 1Minggu1Cerita, menurut saya cukup beragam dan memiliki gaya juga daya tarik masing-masing.

Naskah antologi cerita pendek 1Minggu1Cerita yang pertama ini, saya beri judul "Antara Cinta, Budaya, dan Generasi Kita". Judul ini mengacu pada tema utama dari naskah fiksi yang dikumpulkan, yaitu membahas cinta, budaya, dan generasi milenial, maupun gabungan ketiganya. Sampai artikel ini dibuat, naskah utuh kami telah selesai dan sedang berada di penerbit, masuk antrean cetak di bulan Juli. 

Sambil menunggu naskah diproses, saya ingin menuliskan beberapa catatan atau bisa dibilang, unofficial report atas proses editing antologi cerpen ini. Satu kata yang bisa saya kemukakan adalah: melelahkan, walau prosesnya sendiri sihmenyenangkan. Mengapa lelah? Tentu saja karena mengedit 21 naskah dengan masing-masing penulis menyampaikan cerita mereka dalam 5 sampai 8 halaman, membuat saya harus ekstra kerja keras dalam membaca isi kepala orang yang berbeda-beda. Rupanya, pekerjaan editor naskah fiksi itu bukan pekerjaan yang mudah dan saya mengakuinya. Sebab proses panjang mengedit naskah ini penuh liku, saya akan coba mengemukakan pendapat saya (di luar hal-hal teknis), mengenai naskah ini. Ada beberapa judul yang saya sukai dan kalian—baik penulis naskah maupun calon pembaca buku kami—selamat menikmati catatan editing ini! :D

Gasiang oleh Dharma Poetra: Dari sekian banyak naskah, menurut saya ini yang paling matang. Mengangkat kearifan lokal dan budaya mistik di Sumatera Barat. Penulis meramu kisah cinta dan obsesi, ke dalam praktik mistisisme dan perdukunan. Selain itu, membaca naskah Uda Dharma ini, tak banyak revisi yang perlu dilakukan. Sisanya hanya masalah teknis. Untuk alur atau logika cerita sendiri, menurut saya sudah runut, tidak membuat kepala pening atau banyak berpikir. Saya merasa terhibur sekaligus amazed dengan naskah ini.

When Two Strangers Meet oleh Ikhwan Alim: Naskah satu ini saya sunting melalui format suggestion pada Google Docs. Saat awal mengedit, cukup banyak masalah teknis pada naskah, juga tidak adanya resolusi atas konflik pada akhir naskah. Namun, menariknya, penulis sepertinya memang mencintai dan paham betul simbol utama dalam naskah, yaitu tentang klub sepak bola. Kisah ini mulanya hanya kisah cinta, tetapi dikemas dengan pendekatan non fiksi, di mana dua orang fans sebuah klub sepak bola di Inggris, saling adu pendapat dan berujung pada pertemuan selanjutnya. Untuk judulnya sendiri, sebenarnya sang penulis belum mengemukakan apa judul yang tepat, hingga akhirnya saya mengusulkan judul tersebut. Menurut saya sih tepat, karena premisnya adalah dua orang asing, sama-sama fans Chelsea dan mereka pun bertemu lalu mengobrol lebih intensif.Menarik dan asyik untuk diikuti.

Cowok Taksiran oleh Annisaa Nurhayati: Naskah ketiga yang saya edit ini bercerita tentang dunia remaja, dunia yang mungkin kita semua telah lama tinggalkan. Namun, rasanya memang hal-hal sederhana remaja yang ada di naskah ini, pernah pula kita rasakan. Hal-hal sederhana seperti saling taksir dan suka, lalu berujung pada perubahan yang terjadi dalam diri. Intinya sederhana, seseorang bisa berubah menjadi lebih baik dengan suatu motivasi, walau motivasi itu hanya sesederhana cinta. Kalau bisa jadi lebih baik karena cinta, tidak masalah kan? :D

Dalam Jiwa Menari Serimpi oleh Reyningtyas Putri: Naskah ini membahas tentang seorang penari pensiun dini, sebab harus mengikuti arahan orang tua dalam memilih karir dan melupakan kecintaannya pada tarian tradisional Jawa Tengah. Pada suatu hari, sang penari bernostalgia dengan kota kelahirannya sembari mencari-cari sanggar tari peninggalan almarhum neneknya. Kita akan dibawa menelusuri kota Solo secara singkat pada naskah ini. Terasa sekali kedekatan antara penulis dengan tema dan latar yang dibahasnya, sebab rasanya kita seperti seorang turis yang dibawa berkeliling dengan orang Solo asli. Temanya memang sederhana, tentang nostalgia, tetapi menurut saya penulis cukup lihai meramu konflik sederhana menjadi sebuah cerita yang membuat kita pun akan mempertanyakan akar kita sendiri.

Merindu Langit oleh Octy VZ: Naskah ini awalnya saya edit dan komentari pada bagian perubahan sudut pandang yang tiba-tiba. Setelah mengobrol singkat dengan penulisnya, akhirnya sudut pandang tokoh dalam naskah ini, tidak berubah-ubah, melainkan tetap satu POV, yaitu POV1 alias tokoh aku. Awalnya, naskah ini memiliki POV3 di akhir. Mungkin tujuannya untuk menciptakan plot twist singkat. Namun, setelah melihat ada lubang plot karena perubahan POV yang tiba-tiba ini, akhirnya sang penulis meramu kembali naskahnya dan berakhir baik. Lihat kan? Betapa semua orang pun bisa menjadi penulis andal hanya dalam waktu singkat. Itu semua tentu berawal dari kegigihan penulis itu sendiri. :D

Kenangan dan Masa Kini oleh Zahra Zahira: Dalam naskah ini, kita akan dibawa mempelajari pop culture di Jepang. Sang tokoh berbicara dalam bahasa Jepang, dan ini merupakan satu kelebihan karena sang penulis rupanya memang menguasai bahasa Negeri Sakura tersebut. Premisnya sendiri memang sederhana, hanya tentang dua orang yang jarang mengobrol selama kurang lebih lima tahun dan tiba-tiba bisa menemukan begitu banyak hal yang mereka bicarakan setelah kembali bertemu. Itulah mengapa, kenangan yang dipupuk selalu menimbulkan nostalgia. Naskah ini cukup segar dan percampuran antara penggunaan bahasa Jepang dengan Sunda, menyenangkan untuk dilihat. Cross-culture gitu. XD

Teman Alami Dalila oleh Venessa Allia: Naskah selanjutnya ini, termasuk satu yang mencampurkan dua tema, yaitu cinta dan generasi milenial. Kita dibawa masuk dalam hubungan era 2.0 alias era digital. Semua serba video call, semua serba chat. Dari semua hal itu, sampai kita lupa pada apa yang paling dekat. Kita lupa pada apa yang berharga, tetapi kita tetap tak bisa melihatnya. Rupanya, cinta era digital membuat yang jauh seolah-olah dekat, padahal yang dekat itu benar-benar ada dan hanya sejengkal langkah. Tetapi, era digitalmerusak itu semua. Sungguh sedih~ Pada akhirnya, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa sebenarnya, era digital membuat kita lupa esensi cinta. *Azeg~

Bisikan Rindu oleh Merisa Putri: Ini adalah naskah berisi bahasa Minang yang kedua, yang saya edit dan baca tentu saja. Setelah Gasiang, naskah ini pula yang membuka mata akan satu daerah yang jauh dari jangkauan saya, tetapi ingin saya ketahui. Melalui kacamata sang penulis, kita dibawa pada satu kenyataan bahwa cinta seorang ibu selalu mengalir tatkala sang anak tidak bisa paham akan pengorbanan ibu untuk membesarkannya. Ceritanya sendiri cukup sedih kalau menurut saya, karena ini termasuk salah satu cinta mutlak seorang ibu, bukan cinta suwung anak muda. Namun, membaca ini bisa menghibur sekaligus membuat kita berkaca, apakah selama ini kita telah benar-benar mencintai dan menyayangi Ibu sepenuh hati? :')

Mimpi Tak Selalu Pasti oleh Raya Makyus: Ini naskah kedua yang judulnya saya sarankan pada sang penulis. Saya agak lupa juga sih (karena mengeditnya sudah lama banget), awalnya apa judul naskah ini. Naskah ini juga cukup sederhana. Mengambil tema cinta, tetapi premisnya tentu saja berbeda dari naskah yang lain. Kita akan dibawa menyelami alam bawah sadar sang tokoh, yang berusaha mencari jodoh. Sekian purnama, sekian tengah malam, ia lewatkan dalam doa-doa dan ia mendapatkan sebuah mimpi. Akankah mimpi itu jodohnya? Rupanya, di akhir cerita, kita akan mendapati bahwa sang tokoh ini sedang menyelami memorinya akan sebuah mimpi di masa lalu yang memang tak selalu pasti sampai ke masa depan. :D

Bunda oleh Hani Widiatmoko: Dari naskah ini, saya bisa merasakan bahwa usia dan kedewasaan, rupanya bisa membedakan bagaimana napas dari sebuah tulisan. Naskah Bunda, merupakan salah satu yang menunjukkan bahwa sang penulis tentulah telah lebih matang dalam pemikiran daripada diri saya sendiri. Naskah ini membahas cinta seorang ibu, sama seperti naskah Bisikan Rindu oleh Merisa Putri. Sama-sama membahas tentang cinta seorang ibu, hanya saja dieksekusi dengan cara yang berbeda. Perspektif yang disajikan tentu saja berbeda pula dan bisa membuat kita menyimpulkan bagaimana kerangka berpikir seseorang bisa berawal dari premis yang sama, tetapi dengan perbedaan pengalaman dan perjalanan hidup, hasil yang muncul akan berbeda.

Pelakor oleh Maria G. Soemitro: Naskah ini membahas fenomena paling update pada kancah percintaan orang dewasa, yaitu tentang fenomena perebut laki orang. Pada awal mengedit, saya belum paham betul judul naskah ini, sebab rupanya saya kurang update pada bahasa atau singkatan-singkatan yang sedang merajalela di ranah sosial media. Pelakor sendiri memang berasal dari singkatan kata perebut laki orang—yang mana saya malah tahunya dari suami saya tentang istilah ini. Ada sedikit unsur anak yang jadi berperilaku abusive karena fenomena pelakor ini dan si tokoh utama, mencoba untuk tidak mengajarkan anak lelakinya bersikap seperti itu. Sebab, rantai utama masalah pelakor, harus berhenti di tangannya, dengan tidak membuat sang anak jadi lelaki abusive dan tidak bertanggungjawab.

Ketika Fania Harus Memilih oleh Rahma Mocca: Mengedit naskah ini cukup melelahkan, sebab banyak dialog tag yang kurang tepat. Ada beberapa hal yang harus diperbaiki, walau ceritanya sendiri menarik karena dibangun dari kebingungan tokoh wanita bernama Fania dalam memilih pasangan hidup. Memang sih, saya menganggap ujung cerita ini agak terlalu gimana ya. Saya menganggap si tokoh Fania sungguh plin-plan, bahkan tidak bisa jujur pada Shaddam. Mengapa ia harus bertahan begitu lama dengan seseorang yang bahkan tidak ia yakini untuk ia jadikan pendamping hidup? Dari sana, saya berpikir bahwa, oh mungkin ini memang premis yang ingin ditawarkan penulis, yaitu tentang kehidupan cinta new adult masa kini yang penuh PHP. 

Ia yang Menemaniku oleh Rhoshandhayani KT: Naskah selanjutnya ini memiliki sudut pandang orang pertama. Tokoh aku bercerita tentang lika-liku kehidupan kampus dan organisasi, juga bagaimana ia harus menjalani lay-low relationship (bahasa apa ini? wkwkwk) dengan sang kekasih lantaran mereka ada dalam satu organisasi yang sama. Tokoh utama mengalami dilema, bahwa pacaran yang ia lakukan selama ini menurutnya salah. Ia memang tak pernah melakukan hal-hal yang melawan moral atau agama, tetapi tetap saja, pacaran itu tak tepat walau ia merasa, orang-orang yang sok menceramahinya itu hanyalah sekumpulan orang sok suci. Ini premis menarik, sebab sebagian besar dari kita pasti pernah mengalami dilema yang kadang disebut quarter-life crisis. Usia menjelang 25 tahun alias menuju fase new adult, memang membuat seseorang berada di ambang kebimbangan. Harus menjadi apa? Harus menjadi lebih baik atau menjadi seseorang yang bagaimana jika sudah merasa baik? Mau kerja apa, mau menikah sama siapa? Dan lain sebagainya. Ini pula yang ditawarkan pada naskah dari Kak Ros, tentang dilema kehidupan dewasa-muda.

Cinta Itu Tentang Rasa oleh Devi Fabiola: Kisah dalam naskah ini bercerita tentang pasangan suami istri yang sedang mengalami pilihan-pilihan tersulit dalam kehidupan rumah tangga. Pilihan-pilihan sulit itu, harus diselesaikan bersama, sebagai sepasang suami-istri tentu saja. Bagaimana upaya tetap menghadirkan cinta dalam kehidupan rumah tangga yang pasang surut, dan menyelesaikannya tanpa harus ada perpecahan. Itulah yang ditawarkan oleh naskah ini. Kita akan dibawa pada perjalanan 'rasa' dari dua orang yang sedang dilanda 'hambar'.

Cerita Sekolah Farah oleh Fera Marentika: Cerpen CiFer (begitulah panggilan penulis) adalah cerpen ketiga yang mendapatkan saran judul, setelah saya mengobrol panjang lebar dengan sang penulis. Berkisah tentang seorang remaja bernama Farah yang punya mimpi untuk bersekolah di tempat terbaik dan menjadi signifikan. Namun, perjalanan mencari sekolah di era sekarang ini rupanya tak semudah masa lalu. Banyak pesaing, banyak yang nilainya lebih baik, belum lagi banyaknya tes yang melibatkan fisik juga kondisi tubuh, akan membuat masuk sekolah tingkat atas menjadi lebih sulit. Dari naskah lainnya, naskah ini termasuk berbeda, karena naskah ini seperti menyajikan masalah generasi kini yang sama sekali luput dari pandangan kita semua. Jika banyak orang berkutat dalam kisah cinta, naskah ini tidak berkutat di hal itu. Naskah ini justru membongkar fenomena, betapa anak sekarang mulai sulit mendapatkan sekolah, sejak banyaknya kebijakan yang dirombak terkait pemilihan sekolah tingkat atas.  Kita kerap melupakan, bahwa pendidikan adalah hal yang kini mulai sulit didapat. Oleh orang berpunya saja, uang tak cukup untuk membeli pendidikan, karena ada banyak kompetensi yang harus dimiliki. Dan Farah, dalam cerpen ini, menggambarkan hal-hal itu dalam pergulatannya untuk memilih sekolah.

Kala Hujan oleh Reytia Anindita: Cerpen ini membawa kita pada suatu kisah "fantasi", jika tidak bisa disebut "realisme magis", di mana si tokoh aku mencapai akhir hidup dan diberikan satu kesempatan untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sebelum kembali pada kegelapan absolut. Cerpen ini secara sederhana ingin memberitahu kita, bahwa kita sudah pasti tidak akan bisa kembali ke dunia setelah mati, dan jika memang ada kesempatan, maka gunakanlah kesempatan itu untuk menyelesaikan hal-hal penting dan bermanfaat sebelum kita tiada.

Senja dan Fajar oleh Mega Novetrishka Putri: Penulis cerpen ini mengatakan bahwa ia terinspirasi dari lagu Tohpati feat Shakila yang berjudul Lukisan Pagi. Premis utama adalah tentang pertemuan dua orang yang sama sekali berbeda, tetapi memiliki kecintaan yang sama pada langit, entah senja atau fajar. Keduanya menghabiskan waktu di tepi pantai, mengagumi keindahan cakrawala dan pada akhirnya saling memahami, suatu kebetulan semesta. 

Konde oleh Ismail Sunni: Cerpen ini salah satu yang bernas sih menurut saya, walau sang penulis mengklaim bahwa ini adalah proyek fiksi pertamanya. Selain teknis dialog yang harus diperbaiki, sisanya oke. Jalan cerita juga tidak berlubang dan gaya berceritanya jenaka. Disisipkan dengan detail tentang kegiatan programmer kala senggang, seperti menonton video panda atau video kucing. Hal-hal yang ada di cerpen ini, sadar atau tidak, sangat dekat dengan keseharian kita. Akhir cerpennya juga kocak dan ada sedikit plot twist. Pengalaman mengedit yang menyenangkan, sebab bisa ikut tertawa karena membaca cerita Ismail Sunni.

Rindu Dendam oleh Maryati Imang: Cerpen ini menawarkan kita cerita hantu masa lalu, yang tentunya dimiliki oleh setiap orang.Bagaimana langkah kita menuju masa depan, selalu terikat dengan hantu masa lalu ini. Pada akhirnya, kita akan dipertemukan kembali dengan masa lalu yang tidak bisa kita lompati begitu saja, sebab bagaimanapun, sosok itu pernah berada di kehidupan kita selama beberapa lama. Inilah cerita tentang bagaimana seseorang harus benar-benar memilih untuk move on walau sulit.

Cinta untuk Wayang oleh Lukma Dwi Affandy: Cerpen ini menceritakan tentang bagaimanafenomena informasi bisa menjadi viral dan mendapatkan banyak tanggapan di media sosial. Memang sih, saya akui ada beberapa plot hole dalam cerpen ini, tetapi revisinya akan sulit jika interaksi dengan penulis agak terbatas. Saya akui lagi, bahwa ini seharusnya bisa menjadi lebih berisi jika dilakukan penutupan konflik yang tidak terburu-buru. Sebab, saya merasa ada hal yang kurang nendang dari naskah ini, kira-kira begitu istilahnya. Padahal, sajian premisnya menarik dan sangat dekat dengan generasi milenial, tetapi eksekusinya mungkin kurang halus.

Sepasang Mata Bola yang Menari oleh Peppy Febriandini: Cerpen terakhir ini berkisah tentang nostalgia. Cerpen ke-sekian yang menawarkan tentang nostalgia dan masa lalu. Diilhami dari sebuah lagu lawas kesukaan sang kakek, Lia memutuskan duduk di sebuah kafe. Siapa nyana, duduknya ia di sana, malah mengantarkannya pada masa-masa di mana ia masih tinggal bersama kakek tercinta yang gemar mendengarkan lagu Sepasang Mata Bola. Kisah yang menarik, antara hubungan kakek-cucu berbeda generasi yang saling memaknai hidup dari sebuah lagu lawas.

Nah, itulah 21 naskah yang telah saya edit dan saya bahas sedikit catatannya pada artikel kali ini. Saya ingin mengatakan bahwa ini adalah pengalaman yang menyenangkan. Bisa menyelami berbagai pemikiran seseorang dalam fiksi, tentulah bukan sembarang pengalaman. Biasanya, saya kan memang mengedit dan membaca naskah-naskah kriminal dari kawan-kawan di ThrillingMysteryClub saja. Jadi, membaca naskah cerpen untuk Antologi Cerpen #1Minggu1Cerita ini adalah hiburan tersendiri.

Bagi teman-teman yang berkenan untuk membacanya, nantikan hasil cetak "Antara Cinta, Budaya, dan Generasi Kita", sebuah antologi cerpen dari komunitas #1Minggu1Cerita yang akan terbit Juli nanti. Kalian bisa memilikinya dan juga ikut menyelami cerita-cerita yang disajikan oleh teman-teman blogger di #1Minggu1Cerita. Nantikan di bulan Juli ya! :D

Teknik Naratif Fiksi dan Contoh

$
0
0

Dalam fiksi, terdapat literary devices atau kadang dikenal sebagai teknik naratif. Teknik naratif yang dimaksud ini adalah salah satu unsur intrinsik yang lebih mendalam dari sekadar "plot" dan "teknik penulisan". Teknik naratif (literary device) adalah suatu teknik yang digunakan oleh penulis dalam memberi efek spesifik dan khusus untuk cerpen atau novel yang dibuatnya.

Penulis kerap membuat cerita yang tak sekadar membeberkan fakta dalam bentuk fiksi, atau sekadar membeberkan kejadian seperti suatu laporan. Penulis juga harus bisa memainkan alur dan teknik penceritaan alur tersebut untuk menarik reaksi yang berbeda dari para pembaca. Hal ini juga membantu pembaca untuk melihat dari berbagai sudut. Dengan teknik naratif, cerpen atau novel akan menjadi lebih menarik dan tidak terlalu datar. Berikut ini akan saya deskripsikan beberapa literary devices yang sering dipakai dan dapat Anda coba dalam pengembangan narasi kisah fiksi Anda.

Alusi

Teknik ini mengacu pada referensi yang dibuat oleh seorang penulis, tetapi tidak membuat pembaca terlalu pusing untuk memikirkan istilah karena pembaca sudah terhubung dengan referensi Anda. Alusi ini termasuk majas perbandingan yang merujuk secara tidak langsung atas tokoh atau peristiwa dalam karya sastra, berupa kilatan atau sedikit penceritaan.

Contoh: saat kita membuat cerita tentang hubungan dua orang kekasih yang direferensikan sebagai 'Romeo dan Juliet', kita tidak perlu menjelaskan secara lebih lanjut tentang Romeo dan Juliet itu, karena pembaca sudah familiar dengan drama Shakespeare berjudul sama. Penulis juga telah mengetahui bahwa mayoritas pembaca memang familiar dengan hal tersebut, sehingga tidak perlu berhenti dan mencari penjelasan atas referensi yang dipakai.

Deus ex Machina
Teknik ini berasal dari istilah Latin yang berarti 'god from the machine', yang memberikan petunjuk. Hal ini merujuk pada suatu kondisi di mana plot dan klimaks konflik cerita, tiba-tiba terselesaikan dengan kemunculan sebuah objek atau karakter lain, entah dari mana.

Contoh: Pada salah satu karya William Golding berjudul 'Lord of the Flies', tokoh protagonis bernama Ralph, selamat dari kematian dengan kedatangan sebuah kapal ke pulai terpencil secara tiba-tiba.

Foreshadow

Teknik ini digunakan saat seorang penulis memberikan petunjuk atau teka-teki yang mengantarkan pembaca pada plot selanjutnya. Petunjuk yang disajikan bisa samar atau bisa jelas sekali. Keduanya sama-sama berfungsi untuk memberi sugesti kepada pembaca tentang apa yang akan terjadi selanjutnya dalam cerita. Jenis teknik naratif ini biasa digunakan dalam cerita misteri, detektif, thriller, atau fiksi kriminal.

Framing Device
Teknik ini mencoba untuk membingkai cerita utama ke dalam cerita lain (sekunder), sehingga membuat 'cerita ada di dalam cerita'. Cara paling umum yaitu membuat karakter yang sedang menceritakan sesuatu pada karakter lain, untuk menceritakannya pada pembaca. Pada banyak kasus, framing device digunakan untuk membuat pembaca bingung dan mempertanyakan reliabilitas dari narator (akan dibahas pada bagian unreliable narrator).

In medias res
Istilah ini berasal dari bahasa Latin, yang artinya 'into the middle of things'. Seperti maksud dari istilah ini, cerita akan dimulai saat beberapa aktivitas telah terjadi. Biasanya dipakai untuk menarik perhatian pembaca dengan backstory atau kisah-kisah flashback, sehingga pembaca pun dibuat menebak apa yang sebenarnya terjadi pada saat kisah dalam fiksi tersebut belum dimulai.

Contoh: Beberapa kisah dalam novel James Bond karangan Ian Fleming, cerita dimulai dari agen rahasia yang ada di tengah misi, sebelum terjadi flashback saat agen tersebut baru akan memulai misi. Teknik ini juga digunakan pada beberapa film sebagai plot device.

MacGuffin
Teknik ini menggunakan suatu benda sebagai motivasi untuk membawa cerita melangkah maju. Sebagai contoh, pada beberapa kisah thriller menurut Alfred Hitchcock, MacGuffin berupa kalung yang dicari-cari oleh tokoh pendukung, sementara dalam fiksi mata-mata, MacGuffin biasanya berupa kertas-kertas atau data rahasia yang ingin dicari. Meski benda tersebut penting, tapi sebenarnya benda tersebut tidak begitu banyak relevansinya dengan plot cerita.

Contoh: The Maltese Falcon yang ditulis oleh Dashiell Hammett. Tentang seorang PI bernama Sam Spade, yang memburu patung hitam nan berharga, Maltese Falcon. Padahal, inti cerita tidak akan berubah walau tak ada patung itu.

Poetic Justice
Teknik ini bekerja seperti konsep 'karma', di mana karakter akan diberikan hadiah untuk perilaku yang baik dan akan dihukum karena jahat. Poetic justice adalah teknik yang umum dalam fiksi. Hal ini dikarenakan, memakai poetic justice cukup mudah dan cerita akan cenderung berakhir menyenangkan (happy ending).

Red Herring

Dalam fiksi, red herring mengacu pada petunjuk atau teka-teki yang biasanya akan berujung pada misleading. Teknik ini dipakai untuk mengalihkan pembaca dari plot twist yang akan muncul, sehingga hasilnya akan mengejutkan pembaca.

Contoh: beberapa cerita detektif dan cerita misteri, yang membuat pembaca selalu menebak apa yang akan terjadi. Dalam The Da Vinci Code oleh Dan Brown, karakter Bishop Aringarosa digambarkan sebagai tokoh antagonis, padahal sebenarnya dia hanya berfungsi sebagai red herring, untuk mengecoh kita dari penjahat sebenarnya.

Tragic Flaw
Teknik ini mengacu pada kekeliruan yang tragis dari karakter utama. Kadang juga terjadi pada tokoh pahlawan dalam cerita. Teknik ini memberikan ciri-ciri perilaku tokoh yang bermasalah sehingga akhirnya tokoh tersebut bisa kalah. Masalah yang muncul bisa berupa kebanggaan, keserakahan berlebih, balas dendam, atau atribut lain. Hasil dari sifat tersebut selalu sama, yaitu kehancuran karakter dan akhir yang tidak bahagia.

Contoh: tragic flaw muncul pada beberapa seri novel George R.R. Martin, 'A Song of Ice and Fire'. Yang paling terkenal adalah komitmen Eddard Stark yang tidak tergoyahkan untuk menghormati orang lain, sampai hal tersebut menghancurkan dirinya sendiri.

Unreliable Narrator

Teknik ini menggunakan teknik narator yang tidak bisa dipercaya. Narator utama dalam cerita, diduga telah menutup kebenaran yang utama, bahkan menyebutkannya secara salah dengan sengaja dan dengan sadar. Perkembangan teknik ini pada literatur muncul pada kisah detektif Agatha Christie, yang berjudul The Murder of Roger Ackroyd.

Ada beberapa tipe narator yang tidak bisa dipercaya ini. Menurut William Rigan, ada lima unreliable narrator, yaitu The Picaro (terlalu banyak membual dan hiperbola), The Madman (orang gila atau depresi), The Clown (narator yang tidak serius dan bermain dengan ekspektasi pembaca), The Naive (narator yang persepsinya kurang dewasa dan memiliki perspektif terbatas, dan terakhir adalah The Liar (narator yang sengaja salah mengartikan diri mereka sendiri, juga sering mengaburkan masa lalu mereka yang tidak pantas dan kredibilitasnya dipertanyakan)

Lima Film Jepang Wajib Tonton 2018

$
0
0
Saya lagi mengoleksi beberapa film Jepang favorit dari berbagai genre. Saya jadi rajin memeriksa AsianWiki hanya untuk tahu update dari film-film Jepang yang baru rilis tiap tahunnya. Nah, dari beberapa daftar itu, cukup banyak film yang rilis tahun 2018 dan menyenangkan untuk ditonton bersama keluarga. Simak daftarnya di bawah ini!  1. We Make Antiques (Usohappyaku) Film yang rilis

Enam Perkara Setelah Menyelesaikan Novel

$
0
0
Novelmu selesai dengan mudah, atau setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun? Kalau begitu, selamat! Menyelesaikan novel adalah sesuatu yang tidak bisa dibilang mudah. Menyelesaikan sebuah karya fiksi, bisa menguras tenaga dan emosi, apalagi jika naskah tersebut telah mengalami banyak pasang-surut komentar dan kritik. Nah, apa langkah selanjutnya sebelum benar-benar mengirim novelmu

Tips Menulis Fiksi Bagi 'Si Sibuk'

$
0
0
Di Indonesia, profesi novelis atau penulis fiksi memang belum populer seperti di luar negeri. Secara kasar pun, dapat dikatakan bahwa profesi novelis di Indonesia belum berhasil mencukupi biaya hidup kita. Oleh karena itu, biasanya para penulis fiksi di Indonesia, masih harus membagi waktu antara menulis dengan bekerja penuh waktu. Menulis fiksi mungkin hanya dijadikan hobi, kesenangan, atau

Memahami Genre Misteri dalam Fiksi

$
0
0
Ada beberapa pembahasan tentang genre dalam fiksi. Satu genre dalam penulisan fiksi, biasanya memiliki banyak genre turunan yang dapat digunakan untuk positioning, identitas, dan konsistensi penulis. Namun, genre turunan ini memiliki satu unsur yang sama dengan genre utamanya. Kali ini, saya ingin coba membahas sedikit tentang genre misteri dan apa saja genre turunan yang masuk sebagai

Membuat Prolog Novel yang "Ngehook"

$
0
0
Pada beberapa post sebelum ini, ada banyak tips menulis yang menarik diikuti. Salah satunya adalah untuk menghindari procrastinating dengan membuat outline, juga langkah untuk menghindari writer’s block. Nah, kali ini, saya ingin berbagi tips untuk membuat prolog novel yang menarik alias “ngehook”. Sebelum kita pelajari cara membuat prolog, kita patut mengetahui tentang; “apa sih prolog

Mata Pena, Berubah dari Cult ke White Collar Crime

$
0
0
Mata Pena segera rilis di Maret 2020. Ini semua terjadi setelah saya melewati beberapa kali perubahan universe. Memang melelahkan, tapi pada akhirnya saya harus menyerah dan mengerjakan sebisanya saja. Pada awal Mata Pena digarap, saya berbusa-busa menceritakan tentang sebuah cult. Setelah menonton sekitar beberapa drama kejahatan Jepang yang berisi tentang kultus, terbersit keinginan saya

Tajima oleh Miss Mitford (Terjemahan)

$
0
0
TAJIMA oleh Miss Mitford - Suatu hari, seorang ronin, Tajima Shume namanya—pria yang bisa apa saja dan suka membaca—sedang berpetualang untuk melihat dunia luas, pergi ke Kyoto lewat jalur Tokaido. [Jalur tersebut dikenali juga sebagai jalur sepanjang Laut Timur, jalan raya paling terkenal yang menghubungkan Kyoto dan Edo. Namanya juga berasal dari provinsi yang dilalui sepanjang jalur

Inspirasi Tokoh-tokoh Mata Pena (Bagian 1)

$
0
0
Saat saya memulai sebuah kerangka novel, saya tak tahan kalau tak membuat daftar tabel untuk para karakter. Kadang kala, daftar karakter ini malah lebih saya ulik daripada kerangka novel itu sendiri. Tak lupa saya selalu menyelipkan foto-foto tokoh, agar saya selalu ingat gambaran fisik tokoh-tokoh di novel yang sedang saya garap. Apalagi kalau ada tokoh gondrong dan hmmm... itu kayak tokoh

Lagu-lagu Mondo, The Sastro, dan Naskah 25K yang Selesai dalam Dua Hari

$
0
0
Hi! Long time no see you, readers! Ya walau nggak ada yang bakal mampir juga sih, secara ini bukan blog orang tenar, selebgram, artis, atau sebangsanya. Ini cuma blog seorang penulis yang suka menumpuk naskahnya sampai jadi sampah.  Tapi, hari ini saya mau ngeblog karena saya lagi bahagia. Terlalu produktif seminggu belakangan ini, karena sedang dalam rangka #dirumahaja, dan bisa

Rumah Kremasi

$
0
0
Beli di sini: Maneno Books | Shopee [judul] Rumah Kremasi [penerbit] Maneno Books [jenis] Kumpulan Cerita Pendek [genre] Black Comedy [terbit] 12 Oktober 2018 [tebal] 128 halaman Manusia laci menjelaskan padaku bahwa semua orang melempar kabar dengan menulis di pikiran mereka masing-masing. Mereka yang barbar dan berdarah dingin akan berlomba-lomba menulis dan membaca pikiran
Viewing all 246 articles
Browse latest View live